Alana tersenyum getir, lalu beranjak dari duduknya dan pergi ke tempat lain setelah mendengar ponselnya berdering, sebuah nomor yang belum pernah ia kenal.
"Halo, selamat pagi. Dengan siapa?"
"Selamat pagi Alana, saya Nella. Mantan manajernya Ken."
"Iya Kak Nella, bagaimana?"
"Aku perlu bertemu denganmu hari ini, banyak yang harus aku bahas dan serahkan ke kamu sebelum aku kembali ke Jogja."
"Baik Kak, kapan?"
"Bagaimana kalau siang ini?"
"Iya bisa kak."
"Oke, kita ketemu di kantor ya, see you."
"Iya Kak."
Percakapan berakhir dan sambungan telepon dimatikan. Alana sedikit gugup, pekerjaan barunya ini benar-benar penuh tantangan, meski ia tahu gaji yang akan ia terima nantinya sangatlah besar.
Alana mendengus sebelum ia kembali ke tempatnya semula, saat itu Ken sedang break, jadi ia bisa ditemui untuk sekaligus meminta ijin.
"Kak Nella tadi menelponku."
"Hmm, lalu?" tanya Ken yang sembari bermain game online di sela break syutingnya.
"Dia ingin menemuiku di kantor siang ini, jadi aku tidak bisa menunggumu sampai selesai."
"Tidak masalah, kamu tidak perlu menungguku seharian full di lokasi, lakukan saja tugasmu dengan baik, aku rasa kamu bisa pingsan jika melihat adegan ranjangku bersama Chia," goda Ken sembari melirik ke arah Alana, menunggu responnya.
Alana menggerakkan bibir dengan sinis, pikirannya jadi melayang kemana-mana, sangat brutal.
"Aku tidak peduli, aku mau pergi sekarang." jawabnya acuh tak acuh.
Ken terkekeh, namun ia berhasil meraih tangan Alana lebih cepat untuk menahannya sebentar lagi.
"Tidak, aku bercanda. Mana boleh adegan seperti kita kalau malam, kalaupun boleh aku pasti sangat senang, seperti memiliki dua istri," ujarnya berbisik diikuti gelak tawanya.
Alana semakin kesal, ia melepas tangan Ken dengan kasar sebelum ada orang lain yang melihatnya, setelahnya ia pergi dengan langkah cepat.
Alana kemudian meminta Jordi untuk mengantarnya ke kantor, meski hari masih pagi, daripada kebakaran hati di lokasi syuting, Alana lebih memilih ke kantor lebih awal, ia tentu butuh belajar banyak hal dari orang-orang sekitar, apalagi ini pengalaman pertamanya.
Alphard hitam segera melaju ke kantor KA Management.
Pada saat yang sama, setelah Alana pergi dari Ken, Chia seperti biasa mendekati Ken yang tengah asik main game online sendirian.
"Ken!"
"Hmm." Ken mendongak ke arah sumber suara yang memanggilnya.
"Aku kira kamu Alana," lanjut Ken.
"Memang sebenarnya dia siapanya kamu? Tumben kamu secepat itu mencari ganti Kak Nella untuk menjadi manajer pribadimu, kamu tidak memecat Kak Nella kan?" tanya Chia penuh selidik.
Pasalnya, Chia lebih suka Kak Nella jadi manajer Ken daripada Alana. Pertama karena meskipun Kak Nella masih lajang, dia sepupu Ken yang usianya terpaut tujuh tahun lebih tua dari Ken, selain itu juga penampilan dan wajah Kak Nella terlihat biasa saja di mata Chia, orangnya gemuk dan selalu pakai kaca mata.
Berbeda sekali dengan Alana, perempuan cantik yang terawat tubuhnya dari ujung rambut sampai kaki, tak hanya itu Alana juga terlihat lebih muda dari Ken, penampilannya juga sangat fashionable dan semua barang branded menempel pada tubuhnya, Alana bak perempuan sosialita yang lebih pantas menjadi artis.
Untuk itu Chia sangat membencinya, hubungan Ken yang sudah memburuk dengan Viola membuat Chia takut Ken akan dengan mudah jatuh hati pada manajer barunya.
"Dia sahabat lamaku, aku sudah mengenalnya sejak kecil. Kami bahkan tumbuh bersama beberapa tahun yang lalu karena orang tua Alana tinggal di luar negeri, dan aku tidak mungkin memecat Kak Nella, dia bahkan seperti saudara kandungku sendiri. Kak Nella resign karena dia akan menikah di Jogja dan tinggal di sana bersama suaminya."
"Hmm, benarkah?"
Ken hanya manggut-manggut, setelahnya mereka dipanggil untuk pengambilan scene berikutnya.
***
Alana tiba di KA Management sekitar pukul 10.00 WIB, meski begitu ternyata Kak Nella sudah ada di sana.
Sama seperti Chia, Kak Nella juga sangat terkejut saat pertama kali melihat Alana.
"Gadis muda yang sangat cantik. Apa yang membuat Ken memilihnya? Dia bahkan lebih cocok menjadi artis," batin Kak Nella.
Alana lalu menjabat tangan Kak Nella dengan begitu ramah, ia ingin memberikan kesan yang baik padanya di hari pertama pertemuannya.
"Aku baru ingin menghubungimu untuk memintamu on the way ke sini, tapi ternyata kamu datang lebih awal, aku sangat suka dengan kedisiplinanmu Alana," puji Kak Nella.
"Terimakasih, aku hanya tidak ingin membuat Kak Nella menunggu lama karena lokasi syuting Ken yang sangat jauh dari sini."
"Baiklah, aku hanya ingin menyerahkan beberapa jadwal Ken ke depan yang sudah masuk padaku, juga akan sedikit mengarahkanmu agar kamu bisa menjadi manajer yang baik dan profesional untuk Ken."
Alana mengangguk, ia mendengarkan dengan begitu seksama saat Kak Nella menjelaskan rincian pekerjaannya secara detail.
"Kalau kamu nanti ada kesulitan atau apapun itu, jangan sungkan untuk bertanya padaku. Aku tidak akan pelit ilmu," ujar Kak Nella diselingi tawa kecilnya.
Alana sangat senang mendapat perhatian dan sambutan yang baik dari Kak Nella, ia jadi merasa bahwa pekerjaan ini tidak akan sulit karena adanya dukungan dari Kak Nella dan manajer Ken yang lain.
Ya, di sini Alana tidak hanya bertemu dengan Kak Nella saja, tapi manajer lain seperti Ari yang bertugas sebagai bussines manager, dan Bima sebagai road manager.
"Kalau aku biasanya sempat membawahi beberapa artis lain di manajemen ini, seperti Ken, Jonas, dan Bella, tapi Ken memintaku untuk kamu hanya memanajemen Ken saja, jadilah Jonas dan Bella sekarang dimanajeri oleh Nadya, manajernya Chia."
"Iya Kak Nella saya masih butuh banyak belajar."
"Tidak apa-apa Alana, aku dulu juga sama sepertimu."
Setelah itu pertemuan berakhir, Alana kemudian dijemput oleh Jordi namun dia tidak langsung kembali ke lokasi syuting.
Alana ingin membeli buah-buahan untuk cemilan Ken, meski ini seharusnya tugas Amanda tapi Alana melakukannya sebagai istri Ken, jadilah ia mampir ke toko buah sebentar.
Namun tak disangka, Alana justru bertemu dengan Claudya dan Nita.
"Selamat sore Nyonya Muda Alana," sapa Claudya dengan gayanya yang langsung membuat Alana muak.
"Sombong sekali kamu sekarang, mentang-mentang kamu menjadi manajer Ken. Kamu pasti merayu Ken kan untuk mendapatkan posisi itu?" timpal Nita penuh emosi.
Alana tertegun sesaat, Nita bahkan sudah tahu profesinya sekarang. Perempuan licik itu pasti berusaha menyelidiki kehidupannya saat ini.
Alana tak menjawab apapun, ia hanya tersenyum dingin dengan sorot mencibir di matanya. Ia kemudian melewati Claudya dan Nita begitu saja. Rasanya hanya membuang waktu saja meladeni mereka berdua, apalagi Ken pasti sudah menunggunya.