Meisha masih merasa kebingungan saat Dava menyuruh mereka untuk segera pergi. Dava pun menyuruh Meisha untuk masuk ke dalam mobil pria itu.
Sejak Dava masuk ke dalam mobil, pria tersebut belum berbicara satu kata pun. Meisha melihat bagaimana seriusnya wajah Dava saat memandang bangunan cafe. Tatapannya tajam seolah Dava akan menghancurkan bangunan cafe dengan laser yang muncul di matanya.
"Apa yang kupikirkan ini? Kenapa juga aku memikirkan hal konyol? Dasar!" batin Meisha. Ia tersadar jika pikirannya terlalu fiktif. Hei, mana ada orang yang mengeluarkan laser dari matanya dan bisa merubuhkan bangunan. Ini bukan dunia perfilm-man, tapi dunia real.
"Dava." Meisha memberanikan diri untuk memanggil Dava.
"Apa?" jawab pria itu acuh tak acuh.
"Tidak. Tidak apa apa." Mendengar jawaban yang terkesan dingin, membuat Meisha mengurungkan niatnya untuk bertanya.
