Hidangan pun disajikan setelah itu, meskipun Alana moodnya sudah memburuk dan nafsu makannya tiba-tiba hilang, Ken berhasil membujuk Alana untuk makan terlalu banyak.
"Aku tidak mau kamu banyak pikiran Alana, itu akan menganggu kesehatanmu, ayo makanlah semuanya! Aku telah memesan semua makanan favoritmu."
Alana hanya pasrah, lagipula perutnya juga sangat kelaparan, dan entah kenapa melihat kepedulian Ken padanya mengingatkan Alana pada Oma Riana, baru beberapa hari ditinggal saja Alana sudah sangat merindukan orang tua itu.
"Ken, bagaimana kabar Oma di sana? Aku sangat merindukannya," ujar Alana di sela makannya.
"Oma sedang fokus dalam pengobatannya, beliau tidak akan sempat mengabari siapapun, hanya asisten Oma yang selalu menghubungiku untuk memberitahu perkembangan Oma di sana."
"Benarkah? Apa penyakit Oma separah itu?"
Ekspresi Alana berubah sangat khawatir.
Ken mengangguk, ia meneguk jusnya dan menyudahi makannya.
"Oma mengidap penyakit lain yang begitu berbahaya, bahkan dokter pernah bilang padaku bahwa hidup Oma tidak akan lama lagi, itulah alasan mengapa aku selalu menuruti keinginan Oma, bahkan sampai menikah denganmu."
Saat mengatakan itu, ada kesedihan di kedalaman mata Ken yang Alana tangkap dengan begitu jelas, hingga ia juga bisa merasakan kesedihan itu.
"Oma orang yang sangat baik, aku percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk Oma."
Ken mengangguk setuju.
"Mohon doanya untuk kesembuhan Oma, bagaimanapun aku tetap menginginkan orang tua itu hidup lebih lama, dia satu-satunya orang tua yang aku miliki."
"Aku pasti akan selalu mendoakan untuk kesembuhan Oma, aku sangat menyayanginya, dia seperti penolong yang dikirim Tuhan untukku."
Ken mengangguk, setelahnya ia mengajak Alana pulang setelah membayar makanannya.
Saat tiba di Green Garden, malam sudah sangat larut, Ken menyuruh Alana untuk membersihkan diri dan beristirahat.
Alana menghela nafas lega setelah mendengar titah Ken, entah kenapa ia takut Ken akan terus mengajaknya setiap malam, tapi ternyata dugannya salah, Alana terlalu khawatir. Tanpa memikirkan apapun lagi, ia segera mandi dan bersiap untuk tidur.
Alana keluar dari kamar mandi setengah jam setelahnya, entah kenapa berendam di air hangat membuat syaraf-syarafnya kembali tenang.
Seperti biasa Alana tidur dengan piyama kimono model dress pendek satin, hal yang sebenarnya sangat tidak disukai Alana, namun bagaimana lagi di lemarinya sekarang sudah tersedia semua baju tidur mulai dari yang seksi banget sampai yang sopan.
"Alana!" tegur Ken tiba-tiba.
Ken baru saja keluar dari kamar mandi satunya dengan hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Iya, ada apa Ken? Bukannya kamu menyuruh aku tidur?" tanya Alana berpura-pura bodoh.
Ken tertawa kecil.
"Aku berubah pikiran," godanya.
Alana menggeleng, ia kemudian melangkah cepat dan segera melompat ke tempat tidur, hal itu membuat Ken justru terkekeh, entah kenapa kehadiran Alana membuatnya lebih tenang meskipun ia sebenarnya masih sangat frustasi atas kepergian Viola.
Ken bukanlah laki-laki yang mudah jatuh cinta, ia bahkan baru menjalin hubungan pertama kali dengan Viola satu tahun belakangan ini, kalau perasaannya pada Chia, Ken lebih menganggapnya sebagai sahabat, Ken selalu seperti itu pada lawan mainnya untuk menjalin chemistry yang kuat.
Melihat Alana meringkuk seperti itu di dalam selimut, Ken tertawa pelan, setelahnya ia pergi ke ruang wardrobenya untuk mengenakan piyama.
Ken kemudian tidur di samping Alana dan memeluknya dari belakang.
"Alana, aku memang tidak mencintaimu, tapi entah kenapa aku selalu nyaman bersamamu dan selalu menginginkanmu di saat kita berdua seperti ini, tapi malam ini baiklah aku mengalah, tidurlah! Selamat malam."
Ken berbisik lirih di telinga Alana, membuat Alana yang sebenarnya hanya pura-pura tidur menggelinjang kegelian, Ken tak peduli, ia tetap memeluk Alana dengan sangat erat dan menit berikutnya ia terlelap lebih dulu.
Merasa Ken sudah tidur pulas, Alana membalikkan tubuhnya, sehingga ia menghadap ke arah Ken, memandangi wajah tampan Ken yang bak pangeran kerajaan dari negeri dongeng, sangat tampan dan menyejukkan hatinya.
"Ken, maaf kalau pada akhirnya nanti aku melanggar perjanjian itu, tapi semakin hari aku semakin mencintaimu dan aku tidak ingin kehilanganmu. Aku berharap pernikahan kita akan selamanya," lirih Alana.
Setelah mengatakan itu, Alana terlelap dengan posisi memeluk Ken.
Keesokan paginya, Alana bangun lebih dulu, ia ingat bahwa Ken hari ini ada jadwal syuting pagi-pagi sekali, maka setelah ia mandi dan berdandan, ia membangunkan Ken.
"Ken, bangun! Kamu harus syuting pagi ini, jangan sampai terlambat."
Ken yang masih sangat mengantuk justru tak peduli, ia menarik bantal dan tidak menghiraukan Alana. Ken memang selalu terlambat, dulu sampai Kak Nella selalu marah-marah padanya.
"Ken, sutradara sudah menelfonku ketiga kalinya. Ayolah!" titah Alana yang sudah seperti seorang yang sangat profesional.
Mendengar hal itu, Ken tersenyum. Ia senang dengan semangat Alana hari ini, maka ia bergegas bangun dan bersiap-siap.
Setelah semuanya beres, Ken dan Alana pergi ke lokasi syuting yang jaraknya lumayan jauh dari Green Garden.
"Harusnya kamu take jam 6 pagi, tapi lima belas menit lagi bahkan sudah jam 6, harusnya kamu tidak terlambat Ken, tempatnya kan lumayan jauh," Alana tampak mengomel di dalam mobil.
Sementara Ken yang diomeli Alana tampak tak peduli dan justru sibuk mengunyah sandwich untuk sarapannya.
Jordi dan Amanda saling memandang dan melempar senyum, daripada saat bersama Viola yang angkuh dan otoriter, mereka berdua lebih suka dengan Alana yang ramah terhadap semua orang termasuk kepada para asisten Ken seperti mereka.
"Apa kamu memang biasa terlambat?"
"Iya, dan mereka biasa saja, tidak ada yang berani memarahiku, kecuali Kak Nella, dia sama disiplinnya sepertimu."
"Tapi mulai sekarang kamu tidak boleh seperti itu lagi Ken, kasihan yang lainnya."
Ken hanya mengangguk acuh tak acuh, ia lebih fokus pada makanannya.
"Kita masih keburu nggak sih Jord? tempatnya kan agak jauh."
"Aku ngebut deh Al, pegangan ya semuanya."
Setelahnya Jordi melajukan mobilnya lebih cepat hingga sampai tujuan dan itu masih membuat Ken terlambat meski hanya lima menit.
Begitu Ken sampai, Chia langsung menghampiri Ken dengan gayanya yang centil.
"Hy Ken, akhirnya kamu datang juga, kita semua di sini sampai kering nunggu kamu," protes Chia.
Ken terkekeh, setelahnya ia justru mencubit pipi Chia dengan gemas. Alana sangat jengkel melihat semua itu.
Setelah Ken siap-siap dan reading, syuting dimulai. Alana duduk di belakang sutradara bersama Amanda. Saat itu adegan di taman dan Chia a.k.a Febi yang berperan sebagai istri Bintang a.k.a Ken, sedang merajuk dan Bintang berusaha untuk merayunya, adegan itu kemudian berakhir berpelukan dengan begitu mesra.
Melihat itu, Alana menjerit dalam hati, ini baru hari pertama ia menemani Ken syuting dan ia sudah merasa tertekan, Amanda yang mengetahui kegelisahan Alana segera menyela.
"Kamu tenang saja Alana, itu hanya akting. Aku yakin Mas Ken jauh lebih romantis saat bersamamu kan?" bisik Amanda pada Alana berusaha menenangkannya.