Siapa sangka kalau Nita dan Claudya sengaja mencari masalah dengan Alana, Nita tiba-tiba mencengkeram tangan Alana dengan begitu kuat untuk menghentikan langkah Alana, hal itu membuat Alana begitu geram, ia lalu melepas cengkraman tangan Nita dengan kasar.
Nita terhuyung, berganti Claudya yang meraung marah pada Alana.
Plak
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Alana hingga kepalanya tersentak ke samping. Tubuh Alana gemetar karena marah.
"Claudya, apakah kamu buta sekarang? Putrimu yang lebih dulu mencari masalah denganku," bentak Alana tak terima.
"Alana, kamu..."
Claudya semakin murka hingga wajahnya memerah. Sementara Alana tak peduli, bibirnya justru menampakkan senyum sarkastik.
"Jangan pernah berpikir aku masih sama seperti dulu, aku bahkan bisa membuat kalian terusir hari ini juga dari Jakarta."
Rahang mereka terlihat mengencang karena marah, menatap Alana tak percaya. Claudya kemudian berteriak dengan marah, "Alana, akan kupastikan ayahmu tahu semua perbuatanmu hari ini."
"Silahkan, lagipula sejak kapan ayah peduli padaku? dia hanya berubah saat setelah aku pulang membawa uang untuk keselamatannya."
Alana menatapnya dengan dingin, tanpa ekspresi.
"Akan aku pastikan kamu menyesal atas perbuatanmu hari ini Alana."
Ekspresi Nita berubah sangat galak dengan aura yang mengintimidasi, meski begitu Alana tidak pernah takut padanya.
Pemilik toko buah yang kemudian melihat kejadian itu segera buru-buru menghampiri mereka dan melerai.
"Pergi kalian semua, jangan membuat kericuhan di tokoku."
"Dia justru ingin mencuri buah-buahanmu dan aku berhasil memergokinya."
Nita dan Claudya berusaha memutar balikkan fakta.
"Benarkah?" pemilik toko buah itu menjadi bingung.
"Itu tidak benar, aku bahkan bisa membeli semua buah di tokomu Pak, jangan dengarkan dia!"
Alana berusaha membela dirinya, namun pemilik toko buah itu justru semakin bingung dan tidak tahu harus membela yang mana.
Untung saja Jordi segera datang dan ikut membela Alana.
"Jangan pernah berani menuduhnya, minta maaf atau akan kupastikan suamimu tidak akan lagi bisa bekerja di Wijaya Group dan akan menjadi pengangguran selamanya," ancam Jordi.
Claudya memucat, namun hatinya begitu gengsi untuk meminta maaf pada Alana.
"Sudahlah, pergilah kalian semua!"
Pemilik toko buah itu kemudian mengusir mereka semua, hal itu membuat Nita dan Claudya menghela nafas lega dan segera berlari menghindar dari Alana dan Jordi.
Namun Jordi segera memblokir jalan mereka saat di luar toko.
"Aku tidak akan main-main dengan ucapanku, cepat lakukan atau kalian akan sangat menderita setelah ini."
Melihat Nita dan Claudya tak bisa berkutik lagi, Alana tersenyum puas.
"Baiklah, aku minta maaf."
"Aku tidak mendengarnya," ujar Alana dengan begitu sengaja.
"Alana, kamu!"
"Ayo lakukan lagi!" bentak Jordi.
"Aku minta maaf Alana," ujar Nita dan Claudya hampir bersamaan.
Alana mengatupkan bibir dengan puas, kemudian ia mengajak Jordi untuk kembali ke mobil dan menuju ke lokasi syuting.
Melihat kesombongan Alana, Nita dan Claudya semakin menaruh dendam padanya, mereka tetap akan membalas perlakuan Alana.
***
Alana tiba di Green Garden saat hari sudah sore, sebenarnya ia ingin kembali ke lokasi syuting tapi Ken mengirim pesan padanya untuk istirahat di rumah saja.
Ken tidak mau terlalu memforsir Alana, meski saat ini Alana adalah manajer pribadinya, ia tetap bisa meminta bantuan Bima dan Ari yang jauh lebih berpengalaman.
Ken memperkerjakan Alana menjadi manajernya agar ia tidak buta dengan dunia entertainment, bagaimanapun pernikahannya tidak akan selamanya, jadi Ken ingin membuat Alana tahu segalanya tentang dunia entertainment sebelum ia berpisah.
Sesampainya di rumah, Alana kemudian mandi, setelahnya ia berniat untuk memasak sesuatu untuk Ken.
Ia tahu Ken pasti akan sangat kelelahan hari ini setelah cuti tiga hari. Alana kemudian pergi ke dapur dan memasak beberapa makanan kesukaan Ken.
Ia kemudian menghubungi Ken saat semuanya sudah siap, namun Ken tak menjawab, ia berpikir mungkin Ken sedang sibuk dan belum sempat menengok ponselnya, ia hanya berharap Ken tidak akan pulang terlalu larut.
Namun pada kenyataannya, Ken tiba di Green Garden hampir pukul 12 malam, membuat Alana sampai ketiduran di ruang makan.
Ken yang tidak mengetahui hal itu langsung menuju kamarnya, ia kebingungan saat melihat Alana tidak ada di kamarnya.
"Dimana Alana?"
"Nyonya Muda ada di ruang makan."
Ken mengerutkan kening.
"Sebenarnya tadi Nyonya memasak dan menunggu Tuan di ruang makan, sepertinya Nyonya kelelahan dan ketiduran."
"Panaskan lagi makanannya, aku akan memakannya setelah ini."
"Baik Tuan."
"Tunggu sebentar, apa Nyonya sudah makan?"
"Sudah Tuan."
Setelah itu Ken tidak mengatakan apapun lagi, dan langsung buru-buru ke ruang makan.
Di sana, Alana tampak tertidur dengan wajahnya yang natural, membuat aura kecantikannya semakin terlihat, entah kenapa Ken semakin hari semakin sadar bahwa Alana memang perempuan yang sangat cantik. Ken menyunggingkan senyum penuh kekaguman.
Tanpa membangunkan Alana, Ken pelan-pelan menghampiri dan menggendong Alana untuk dipindahkan ke kamar, meski begitu Alana tidak terbangun sama sekali.
Samar, Alana hanya merasakan bahwa seseorang telah menggendongnya dan merasakan pelukan akrab yang begitu nyaman.
Ken menggendognya dengan lembut, ketika menyadari dirinya dan Alana sedekat itu dan menempel dadanya, hati Ken tiba-tiba merasa hangat.
Sesampainya di kamar, Ken menjatuhkan tubuh Alana di tempat tidur dengan sangat hati-hati, lalu menyelimutinya. Alana masih terlihat tidur dengan begitu nyenyak. Ken mengusap puncak kepalanya dengan lembut, lalu mencium keningnya.
Ken tidak dapat menahan diri untuk tidak menatap wajah Alana yang begitu damai, pada saat seperti itu muncul perasaan bersalah yang tak bisa ia ungkapkan, terkadang Ken ingin menekan egoisnya untuk menerima Alana sepenuhnya dan melupakan Viola, tapi itu masih sangat sulit. Ken belum siap.
Setelahnya Ken pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan turun ke bawah untuk memakan makanan Alana meski hanya sedikit.
Tidak langsung tidur, Ken menyandarkan tubuhnya di punggung ranjang di samping Alana sambil membuka akun sosial medianya, dan kebetulan foto Viola mampir ke berandanya, foto itu sepertinya diambil saat pemotretan di Indonesia dengan gaya khasnya yang anggun nan elegan bak seorang putri kerajaan masyhur.
Menatap foto Viola dalam waktu yang lama, membuat perasaan rindu padanya semakin mencuat di hati Ken, membuatnya begitu tersiksa, maka dengan mengurangi gengsinya, Ken menghubungi Viola.
Mungkin di sana Viola juga merasakan kerinduan yang serupa, gayung pun bersambut, Viola menerima panggilan itu.
"Halo Ken, how are you?" suara Viola yang lembut mencapai telinga Ken.
Mendengar itu, bibir Ken bergerak-gerak membentuk senyuman penuh kebahagiaan.
"I'm fine, you? Aku sangat merindukanmu Viola."
Tak sengaja Alana terbangun, mendengar percakapan Ken dengan Viola yang saling mengungkap kerinduan satu sama lain, hati Alana seperti diiris-iris oleh pisau tumpul, rasanya sakit sekali.