Budak Corporate sepertiku ini sudah pasti harus tiba lebih awal di kantor. Rutinitas setiap pagi di jam 07.30 WIB di kantorku adalah Morning Briefing. Seperti biasa Aku sangat malas berkumpul di Aula kantor untuk morning briefing seluruh Departement PT Genjot. Karyawan mulai bejibun berkumpul di aula untuk mendengarkan petuah petuah dari korea botak yang bernama Soe Feng Ki alias Frengky alias Boss Besar alias pemilik perusahaan ini. Cuap-cuap sok bijak seperti itu aku juga bisa. Lagipula apa yang dia kutip itu semuanya ada di google.
Setelah Frengky berdeklamasi. Semua orang yang berkumpul di aula memberikan tepuk tangan pramuka. Aku dengan enggan ikut-ikutan. Dilanjutkan dengan yel-yel PT Genjot yang pasaran.
"pasti bisa, harus bisa, yakin bisa".
Ya elah, tidak ada unik-uniknya. Kenapa tidak pakai yel-yel yang sudah kusiapkan.
"Genjot, Genjot, Genjot, Croot"
Lebih bagus bukan!?.
Seusai Morning Briefing yang tidak terlalu penting itu selesai. Aku segera pergi ke ruangan kerjaku. Merebahkan tubuh perkasaku di atas kursi yang memiliki roda dan bisa diputar-putar saat Aku iseng.
"Rama!!" panggilku pelan.
Sejak tadi pagi saat Aku terbangun sudah tidak ada Rama di sampingku. Dia sebenarnya Jailangkung atau apa. Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Sehabis minta dipeluk, seenaknya saja pergi tanpa kabar. Awas saja! lain kali Datang ku emprut, pulang lubangnya lebar.
"kangen ya!"
Entah kapan dia muncul. Rama sudah duduk di kursi kosong sebrang meja kerjaku. Meja kerja itu dulu bekas partnerku, tapi orangnya cuti hamil, lalu cuti seumur hidup setelah melahirkan.
"lu dari mana?" tanyaku melotot, Aku tidak suka dia pergi tiba-tiba dari sampingku.
Rama mendekat dan duduk di pahaku,
"eh.. apa-apaan!?" Aku berusaha mendorong tubuh bugilnya, tapi Rama malah melingkarkan tangan di leherku. Ya sudahlah, Aku pasrah saja.
"lu dari mana?, gua bangun udah nggak ada" Aku bertanya lagi.
Aku berusaha menahan tanganku agar tidak culametan untuk ikut melingkar di pinggang Rama.
"rumah lu deket masjid, padahal perasaan gua bukan setan jahat, tapi pas adzan shubuh gua kayak jadi cahaya dan ngilang sebentar gitu, tau-tau gua muncul lagi di gudang belakang" Rama bercerita sambil merebahkan kepala di dadaku, mau tak mau Aku membelai rambutnya.
Rama jadi manja begini, tapi Aku menyukainya.
"apa jangan-jangan, jasad lu dikubur disana?" Aku sedikit menggumam. Rama menggeleng pertanda tidak tahu.
Aku sedikit dilema, jika benar jasad Rama dikubur di gudang belakang, itu artinya jika dibongkar dan ketemu. Aku akan kehilangan Rama. Kenapa hatiku enggan melepas Rama yang ingin mati dengan tenang. Tapi Aku tidak boleh egois, Aku harus memeriksa tempat itu hari ini juga.
"minggiran bentar, gua mau benerin posisi kontl gua, nyelip nih!" ujarku terkekeh, "kayaknya gua mesti pake celana gedean, biar kalo gaceng nggak sesek"
"huu...dasar sangean" ledek Rama. Ia berpindah, duduk di kursi depan meja kerjaku.
Aku mengambil hp, memutuskan minta bantuan temanku yang bernama Fauzan. Dia teman sekolahku sewaktu SMA dan menjadi polisi di Ibukota. Kutekan tombol panggilan, namun temanku malah meminta mengaktifkan Video Call.
"eleh-eleh si kasep, cageur?" Fauzan melambaikan tangan, Ia juga sedang duduk di kursi, dibelakang dindingnya ada lambang kepolisian.
Aku tertawa atas pujiannya.
"cageur , maneh kumaha ojan?" tanyaku sedikit berbasa-basi.
"masih kayak biasanya, makin doyan cowok" bisik Fauzan tertawa.
Ya. Itulah yang membuat Aku akrab dengan Fauzan. Dia sama sepertiku. Fantasi sama, Role sama, sama-sama Dominant Top. Bedanya... tidak ada sih. Fauzan dan Aku tidak memiliki ketertarikan satu sama lain, dikarenakan kenal sejak Orok, satu sepersusuan karena Ibuku dan Ibu Fauzan berteman dekat, Ibu kami suka saling menitipkan anaknya dan juga suka saling bergantian menyusui anaknya. Untung saja dititipkan ke Ibu jadinya ditetein, coba kalau dititipkan ke Ayah jadinya ditititin. Aku khawatir Fauzan dan Aku justru akan menjadi Dominan Bottom. Oh shat!!, tidak pernah terpikir didalam otakku untuk menjadi Bottom atau Vers.
"kenapa maneh?" tanya Fauzan sambil meletakkan handphonenya, kini jelas terpampang tubuh tegap polisi tampan di layar hapeku.
"Ojan..buka dong, dikit aja, pengen liat tetek" godaku tertawa, Fauzan menempelkan kepalan tangan di layar hp. "Jan, bantuin urang!"
"teu boga duit gung" jawabnya asal
"anying sia!!, emang kapan urang pinjem duit, yang ada maneh pinjem duit ke urang"
"maneh kan tau, urang indigo Jan, urang mau minta tolong, maneh bisa bawain Ojan pelacak teu? ke gudang kosong dibelakang kantor urang" Aku menjelaskan keinginanku, katanya anjing pelacak kepolisian itu bisa mengendus radius berkilometer, siapa tau anjing pelacak bisa menemukan sesuatu disana.
"anying sia!!" Fauzan menggerutu, "ojan pelacak, emangnya urang anjing"
"oke, sore urang kaditu, urang yang turun tangan langsung" Fauzan mengiyakan tanpa bertanya kenapa dan ada apa. Itulah yang membuatku semakin menganggapnya sahabat.
Rama mendekat, Ia ikut menatap layar hapeku, "makasih Ojan, tatap mata Ojan" ujarnya cekikikan.
"huu..lucu lu" sahutku mendelik.
"saha gung, hantu?" tanya Fauzan yang melihatku berbicara sendiri.
"you know me so well Jan" jawabku, "ini yang minta tolong"
"bentukannya gimana? cowok? cewek? cakep nggak?" Fauzan menghujaniku pertanyaan.
"tipe kita, cakep, mulus, montoq, barang bagus lah" selorohku tertawa, Rama memukul pundakku.
"pake aja dulu kalo mau dibantu Detektif Indigay" celetuk Fauzan membuatku semakin tertawa terbahak-bahak.
"ide bagus" timpalku.
Rama mendengus, Ia meniup layar handphoneku dan panggilan Video Call ku dengan Fauzan sontak terakhiri.
"ganggu aja!!" sungutku
"abisnya ngapain ngegibahin gua ama gayfriend lu" balas Rama memutar badan membelakangiku.
Kutampar bokong montoknya, tanganku membal. Super duper empuk. Betul-betul barang bagus.
"bener-bener lu ya!" Rama mendengus, Ia melompat kearahku.
Aku yang tidak siap menahan tubuhnya membuat kursi yang kududuki terjerembab ke belakang, kepalaku sampai membentur lantai dengan posisi memeluk Rama yang ada diatasku.
Untuk sejenak Aku merasakan suasana berubah menjadi senyap, bahkan detakan jarum jam tidak terdengar, bergantikan detakan jantungku yang berdebar kencang saat bibir Rama tak sengaja menyentuh bibirku. Lagi-lagi perasaan nyaman membalut hatiku. Aku menatap mata Rama begitu tajam, kuberikan senyuman terbaik yang kumiliki. Wajah teduh Rama begitu menenangkan. Aku tidak bisa menahan diri.
Kukecap bibir Rama. Rama memejamkan mata. Hal itu membuatku semakin buas memagut bibir Rama. Rama terlihat pasrah, Aku semakin liar melihat kepasrahannya. Kuputar tubuh Rama, keadaan menjadi terbalik, Aku berada di atas Rama sekarang. Kuciumi leher Rama, kutinggalkan cupangan di lehernya yang dingin.
"aghh...Big, aghh" Rama mendesah.
Desahan Rama semakin membuatku hilang kendali. Aku tak bisa mengontrol kewarasan lagi, Aku menginginkan tubuh Rama. Aku sudah tidak perduli siapa Rama. Aku tidak perduli dia Hantu, Arwah, Setan, Dedemit, Siluman. Hatiku mengatakan jika Aku menyukai Rama.
Kuberikan servis terbaik dari seorang Agung yang menyukai makhluk tak kasat mata. Kuhisap kedua puting Rama yang sebesar biji rambutan, bergantian kiri dan kanan. Penisku mulai berontak. Ia ingin minta untuk disalurkan.
"aghh...Big, ough" Rama kembali meracau saat sebelah tanganku memilin bulatan di dadanya.
Tanganku semakin liar bergerilya, meraba seluruh tubuh mulus Rama yang sixpack dan berotot. Hingga elusan tanganku berhenti di bagian bawah Rama. Ku selipkan jariku di belahan bokong montok nan sexy yang dua hari ini mengganggu pikiranku. Tidak dua hari, tepatnya empat hari sejak pertama Rama muncul. Jariku mulai berani menelusup kedalam liang senggama milik Rama.
"ough....." Rama kian mendesah. Aku semakin bersemangat.
Kutambah satu jari lagi didalamnya.
"ough Big, aghh..." Rama lagi-lagi mendesah, Ia mencengkram lenganku yang dibalut jas dengan sangat kuat. Aku merasakan dingin tubuh Rama tembus ke pori-poriku, membuat bulu kudukku merinding, tapi gairahku kian brutal.
Aku mulai memberikan gerakan maju mundur pada jariku. Didalam sana jariku terasa dingin, seperti dicelupkan pada air es, tapi Aku menyukainya. Kutatap mata Rama tajam, Rama membuka mata, giginya menggigit bibirnya sendiri. Rama memberiku anggukan kepala, sebagai tanda Ia mengizinkanku membobol pertahanannya.
Aku tersenyum tulus, tak pernah Aku sebahagia dan setulus ini. Aku sadar, mungkin Aku akan kehilangan Rama, tapi Aku ingin mengatakan ini sebelum Rama benar-benar pergi.
"Ramadandra, Aku cinta sama Kamu" bisikku dengan penuh keyakinan yang telah kupikirkan matang-matang.
Rama tersenyum begitu manis, Ia mengalungkan tangan ke leherku. "Agung Prakasa, do it to me now!"
Aku tersenyum. Kubuka resleting celanaku. Kukeluarkan alat kejantanan kebanggaanku. Ukuran yang bagiku cukup diatas rata-rata. Berkat alat Vacum Penis yang rutin kugunakan sejak SMP disertai keaktifanku berlari dan berolahraga, Aku cukup bangga dengan ukuran 19,5CM di area selangkanganku dengan diameter 8CM.
Precumku sudah mengalir cukup banyak. Cukup untuk menjadikannya lubricant atau pelicin tanpa harus menggunakan ludah. Kugiring perlahan batangku hingga ujung kepala menyentuh pintu liang senggama Rama. Gerakan dorongan kuberikan semakin kuat, semakin kuat, dan aghh.. Penisku membobol pertahanan Rama disertai desahan dari mulut Kami bersamaan.
Rasanya dingin, tak hangat seperti biasanya. Tapi apapun rasanya. Aku tetap menyukainya, karena Aku mencintai hantu yang sedang kusetubuhi ini. Aku tidak berbohong. Aku yakin. Perasaan yang kumiliki ini adalah perasaan cinta, bukan sekedar nafsu karena melihat tubuh bugil dari seorang hantu yang maskulin.
"oughh..Big" Rama kembali mendesah saat Aku mulai bergerak, memberikan gesekkan yang pelan, lalu berubah menjadi sedikit kencang, dan berganti semakin kencang.
Desahanku dan Rama memenuhi seisi ruangan, Aku bersyukur Bu Laura cuti hari ini.
Aku terus menyetubuhi Rama masih dengan baju seragam kerja yang melekat di tubuhku. Rama menarik dasiku kembali merapatkan bibir satu sama lain. Gerakan hujamanku semakin cepat, hingga celanaku menyentuh kulit bokong Rama saat hentakan kencang kuberikan padanya.
"aghh..Rama, aghh.."
"yes Big, here I am, do it, faster, aghh"
"ough..Rama, Call me your Big!"
Ya, Aku menyukai panggilan Rama yang berbeda dengan yang lainnya. Bagi Rama nama Agung terlalu jawir untukku yang menurutnya tampan. Ia merubah panggilan dengan Big. Big is besar, besar is gede, gede is agung. Agung itu sinonimnya Besar. Aku teringat filosofi Rama tentang namaku. Itu membuatku semakin bersemangat menghujam liang belakang Rama sambil tetap berpagutan.
Gesekkan yang kulakukan semakin liar. Tapi tak ada desahan diantara kami. Tak ada racauan lagi diantara kami, karena bibir kami sibuk tumpang tindih. Sibuk saling mengecap dan melumat. Keringat mulai membasahi tubuhku. Kemejaku basah karena Aku tidak menggunakan kaos dalam. Kemeja yang ngepas di tubuh berototku perlahan kubuka kancingku. Menampilkan lekukan otot, dada bidang dan perut sixpack yang tak kalah dengan Rama. Kini dua tubuh Sixpack dan berotot bersatu. Dada sama bidang melekat seiring dengan gerakan pinggulku yang semakin berirama maju mundur. Puting Rama juga bergesekkan dengan putingku, membuat gairah dalam diriku kian memuncak.
"Ram..aghh..I wanna cum!"
"cum inside, Big aghh..."
Rama mengelus dadaku, tangan dinginnya membelai sampai perutku.
"sama kayak punya Aku" ujarnya menghitung belahan perutku yang berjumlah enam.
Memang benar adanya, tubuhku dan tubuh Rama sama sixpacknya.
"Ram...aghh.., Aku keluar, aghh.." Aku memekik tajam.
Aku sampai, Aku puas. Penisku masih berdenyut didalam liang senggama Rama yang dingin. Kutumpahkan semua cairanku didalam tubuh Rama. Setidaknya, jika Rama pergi, ada kenangan yang tersimpan didalam tubuhnya. Ya, kenangan bercinta dengan makhluk dari dunia yang berbeda. Aku tumbang, nafasku terengah, Aku berusaha mengontrol nafasku. Berbeda dengan Rama yang tak ada deru nafas darinya. Dia hantu, hampir saja Aku melupakan itu. Apa artinya arwah memang tidak bernafas lagi.
"maaf, my Ghost" bisikku di telinga Rama yang masih memelukku, "bisa Aku minta rounde ke dua?" bisikku lagi.
Penisku belum juga menciut, padahal didalam liang Rama dingin.
"No..! Kamu harus kerja" ujar Rama memelukku.
Rama memegang wajahku, tangan dinginnya membelai pipiku. Ia tersenyum sangat manis sekali.
"terima kasih" ujarnya tersenyum lebih tulus, matanya jadi menyipit karena tertarik pipinya.
Aku membelai rambut Rama, memandanginya penuh cinta. Perasaan takut menyelimutiku, Aku takut, jika Aku akan kehilangan Rama.
"Pak Agungse, O em Ji"
Aku membalik tubuh dan berdiri melihat ke suara yang ada dibelakangku. Siaul!!. Dia manager dari divisi marketing, laki-laki berhati keibuan yang dulu dipanggil Eceu, namun sekarang minta dipanggil bunda.
"aakkk, mata akika kotor!!" pekiknya menutup mata dengan kipas yang Ia bawa.
Aku melirik bagian bawah, ternyata Aku lupa memasukkan kembali burungku kedalam sangkarnya. Untung saja laki-laki manjalita ini bukan tipe banci pengamen jalanan yang beringas dan brutal. Aku segera merapikan resleting dan mengancingkan kemejaku kembali.
"mm..maaf bunda" Aku menggaruk kepala. Aku melirik ke Rama, tapi Rama sudah menghilang.
"Pak Agungse, jore iiih..." laki-laki ini memukul lenganku dengan kipasnya, "colaiman jangan disindang atuuh, kan bisikan di tolilang"
"artinya apa bunda?" tanyaku kebingungan. Aku memang tidak mengerti bahasa dia yang beda sendiri.
"colai jangan disini, kan bisa ditoilet. Nggak ngerti bahasa gaol deh neik"
Aku hanya cengengesan. Dia berpikir Aku onani karena Dia tidak melihat lawan mainku, apa jadinya jika kukatakan bahwa lawan mainku adalah arwah atau hantu.
"udah nggak tahan bunda" jawabku berbohong.
"ya udinda lah ya, namanya juga lekong, butuh diasah, eh Miss Laura kemenong Pak?" tanyanya lagi dengan gayanya yang rumpi dan cucok.
"cuti bunda, jadi nggak masuk kerja"
"iiih... lagi cuttari nggak bilang-bilang eike. Awas ya Miss Laura" keluhnya berbicara sendiri, Dia memang akrab dengan Managerku. "ya udin, eike capcus ajalah, inget ya Pak Agungse yang Cakra, kalau colaiman jangan di tempat kerja, ngeri tau, nanti disedot hantu" ujarnya cekikikan dan pergi meninggalkanku.
Aku bernafas lega setelah kepergiannya. Aku memang sudah disedot hantu barusan, sampai muncrat lagi.
"My ghost, Kamu dimana?" teriakku mencari Rama.
"Aku disini" Rama mengagetkanku dari belakang.
Aku langsung memeluknya, Oh tuhan, bahagia sekali rasanya hatiku saat ini.
"Kamu dari mana? kok ngilang?" tanyaku menggaet pinggangnya.
"bersih-bersihlah, emang Kamu pikir hantu nggak bisa bersih-bersih" ujarnya merapikan dasiku, "ini masih berantakan, bukannya dirapiin dulu" Rama menarik jasku dan mengancingnya, "ganteng" puji Rama.
Bagaimana Aku tidak semakin gila, hilang sudah otak warasku karena mencintai hantu.
"My ghost jangan pergi, disini aja samping Aku" Aku merebahkan kepala Rama di dadaku.
"nggak mau Big, Kamu harus kerja dulu, Aku nggak mau ganggu" Rama melepaskan diri dari pelukanku.
"kalau Aku kangen gimana?"
Rama mencium pipiku, setiap sentuhan yang diberikan Rama memang membuatku dingin, "Aku nggak akan jauh, panggil Aku My Ghost, nanti Aku muncul"
"ya udah, happy working My Big"
Seketika Rama menghilang lagi. Hantu itu memang menghadirkan suasana baru didalam hatiku.
"I love you My Ghost" teriakku membuat gemaan echo di ruangan kerjaku.
Aku sudah tidak perduli. Aku mencintainya, sekalipun Kami berbeda dunia.