Chereads / Anka: Love Is Not Over / Chapter 6 - Doni

Chapter 6 - Doni

•note: aku tahu mau kamu apa, tapi aku nggak bisa lakuin itu sekarang. Maaf...

"Nanya gue? Lo nanya gue?" kekeh Anka menujuk dirinya sendiri seraya memasang tampang mengejek.

"Mikir!" ketusnya.

Sebagian dari siswa-siswi di kantin menoleh pada mereka, hampir rata-rata mereka penasaran apa sih yang Anka dan Caca bahas sampai ribut begitu, pikir mereka.

Caca menghela nafas berat, gadis itu beranjak dari kursinya dan pergi tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Melihat kepergian Caca, Galih mencondongkan setengah badannya ke depan mendekati Anka.

"Terlalu kasar nggak baik bung! Apalagi dia perempuan," tegurnya.

"Peduli?" balas laki-laki tersebut cuek.

Kelvin yang sudah tidak mau ikut campur diam saja, laki-laki tampan itu menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Percuma ngasih tau Anka dan menasehati dia, nggak bakal di dengar toh anaknya keras kepala minta ampun.

"Biarin aja Gal, siapa tau nanti dia kemakan omongannya sendiri," lerai Kelvin.

Sementara seorang gadis berjalan melintasi lapangan SMA Rajawali yang begitu luas, di tengah terik matahari dia merungut kesal sambil berceloteh tidak jelas.

"Apaan sih Anka! Dikit-dikit marah! Dikit-dikit marah!" gumamnya.

Namun siapa sangka, ada sebuah bola berwarna kuning tua melayang dan tiba-tiba tanpa di sadari...

Dugh!

Caca lah korbannya, kepala gadis tersebut di timpa oleh bola basket yang datang entah dari mana. Dia terduduk di lapangan memegang kepalanya yang sakit.

"Shh... WOE! SIAPA NIH YANG MAIN BASKET NGGAK BENER?! PERLU GUE AJARIN?!" teriaknya melengking hingga gerombolan laki-laki berpakaian basket datang dan mengerumuni Caca yang masih terduduk di bawah.

"Aduh Caca, maaf," Doni, si kapten basket SMA Rajawali, dia adalah orang yang berperan penting dalam ekskul basket.

Doni membantu gadis itu berdiri, "Lo ngapain juga panas-panas lewat lapangan, lewat koridor kan bisa," omelnya.

Caca berdecak kesal, dia menepis tangan Doni yang sudah membantunya untuk berdiri. Gadis tersebut memandang wajah anak-anak yang main basket siang ini, mereka tertunduk saat melihat tatapan tajam dari Caca.

"Kalian! Gunanya ada lapangan basket indoor apa sih?! Kan kalian bisa main disana, udah adem, nggak panas, eh malah main di luar, bola ketimpuk orang kan?! Untung gue kepala kuat tulang besi!" dengusnya memberi ceramah pada laki-laki tampan itu. Ya iya lah ganteng, anak basket mana ada yang jelek.

"Maaf Ca, kita nggak sengaja," kata Doni lagi.

"Maaf! Maaf! Lo pikir kepala gue apaan?!"

"Kan tadi Lo bilang kepala Lo kuat tulang besi," balas laki-laki itu lagi.

Oke sepertinya Dino mau berdebat dengan Caca si ratu berisik se SMA Rajawali. Gadis tersebut berkacak pinggang, dia menatap horor Dino yang langsung meneguk salivanya.

"Heh! Lo pikir Lo siapa huh?!"

Oke semua para siswa-siswi SMA Rajawali yang lewat mulai mengerumuni Caca dan Doni yang sebenar lagi akan ada perang mulut.

"Gue? KAPTEN BASKET DI SINI?! MAU APA?!"

"PRET! Baru kapten basket udah gayaan! Bisa main gak?!"

Sungguh remehan yang sangat-sangat menantang bagi Doni, laki-laki itu berkacak pinggang juga, dia mendorong anak-anak buahnya untuk mundur agar kerumunan ini tidak menyesakkan ketika dirinya adu mulut dengan Caca.

"Lo nantangin gue? Lo ahli dalam hal apa? Sehebat apa Lo?"

"Oh jadi Lo nanya kehebatan gue apa? MAU GUE TUNJUKIN IYA?!"

Doni mengangguk, "iya!"

"Gue bisa ngeluarin sarengan! Gue juga bisa kagebunsin! Gue juga bisa terbang! Apa Lo?!"

Kerumunan itu menahan tawa mereka agar tidak pecah, jika Caca sudah bicara tolong iyain saja. Karena apapun masalah saat dia berdebat nggak akan pernah kalah!

"Coba sini buktin!" tantang laki-laki itu.

"Lo bukannya minta maaf atas kesalahan Lo karena udah nimpuk gue pake bola basket malah minta bukti kehebatan gue?! Laki apa cewek Lo?!"

Tuh kan, semua yang ada dikerumunan itu tertawa ngakak, mereka tidak bisa menahannya untuk lebih lama karena Caca itu moodbooster banget, bisa membuat orang-orang terhibur akan tingkahnya.

Doni mengepalkan tangannya, "Lo?!"

"Apa?! Cewek Lo?!" balas Caca mengejek.

Baiklah, kita sudah bisa menentukan siapa pemenang dalam pertarungan antar mulut ini. Doni? Bahkan dia saja tidak bisa berkata apa-apa.

"Cabut!" ajak laki-laki itu pada anggota tim basketnya, dia meninggalkan Caca yang masih berkacak pinggang di sana. Perlahan kerumunan itu bubar namun masih dengan tawa mereka.

"Main cabut aja! Cih!" decihnya.

Sementara tiga orang yang ada di kantin baru selesai nonton siaran langsung dari Ig SMA Rajawali.

"Wih! Nggak di sangka Caca keren juga!" puji Galih terkekeh.

Kelvin tersenyum kecil, "pacar siapa dulu nih?" godanya menyenggol bahu Anka yang bodo amat dengan berita itu. Menontonnya saja ia tidak, Galih dan Kelvin saja yang terlalu heboh, terutama Galih.

"Kayaknya Caca tadi emosi deh, makanya dia lari dan nggak sengaja ketiban bola basket Doni, jadi deh perperangan mulut singkat itu tadi," simpul Galih dengan opininya.

"Siapa sih yang nggak emosi kalau di kasarin?" timpal Kelvin, cowok itu senang sekali menyindir sahabatnya itu.

"Iya nih An, kalau nggak suka ya coba sukain, siapa tau kan Caca emang belahan jiwa Lo," kekeh Galih.

"Perasaan nggak bisa di paksa!" dengus Anka malas, kenapa sih setiap ngumpul kedua temannya ini senang membicarakan Caca? Kenapa tidak Nabila saja?

"Jangan Lo paksain lah bego! Pelan-pelan aja, slow man! Kita main santai," Galih menaik turunkan alisnya memberi usul yang sangat bagus bagi Kelvin yang langsung mengacungkan jempolnya.

"Gue udah pernah coba tapi gue nggak bisa!" ucap Anka sedikit ketus.

"Gimana mau bisa, kalau Lo masih bekum bisa move on dari Nabila. Come on man! Jangan hidup dimasa lalu terus, semua nggak bakal beres kalau Lo masih ada di sana! Lihat yang ada di depan Lo sekarang,"

Sepertinya Galih adalah SUHU cinta bagi Anka dan Kelvin. Dia paling mengerti dan paling paham apa yang harus di lakukan ketika ada sebuah kejadian cinta seperti Anka dan Caca.

"Lo kalau nasehatin orang udah kayak ahli cinta aja ya," kekeh Kelvin lalu beranjak dari duduknya untuk memesan makanan sebab antrian sudah tidak ada lagi.

"Iya lah! Eh sekalian pesenin gue!"

Wendy berdecak kesal, gadis itu sedang mengobati kencing Caca yang sedikit benjol dan tergores.

"Kenapa bisa ketiban bola basket sih?!" gerutunya.

Caca mengerucutkan bibirnya, "ya makan aku tahu, kan bola basket nya tiba-tiba timpa kepala aku,"

Wendy mendengus, "Lo kalau marah beda ya Ca bahasanya,"

"Ha?"

"Iya," Wendy menutup kotak P3K itu dan menyimpannya di atas meja. Kedua nya sedang berada di UKS.

"Lo kalau marah ngomongnya nggak bisa di kontrol, apalagi tadi Lo sempat pake lo-gue kan sama Doni? Nggak sangka juga gue kalau Lo bisa," kekehnya.

Caca menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal, "ya aku nggak sadar,"

"Gue jadi takut buat Lo marah Ca, serem!"