Tanpa bergerak agar Ken tidak mengetahui bahwa sebenarnya dirinya telah bangun dan mendengar semua percakapan mereka, Alana mengedipkan matanya agar tidak menangis, tetapi air matanya mengalir tak terkendali di pipinya.
Alana kembali memejamkan matanya, mencoba menghilangkan kesedihan dan kesengsaraan aneh yang muncul dalam dirinya.
Keesokan paginya, Alana seperti biasa bangun lebih dulu daripada Ken, ia tahu Ken pasti sangat lelah karena pulang sangat larut ditambah lagi setelah itu ia masih sempat mengobrol dengan Viola begitu lama.
Setelah mandi, Alana lalu ke ruang makan untuk mengecek makanannya tadi malam dimakan oleh Ken apa tidak.
"Selamat pagi Nyonya Muda."
"Selamat pagi Bibi Mer, oh ya, apakah makanan yang ada di meja tadi malam dimakan oleh Ken?"
"Iya Nyonya, Nency yang menghangatkannya lagi dan kemudian dimakan oleh Tuan."
Alana diam-diam tersenyum karena Ken masih mau menghargai masakannya.
"Baiklah terimakasih Bi, ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak usah Nyonya Muda, ini sudah selesai, tunggu saja di ruang makan."
"Tidak apa-apa Bi, aku ingin membantumu."
"Baiklah ini Nyonya, makanannya di tata di meja saja."
Alana mengangguk dan melakukan apa yang disuruh oleh Bibi Mer, setelah menyiapkan sarapan, Alana kembali ke kamarnya untuk membangunkan Ken. Sudah pukul 07.00 pagi dan Ken belum juga bangun.
"Ken, bangun!"
Alana menggoyang-goyangkan tubuh Ken dengan begitu malas, ia masih sangat kesal padanya.
Seperti biasa Ken akan penuh drama hanya untuk bangun pagi, membuat Alana semakin naik pitam.
"Tinggal bangun saja susah banget Ken, talent harus standby jam 8 pagi di lokasi syuting dan ini sudah hampir jam setengah 8 Ken," Alana tampak bersungut-sungut.
Ken akhirnya bangkit dari tempat duduknya dengan rasa malas yang masih menggelayuti dirinya, setelah mendapat pidato penuh ocehan dari Alana.
"Iya, aku mandi sekarang."
"Nggak mandi pun terserah."
Ken mengerutkan kening, berbalik menghadap Alana dengan tatapan dingin.
Alana tak peduli, ia memilih menunggu Ken di ruang makan daripada nanti ada drama lain lagi dari Ken, untuk sementara sebisa mungkin ia ingin menghindar dari Ken.
"Kamu kenapa?" tanya Ken saat ia duduk di ruang makan.
"Aku baik-baik saja," jawab Alana acuh tak acuh.
Ia lebih memilih fokus pada sarapannya daripada menatap Ken yang duduk di sampingnya.
"Kamu tidak terlihat baik-baik saja, apa aku melakukan kesalahan?"
Alana terdiam, hanya matanya yang beberapa kali mengerjap karena emosi.
"Tidak, makanlah! Kamu bisa terlambat, aku hanya tidak suka dengan orang yang tidak disiplin waktu," ujar Alana dengan ekspresi yang tenang, emosinya hampir tidak terlihat.
Ken mengangkat alisnya, terkejut, ia kemudian menatap Alana dalam waktu yang lama, ia tahu masih ada sesuatu yang tak ingin Alana ungkapkan selain itu.
"Baiklah, aku akan berubah demi kamu."
Giliran Alana yang terkejut, ia kemudian menoleh ke arah Ken dan memaksakan tersenyum.
"Apa masih ada lagi yang ingin kamu sampaikan padaku?"
Alana menggeleng cepat. Ia justru menarik tangan Ken untuk segera berangkat karena Jordi sudah menunggunya di depan.
***
Kebetulan hari ini lokasi syuting Ken berpindah ke tempat yang tidak begitu jauh dari rumah, jadi ia tidak terlambat hari ini.
Alana menghela nafas lega saat tiba di lokasi syuting tepat waktu, itu pesan Kak Nella untu bisa merubah Ken lebih disiplin dan hari ini Alana berhasil membuat Ken tidak terlambat ke lokasi untuk pertama kalinya.
"Kamu hebat Alana, Ken jadi lebih disiplin sekarang," puji sutradara yang menangani sinetron Ken.
Alana hanya mengangguk dan berterimakasih. Setelahnya ia pamit pergi kembali ke kantor untuk bertemu Ari dan Bima, mendiskusikan tentang beberapa jadwal Ken yang ada sedikit bentrok.
Jordi pun mengantar Alana ke KA Management, dalam perjalanan menuju kantor, Alana tidak seperti biasanya yang hari ini sangat irit bicara, biasanya ia akan bercerita kepada Jordi mengenai ini dan itu.
Jordi melihat kesedihan di kedalaman mata Alana yang ia tangkap dengan jelas, namun ia tak berani berkomentar apapun.
Mobil itu diliputi keheningan, dengan Alana yang memilih menyandarkan kepalanya untuk melihat ke luar jendela.
"Apa ada masalah Al?" setelah terdiam cukup lama, akhirnya Jordi memberanikan untuk bertanya.
Karena hanya Jordi dan Amanda yang tahu tentang pernikahan Ken dan Alana, hal itu juga terkadang membuat Jordi merasa sangat prihatin dengan kehidupan Alana.
"Oh tidak," Alana tergeragap menjawab dan memaksakan tersenyum.
"Baiklah, aku tidak akan memaksamu, tapi kalau kamu mau cerita apapun aku siap mendengarkannya."
"Terimakasih Jord, kamu dan Amanda memang sangat baik."
Jordi hanya tersenyum.
Setelahnya mereka berdua tiba di KA Management, Alana buru-buru turun dan menyelinap masuk ke kantor.
"Alana, kira-kira Ken break syutingnya jam berapa? Aku rasa waktu itu bisa dimanfaatkan untuk pergi pemotretan promo e-commerce tersebut."
Alana justru sibuk melamun, ia benar-benar tidak fokus hari ini.
"Alana," Bima kembali memanggilnya.
"Eh iya maaf."
"Kamu kenapa?"
"Tidak apa-apa Kak Bima, kepalaku agak sedikit pusing, bagaimana?" tanya Alana sembari berpura-pura memijat keningnya.
Bima mendengus, ia terpaksa mengulangi pertanyaannya.
"Jam 12 siang," jawab Alana kemudian.
"Kalau malam jam berapa?"
"Jam 6."
"Baiklah, jam 12 nanti saja. Kamu hubungi Ken, biar nanti Ari yang ke sana. Kamu bisa istirahat di sini sebentar."
Alana mengangguk patuh, ia kemudian menghubungi Amanda agar disampaikan pada Ken saat tidak sedang take.
Alana kemudian masuk ke ruangan Ken, ia memilih untuk beristirahat di sana, sambil memijat keningnya yang sekarang ternyata benar-benar pusing.
Alana justru semakin syok dengan berita di gugel tentang Ken dan itu menyeret namanya, Alana berubah panik.
Sepertinya ia harus memberitahu Jordi agar bisa membereskan hal ini, dan pikiran Alana segera terseret oleh satu nama yaitu Nita.
"Halo Jord, aku butuh bantuanmu."
Jordi yang sedang duduk santai di lokasi syuting Ken, tampak mengerutkan kening di sana.
"Ada apa Alana? Kenapa kamu begitu panik?"
"Sepertinya Nita berulah lagi," Alana kemudian menjelaskan kejadian saat pertemuan mereka di restoran dan berita hari ini.
"Kamu tenang saja Alana, hal itu memang biasa terjadi, tapi kalau kamu tidak ingin hubunganmu dengan Ken tersebar ke lainnya, aku akan membereskannya sekarang juga."
"Iya Jord, aku mohon bantuanmu, aku yakin Ken bisa marah jika tahu hal ini."
"Kamu tenang saja."
Percapakan berakhir dan Alana sedikit lega. Alana kemudian mengirim pesan pada Jordi untuk mencari tahu nomor ponsel Nita.
Beberapa menit berikutnya, Jordi membalas pesan Alana dan sudah mendapatkan nomor ponsel Nita, Alana tersenyum puas karena akhirnya bisa menghubungi Nita.
Di tempat yang berbeda, di kediamannya yang baru, Nita yang sedang asik menonton drakor di kamarnya tiba-tiba dihubungi oleh nomor tak dikenal. Dengan ragu-ragu ia pun menerima panggilan itu.
"Halo, dengan siapa?"
"Alana."
Mendengar nama itu, ekspresi Nita berubah.