Alana juga terlihat pasrah saat seseorang membawakan surat kontrak yang harus ia tanda tangani malam itu juga.
Tangannya tampak ragu-ragu hingga sedikit gemetar, namun pada akhirnya ia terpaksa menandatangani surat itu akibat desakan tatapan Ken yang begitu mengintimidasi.
Melihat Alana selesai menandatangi kontrak sesuai keinginannya, Ken tampak mengatupkan bibir dengan puas.
"Tugasku selesai, kapan kita akan makan? Aku sangat lapar," bisik Alana pada Ken dengan nada yang begitu kesal.
Ken terkekeh, lalu menarik tangan Alana keluar dari ruangannya dan bergegas mengajaknya pindah ke restoran.
Namun sebelum Ken dan Alana benar-benar pergi dari kantor KA Management, Chia menghampirinya.
"Ken, kamu terlihat buru-buru sekali, kita bahkan sudah beberapa hari tidak bertemu."
Ken menyunggingkan senyuman simpul.
"Aku ada urusan lain Chia, aku janji besok akan mengantarkanmu pulang dan minum teh di rumahmu."
"Baiklah," Chia akhirnya mengalah meski tatapan kebencian mengarah pada Alana dengan begitu jelas.
Alana hanya mengangkat alisnya, entah kenapa ia semakin tidak respek pada aktris yang dulu begitu ia idolakan.
"Kalau begitu aku pergi dulu Chia Sweet, bye," Ken melambaikan tangannya pada Chia dan bergegas masuk mobil bersama Alana.
Chia membalasnya dengan perasaan canggung.
***
Di dalam mobil, Alana tampak terlihat murung, pikirannya tidak bisa terlepas dari Chia yang terlihat begitu menginginkan Ken, entah kenapa Alana merasa tidak terima, apalagi mulai besok ia harus selalu menemani Ken syuting, Alana yakin Chia akan melebih-lebihkan aktingnya untuk membuat dia semakin kebakaran.
Melihat Alana termenung, Ken segera menyela, "Hei, ada apa denganmu?"
Alana hanya menggeleng, ia tidak mungkin jujur terhadap Ken.
"Aku lihat kamu sangat cemburu dengan Chia."
"Tidak, untuk apa?"
Alana berusaha menepis perasaannya, tapi Ken tidak percaya.
"Aku tidak mungkin salah."
"Jangan terlalu percaya diri, bukankah kamu sudah melarangku untuk jatuh cinta padamu? Jadi untuk apa aku cemburu?"
Ken tertawa dengan sedikit mengejek, setelahnya tidak ada obrolan apapun antara Ken dan Alana, hingga Porsche hitam milik Ken tiba di Golden Resto.
Itu adalah restoran yang sangat mewah bagi Alana, tempatnya juga terlihat tenang dengan pengaturan yang tertata. Ken menggamit lengan Alana masuk ke restoran tersebut, hal itu membuat Alana diam-diam tersenyum karena senang dengan perlakukan Ken.
Mereka berdua berjalan masuk layaknya pasangan suami istri sungguhan, namun Alana tak menyangka makan malamnya bersama Ken akan berubah menjadi tidak menyenangkan karena ia tidak sengaja bertemu dengan Nita.
Alana sangat terkejut, mengingat kondisi mereka sebelumnya sangat memprihatinkan hingga terlilit utang ratusan juta, tapi malam ini Nita dan lainnya justru tampak makan malam di restoran yang begitu mewah.
"Alana, aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi," seru Nita sambil memeluk Alana seakan-akan ia begitu peduli padanya selama ini.
Alana justru merasa sangat risih, sehingga ia tidak membalas pelukan Nita.
"Ken Agatha? Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu, aku juga bagian dari Kenike, boleh aku meminta foto denganmu?" lanjut Nita dengan mata berbinar bahagia melihat Ken.
Ken tersenyum begitu manis lalu mengangguk, ia selalu bersikap seperti itu pada Kenike.
"Terimakasih Ken," ujar Nita penuh kebahagiaan.
"Sama-sama."
Sementara Alana justru terlihat begitu muak karena Nita terus bertanya ini dan itu pada Ken. Ia juga menawarkan untuk duduk bersama keluarganya.
"Alana, Papa pasti senang melihatmu ada di sini. Ayo kita duduk bersama di sana," ajak Nita sembari menunjuk ke arah keluarganya yang belum mengetahui kehadiran Alana.
"Tidak, terimakasih. Aku ke sini karena ada urusan pekerjaan dengan Ken."
Nita mengangkat alisnya, dalam hati ia semakin penasaran dengan pekerjaan Alana apalagi bisa sampai berurusan dengan Ken, artis papan atas kota ini.
"Iya, mungkin lain kali. Kami permisi," timpal Ken.
Nita segera merubah ekpresinya begitu manis dan iya pura-pura tidak keberatan, membuat Alana merasa lega.
Ken kembali menggandeng tangan Alana menuju private dining room, hal itu disaksikan oleh Nita dari kejauhan dengan perasaan penuh dendam dan iri.
Setelahnya, Nita kembali ke keluarganya dan memberitahukan apa yang baru saja terjadi.
"Ma, Pa, kalian tahu? Alana ternyata juga makan di sini."
Ario yang pertama kali sangat terkejut dan bereaksi.
"Benarkah? Dimana dia sekarang? Kenapa dia tidak kamu ajak ke sini?"
"Sudah, tapi dia menolakku Pa."
"Dia memang sangat sombong sekarang," timpal Claudya ikut mencibir.
Sementara Ario tampak kecewa.
"Kalian tahu? Alana ke sini bersama Ken Agatha dan mereka bergandengan seperti pasangan yang dimabuk cinta," lanjut Nita dengan penuh iri.
"Apa kamu tidak salah lihat?" timpal Claudya juga Bian.
Nita menggeleng cepat.
"Mereka bahkan makan di ruangan private Ma, aku jadi semakin penasaran sebenarnya apa yang dilakukan Alana sekarang sehingga gaya hidupnya benar-benar berubah dan bahkan bisa menaklukkan seorang Ken."
"Apa jangan-jangan dia merayu Ken dan menjadi simpanannya?"
Claudya sengaja membuat suasana hati suaminya menjadi kacau.
"Aku kira Ken tidak seperti itu, tapi entahlah."
"Kenapa Kakak tidak menyelidikinya? Aku rasa dengan embel-embel Ken seorang artis terkenal itu akan bisa membuat kita memanfaatkannya untuk mengumbar ke media."
"Aku memang akan mencari tahu, tapi tidak dengan bantuan media karena itu akan berimbas pada Ken, dia artis idolaku, mana mungkin aku tega menghancurkannya apalagi ia tadi begitu tampan dan aku sempat berfoto dengannya."
Ekspresi Nita berubah begitu girang mengingat ia sempat berfoto dengan Ken, Bian dan Claudya sampai geleng-geleng dan lebih memilih melanjutkan makan malamnya.
Sementara Ario tampak menghela nafas, ia benar-benar kecewa dengan putri asuhnya yang begitu berubah drastis, meski kemarin Alana sempat membantunya tapi tetap saja itu tidak merubah pemikiran Ario terhadapnya sekarang.
"Sudahlah, lupakan Alana. Nikmati makan malam kalian, jarang-jarang kita bisa kembali makan di restoran semewah ini."
"Iya Pa," balas Nita dan Bian hampir bersamaan.
Di tempat yang sama, di private dining room. Alana tampak murung memikirkan pertemuannya dengan Nita tadi, entah kenapa ia takut Nita dan Claudya akan segera menemukan tempat tinggalnya dan kembali merecoki kehidupannya.
"Apa yang kamu pikirkan Alana?"
Ken berusaha menyadarkan Alana dari lamunannya, Alana hanya menggeleng, senyum di wajahnya menegang dan matanya yang indah tampak lesu.
"Meski pernikahan kita hanya pura-pura, aku rasa kamu masih bisa bertukar pikiran denganku, apalagi kamu sekarang manajerku."
Alana membenarkan perkataan Ken, maka ia tidak menolak untuk bercerita.
"Kamu pernah bilang kalau kamu menyelidiki keluargaku, berarti kamu tahu siapa tadi yang meminta foto denganmu?"
"Tidak, memangnya siapa? Aku hanya tahu cerita tentang keluargamu tapi tidak mengenalnya."
"Dia Nita, kakak tiriku, entah kenapa aku takut dia akan menyelidiki kehidupanku dan berimbas padamu."
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, percayalah!"
Mendengar hal itu, Alana hanya memaksakan tersenyum.