Ken tak peduli, tanpa merasa bersalah ia langsung berlalu begitu saja meninggalkan Oma Riana dan Alana, sementara Alana sudah tidak bisa lagi membendung air matanya.
"Oma mohon maafkan Ken, Alana," pinta Oma Riana.
Alana hanya menggeleng sambil buru-buru mengusap air matanya dan berusaha pura-pura tersenyum kepada Oma Riana.
"Iya Oma, tapi lebih baik saya pergi dari sini saja. Sudah cukup Oma berbalas budi pada saya dengan menjamu saya seperti seorang tamu istimewa, terimakasih Oma," pamit Alana yang sembari hendak pergi dari hadapan Oma.
Namun dengan cekatan tangan lembut Oma Riana menahan Alana agar tetap berada di rumahnya.
"Tolong jangan pergi dari sini Alana, Oma membutuhkanmu," ujarnya lirih.
"Tidak Oma, terimakasih. Saya permisi." Pamit Alana lagi sambil melepas tangan Oma Riana dengan sopan dan juga senyumannya yang masih terselimuti rasa kecewa yang mendalam.
Alana kemudian pergi dari rumah elite milik Oma Riana, meskipun ia tidak tahu harus tinggal dimana, Alana benar-benar bingung, ia jadi berniat kembali lagi ke kampung halamannya dengan sisa uang yang ada di sakunya. Ya, beruntungnya ia tidak menyimpan semua uangnya di dalam tas.
Alana pun berjalan kembali menuju terminal, meskipun ia tahu jaraknya masih sangat jauh dan sepasang kaki jenjangnya sudah meronta kelelahan namun Alana berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri karena ia tidak mungkin berlama-lama di Jakarta tanpa tujuan.
"Tunggu!" teriak seorang laki-laki yang membuat Alana langsung menoleh ke sumber suara.
Alana begitu kaget saat tahu bahwa yang meneriakinya sedari tadi adalah Ken, idolanya yang tadi sempat membuat hatinya begitu kecewa.
"Aku dari tadi meneriakimu, apa pendengaranmu memang kurang bagus?" gerutu Ken kesal.
Alana tampak menghela nafas, berusaha mengontrol emosinya, dalam hati ia ingin sekali membalas semua perkataan Ken yang begitu kasar, Alana tidak suka direndahkan seperti itu meskipun ia bukan perempuan yang memiliki status sosial yang tinggi, tapi baginya tidak seharusnya orang kaya dan terkenal seperti Ken seenak jidatnya mengatainya tanpa perasaan.
"Kalau anda ke sini hanya untuk merendahkan saya, lebih baik anda pergi. Saya masih kuat berjalan sampai terminal," balas Alana geram.
Tentu saja jawaban Alana membuat Ken tersentak dan semakin kesal.
"Apa gadis ini tidak mengenalku? Sombong sekali dia," batin Ken.
Melihat Ken terdiam dan tidak langsung menyampaikan maksudnya, Alana pun balik badan dan berlalu meninggalkannya, namun tangan Ken begitu sigap menghentikan langkah gadis cantik berasal dari kota Batu tersebut. Membuat jantung Alana langsung berubah berdegup sangat kencang karena grogi dipegang oleh tangan seorang Ken yang begitu ia idolakan sejak lama.
"Siapa namamu? Entah kenapa aku selalu menyukai gadis penantang sepertimu," ujar Ken setengah berbisik di telinga Alana.
Alana tidak bisa menjawab karena perlakuan Ken justru membuat jantung Alana semakin deg-degan, bercampur dengan keringat dingin yang seketika menjalar di seluruh tubuhnya, antara senang dan takut diperlakukan idolanya seperti itu.
"Ayo ikut aku sekarang! Oma Riana sampai menangis gara-gara kamu pergi begitu saja." Ujar Ken yang kembali mengomel sambil menarik Alana yang masih mematung di depannya untuk memaksanya masuk ke mobilnya.
Alana masih tidak bisa berkata apapun, ia tidak menyangka akan dipelakukan seistimewa itu oleh keluarga seorang aktor tampan yang sangat terkenal, ia hanya menurut saja perintah Ken untuk masuk ke mobil Lamborghini yang sebelumnya hanya Alana lihat di film-film yang ada di laptop kakaknya.
"Kenapa kamu sekarang jadi mendadak tidak bisa bicara? Ini minum dulu! Aku tidak mau bicara sendiri seperti orang gila," ujar Ken lagi sambil menyodorkan botol berisi air mineral pada Alana saat mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah Oma Riana.
Alana hanya tersenyum sambil menerima air mineral dari tangan Ken, manik matanya tidak bisa lepas memandang wajah Ken yang menurutnya lebih tampan daripada saat ia melihatnya di layar kaca televisinya.
Alana kemudian meneguk air mineral itu pelan-pelan yang baginya rasanya itu sangat nikmat karena pemberian dari sang idola, hingga tak terasa ia langsung dapat menghabiskannya.
"Terimakasih... Ken," ujar Alana yang masih grogi sehingga ucapannya terbata-bata.
Ken hanya mengangguk dengan santai sambil memutar lagu "Lily" milik Alan Walker, penyanyi favoritnya.
"Apa kamu mengenalku?" tanya Ken basa-basi.
"Tentu saja, siapa yang tidak mengenalmu. Aku bahkan... sangat mengidolakanmu," aku Alana sambil menunduk dan tersenyum malu.
"Oh ya? Kalau begitu maafkan sikapku tadi," balas Ken merasa bersalah.
Alana hanya mengangguk sambil tersenyum, namun ia segera ingat bahwa Ken sempat bilang kalau Oma Riana sampai menangis karena kepergiannya.
"Kenapa Oma Riana sampai menangis?"
"Katanya Oma sudah nyaman sama kamu, beliau butuh teman. Aku tidak selalu ada untuknya," jelas Ken.
"Maafkan aku Ken," ujar Alana yang kali ini merasa bersalah.
"Tidak, aku yang membuatmu pergi, maafkan aku A... siapa namamu?"
"Alana."
Ken manggut-manggut melafalkan nama Alana dalam hati, sepertinya ia juga sedikit merasa nyaman bersama Alana, selain Ken kagum dengan kecantikannya, Ken menilai Alana memiliki pribadi yang baik, wajar saja bila Oma Riana juga langsung sangat menyayanginya.
"Aku harap kamu bisa membuat hari-hari Oma lebih berwarna lagi," ujar Ken lagi.
"Maksud kamu?" tanya Alana tidak mengerti.
"Oma memintamu untuk tinggal bersama kami dan menjadi asisten pribadinya."
"Tapi... bukan itu tujuanku ke Jakarta Ken," aku Alana sedih.
"Lalu?"
"Sebenarnya aku ke Jakarta karena ditawari oleh teman kakakku untuk menjadi artis, namanya Mas Bima, pemilik 'Famous Management'," jelas Alana.
"Bima? Famous Management? Aku tidak pernah mendengarnya, jangan mudah tertipu Alana, banyak sekali oknum yang mengaku memiliki management artis tapi ujung-ujungnya dijadikan model majalah dewasa dan hal-hal yang negatif."
"Benarkah?" tanya Alana yang begitu syok sekaligus bersyukur karena Tuhan masih baik padanya.
Ken mengangguk, lalu memarkirkan mobilnya ke garasi rumahnya karena mereka sudah sampai ke rumah gedong Oma Riana. Tanpa disangka, Ken menggandeng tangan Alana masuk dan menemui omanya, hal itu membuat Alana kaget dan kembali deg-degan, meskipun ia tadi sempat kesal dengan sikap Ken, namun sekarang hati Alana seperti ditaburi oleh bunga-bunga indah yang bermekaran, ia begitu senang. Apalagi Oma Riana langsung memeluk Alana dengan penuh kasih sayang begitu ia sampai di kamarnya.
"Alana, tolong jangan pergi lagi, tinggalah di sini bersama Oma dan Ken," ujar Oma Riana lirih.
Alana mengangguk lalu melepas pelukan Oma Riana.
"Oma tahu kamu gadis yang baik, Oma bisa merasakannya dan firasat Oma tidak pernah salah, Oma ingin sekali suatu saat nanti kamu bisa menikah dengan Ken," aku Oma Riana blak-blakan di depan Alana dan Ken.
Tentu saja hal itu membuat Alana dan Ken saling berpandangan karena kaget, Alana juga tidak tahu apakah ia merasa beruntung mendapat tawaran seperti itu oleh Oma Riana karena Alana tidak pernah memikirkan pernikahan di usianya yang sekarang, ia justru masih ingin berusaha membangun impiannya menjadi seorang artis, sementara Ken langsung berubah memasang wajah yang sangat kesal pada perempuan yang sudah mengasuhnya sejak kecil itu.
"Tidak Oma, aku tidak mungkin menikah dengannya sampai kapanpun. Aku sudah memiliki Viola," tolak Ken mentah-mentah.