Azura Aubrey menyamankan dirinya di sebuah kursi panjang berbahan kayu tepat di bawah pohon rindang, dengan pandangan yang tertuju ke hamparan pepohonan mawar yang cukup luas dengan warna yang berbeda. Azura Aubrey menarik nafas panjang dan mulai menghirup aroma semerbak dari mawar yang bermekaran di sana dengan senyum yang sejak tadi menghiasi wajahnya.
"Apa kau menikmatinya?" Tanya Alpha Shaquille yang juga ikut duduk di sana dengan pandangan yang sama.
"Tentu saja, bukankah mereka sangat indah?" Ucap Azura Aubrey penuh kekaguman.
"Hm," Jawab Alpha Shaquille singkat dengan anggukannya.
"Kak Lee... "
"Ada apa?"
"Siapa pemilik taman mawar ini?" Tanya Azura Aubrey yang masih menikmatinya indahnya bunga mawar di hadapannya.
"Bukan milik siapapun." Jawab Alpha Shaquille.
"Benarkah? Tapi, sepertinya taman ini mempunyai sang pemilik." Balas Azura Aubrey yang masih kurang yakin dengan jawaban yang di berikan oleh Alpha Shaquille. "Kak Lee, bisa aku bertanya sesuatu?" Tanya Azura Aubrey sekali lagi.
"Katakan."
"Aku tidak sengaja melihat foto wanita yang terpampang di ruang keluarga. Siapa dia?" Tanya Azura Aubrey yang langsung mengalihkan pandangannya ke arah Alpha Shaquille yang seketika terdiam. "Kak Lee... "
"Bukan siapa-siapa."
"Ha? Ta-tapi, kenapa foto wanita itu terpampang di sana jika memang dia bukan siapa-siapa?" Tanya Azura Aubrey lagi yang sebenarnya sangat penasaran dengan foto Aranka Demetria yang ternyata masih terpampang di sebuah ruang keluarga.
"Kita pulang sekarang, kakak masih harus bekerja." Balas Tuan Alpha Shaquille, alih-alih menjawab pertanyaan Azura Aubrey yang sedikit kecewa sebab tidak mendapat jawaban dari Alpha Shaquille yang langsung meraih tangannya dan menggenggamnya. Sebelum akhirnya melangkah meninggalkan taman tersebut dan langsung menuju ke mobil.
"Tapi, bukankah kak Lee hari ini tidak bekerja?" Tanya Azura Aubrey yang masih mengikuti langkah lebar Alpha Shaquille yang masih berjalan.
"Masih ada yang harus kakak selesaikan. Jadi hari ini, kau akan di temani Dokter Drich." Jawab Alpha Shaquille yang langsung membuka pintu mobil dan mempersilakan Azura Aubrey untuk menaiki mobil tersebut.
"Kakak tidak ikut bersamaku?" Tanya Azura Aubrey yang langsung mengeluarkan kepalanya ke jendela mobil saat melihat Akirra Raullin masuk ke dalam mobil dan duduk di depan belakang kemudi.
"Tidak, kakak harus ke satu tempat bersama Ev, jadi kau pulang bersama Akirra dulu. Dokter Drich sudah menunggumu di Villa." Balas Alpha Shaquille seraya mengusap kepala Azura Aubrey yang hanya mengangguk paham.
"Baiklah, kakak tidak akan lama kan? Kita akan makan malam bersama malam ini kan?" Tanya Azura Aubrey lagi yang masih enggan memasukkan kepalanya.
"Tentu saja, kakak tidak akan lama. Hanya mengunjungi Mansion utama sebentar. Dan ingat, jangan melakukan pelanggaran satu pun. Apa kau mengerti?"
"Iya kak. Aku mengerti." Balas Azura Aubrey kembali mengangguk patuh dan langsung memasukkan kepalanya. menutup kaca mobil, dan menyandarkan tubuhnya dengan nyaman saat mobil yang di kendarai Akirra Raullin mulai melaju meninggalkan halaman Mansion, melintasi jalan raya yang di tiap pinggirannya di tumbuhan pohon pinus yang berjejer rapi, hingga menghadirkan suasana sejuk juga indah bagi mata yang memandangnya, dan Azura Aubrey benar-benar sangat menikmati pemandangan hijau tersebut, hingga akhirnya ingatannya kembali tertuju pada perkataan Alpha Shaquille beberapa menit yang lalu.
"Kak Akirra... "
"Iya Nona muda."
"Kak Lee mengunjungi siapa di Mansion utama?" Tanya Azura Aubrey yang ternyata penasaran. "Apa kakak punya Mansion yang lain lagi? Berapa Mansion kakak sebenarnya?"
"Hanya beberapa Nona muda." Jawab Akirra Raullin yang masih fokus dengan kemudinya.
"Lalu kakak mengunjungi siapa di Mansion utama?"
"Tidak mengunjungi siapapun Nona."
"Ha? Maksudnya?" Tanya Azura Aubrey mengernyit bingung.
"Tidak ada siapapun di Mansion utama Nona, hanya ada beberapa pelayan, tukang kebun, dan penjaga untuk merawat Mansion tersebut. Mansion mendiang Tuan Casey dan Nyonya Celesta Elvern,"
"Tu-tuan Casey? Ny-nyonya Celesta? Mereka siapa?" Tanya Azura Aubrey semakin penasaran. Bahkan jantungnya tiba-tiba berdetak kencang saat mendengar nama-nama tersebut. Nama yang tidak pernah ia dengar keluar dari mulut Alpha Shaquille.
"Almarhum orang tua Tuan muda, dan juga anda." Jawab Akirra Raullin yang seketika membuat Azura Aubrey terdiam dengan segala pertanyaan yang seketika hilang dari dalam pikirannya seraya memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak, bahkan ia kembali merasakan sakit di area kepalanya. Dan melihat reaksi yang tidak biasa dari Azura Aubrey membuat Akirra Raullin seketika merasa khawatir.
"Apa Nona muda baik-baik saja?" Tanya Akirra Raullin yang langsung menepikan mobilnya dan menatap wajah pucat Azura Aubrey.
"Aku baik-baik saja." Jawab Azura Aubrey berusaha untuk mengatur nafasnya, namun masih mencengkram rambutnya sendiri dengan sangat keras.
"Ta-tapi wajah anda terlihat sangat pucat sekarang, apa perlu saya menghubungi Tuan muda?" Tanya Akirra Raullin yang semakin khawatir, bahkan ia memegang ponsel dan siap menekan nomor Alpha Shaquille.
"Ja-jangan... " Balas Azura Aubrey sambil melambai, "Kak Lee akan sangat khawatir, dan aku tidak mau itu terjadi. Aku baik-baik saja. Sungguh, kita bisa pulang sekarang." Lanjut Azura Aubrey lagi.
"Apa Nona muda yakin?" Tanya Akirra Raullin yang masih nampak ragu.
"Hm, aku hanya kelelahan dan butuh istrahat. Lagi pula di sana ada Kak Drich. Aku akan tidur sebentar. Maaf jika sudah membuat kak Akirra khawatir." Balas Azura Aubrey yang langsung menyandarkan tubuhnya dan memejam.
"Baiklah. Nona muda bisa memberitahu saya jika merasakan sakit atau... "
"Iya... iya... aku pasti akan langsung mengatakannya pada kakak, jadi bisakah kita melanjutkan perjalanan ini, Tuan Akirra Raullin yang tampan? Jadi tenanglah, okey." Sela Azura Aubrey yang masih memejam, hingga membuat Akirra Raullin bisa bernafas dengan lega. Sebab Azura Aubrey masih nampak banyak bicara, dan itu menandakan jika ia memang baik-baik saja.
Hingga dua jam perjalanan berakhir, mobil Akirra Raullin sudah terparkir tepat di depan pintu Villa yang di sana sudah menunggu beberapa pelayan untuk menyambut nona muda mereka.
"Ada apa dengan Nona muda?" Tanya salah satu pelayan saat tidak melihat pergerakan dari Azura Aubrey yang masih bersandar di jok mobil.
"Nona muda sedang tidur, dan saya tidak enak untuk membangunkan Nona mudah." Jawab Akirra Raullin yang masih berdiri di sisi pintu mobil tepat Azura Aubrey duduk.
"Ada apa Akirra?" Tanya Dokter Aldrich Alexe yang tiba-tiba muncul dari dalam.
"Ma-maaf Tuan, nona muda tertidur saat perjalanan ke sini, dan saya tidak enak untuk membangunkan Nona muda." Jawab Akirra Raullin sedikit membungkuk.
"Ah, baiklah. Biar aku gendong." Balas Dokter Aldrich Alexe yang langsung melangkah mendekati mobil tersebut dan meraih tubuh Azura Aubrey untuk di gendongnya saat Akirra Raullin usai membuka pintu mobilnya.
"Tuan Drich... " Seru Akirra Raullin.
"Iya, ada apa?" Tanya Dokter Aldrich Alexe yang langsung menghentikan langkah kakinya.
"Sepertinya nona muda nampak tidak sehat, tadi nona muda sempat merasakan sakit kepala." Jawab Akirra Raullin.
"Iya aku tahu, wajahnya masih nampak terlihat pucat." Jawab Dokter Aldrich Alexe saat menatap wajah Azura Aubrey sekilas yang masih berada di dalam gendongannya. Dan kembali melangkah masuk ke dalam Villa dengan sangat hati-hati.
"Ibu... ibu... " Panggil Azura Aubrey yang tiba-tiba mengigau.
"Melody... " Panggil Dokter Aldrich menghentikan langkahnya, saat melihat tetesan bening keluar dari pelupuk mata Azura Aubrey. "Melody, bangunlah... " Panggil Dokter Aldrich Alexe nampak khawatir, bahkan tidak menunggu waktu lama, Azura Aubrey nampak membuka kelopak matanya dan langsung mendapati wajah Dokter Aldrich Alexe dengan senyum tipisnya.
"Kak Drich... "
"Hm, ini kakak." Jawab Dokter Aldrich Alexe yang langsung merebahkan tubuh Azura Aubrey di atas sofa dan menyelimutinya. "Kau sudah bangun?"
"Tidur? Apa aku tertidur?" Tanya Azura Aubrey kembali mencengkram rambutnya.
"Tidak tidur, tepatnya kau sempat tidak sadarkan diri. Kenapa kau tidak mengatakan ke pada Akirra jika kepalamu sakit? Bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu tadi? Mungkin saat ini kita tengah mengadakan acara pemakaman untuk memberi penghormatan terakhir kepada Akirra. Kau tahu Lee kan?" Jawab Dokter Aldrich Alexe panjang lebar sambil mulai memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Azura Aubrey dan menyiapkan beberapa obat untuk di minum Azura Aubrey.
"Bisakah kakak tidak mengatakannya kepada Kak Lee?"
"Ada apa? Lee harus tahu dengan kondisi kamu." Jawab Dokter Aldrich Alexe.
"Iya aku tahu, hanya saja... " Kalimat Azura Aubrey menggantung, ia terlihat menarik nafas panjang. "Aku tidak ingin Kak Lee merasa khawatir, sebab selama ini Kak Lee sudah sangat disibukkan oleh banyak pekerjaan. Akhir-akhir ini Kak Lee juga terlihat banyak pikiran, jadi aku tidak ingin menambah beban Kak Lee dengan terus mengkhawatirkan aku. Lagi pula aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing." Balas Azura Aubrey lagi.
"Baiklah, tapi kau harus meminum semua obat ini. Agar Lee tidak melihat wajah pucatmu saat ia pulang." Ucap Dokter Aldrich Alexe yang langsung memberikan beberapa pil obat juga segelas air mineral kepada Azura Aubrey.
"Baiklah, aku akan meminum semuanya kali ini." Balas Azura Aubrey yang langsung mengambil obat tersebut untuk di minumnya. "Kak Drich, aku baru saja bermimpi buruk, dan sepertinya aku melihat Ibu di sana, tapi anehnya, aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah Ibu. Sebenarnya apa yang menyebabkan Ayah dan Ibu meninggal?" Tanya Azura Aubrey seketika yang membuat Dokter Aldrich Alexe sedikit gugup. Sebab ia tidak pernah menyangka jika Azura Aubrey akan menanyakan hal tersebut.
"Biar Lee sendiri yang menceritakan semuanya." Jawab Dokter Aldrich Alexe yang masih menatap wajah Azura Aubrey.
"Kenapa mesti tanya kepada kak Lee, jika kak Drich mengetahuinya? Lagi pula aku pernah sekali menanyakan hal tersebut kepada kak Lee, tapi... "
"Tidak di jawab?" Tanya Dokter Aldrich Alexe.
"Hm,"
"Berarti ada hal yang di jaga oleh Lee, selain tidak ingin membuatmu bersedih, Lee juga memikirkan kesehatanmu. Kau mengerti kan?"
"Aku mengerti, tapi... "
"Percayalah, jika tiba waktunya, Lee pasti akan menceritakan semuanya." Balas Dokter Aldrich Alexe yang hanya di balas anggukan oleh Azura Aubrey.
"Oh iya, kak Drich. Boleh aku bertanya sekali lagi?" Tanya Azura Aubrey yang langsung beranjak dan duduk sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.
"Ada apa?"
"Siapa wanita yang fotonya terpampang di ruang keluarga Mansion kak Lee?" Tanya Azura Aubrey. Sedang Dokter Aldrich Alexe masih terdiam dengan pikirannya. Bahkan Dokter Aldrich Alexe terlihat ragu, antara menceritakan siapa Aranka Demetria dan apa hubungan mereka kepada Azura Aubrey atau tidak.
"Istrahatlah dulu,"
"Kak Drich belum menjawab pertanyaan ku." Balas Azura Aubrey yang masih belum menyerah.
"Kenapa kau tidak menanyakan langsung kepada Lee?" Tanya Dokter Aldrich Alexe lagi yang membuat Azura Aubrey menarik nafas dalam.
"Sudah, tapi kata Kak Lee, dia bukan siapa-siapa. Dan aku tidak percaya itu. Jika memang wanita itu bukan siapa-siapa, kenapa fotonya terpampang di ruang keluarga." Jawab Azura Aubrey yang seketika terlihat sedih. Bahkan wajahnya berubah muram dan kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa. "Sepertinya aku memang harus diam saja dan tidak boleh mengetahui apapun. Apa hanya karena aku sedang sakit dan tidak mengingat apa-apa, hingga aku tidak di perbolehkan untuk mengetahui semuanya?" Ucap Azura Aubrey dengan suara bergetar dan langsung membelakangi Dokter Aldrich Alexe yang masih duduk di hadapannya.
"Didie... "
"Aku mengerti, Kak Lee juga memiliki privasi yang tidak boleh di ketahui oleh orang lain, jadi mulai sekarang aku berjanji tidak akan banyak bertanya lagi."
"Tapi kau bukan orang lain, kau adiknya Lee,"
"Iya, aku tahu... Maaf," Jawab Azura Aubrey dengan suara melemah.
"Baiklah, kakak akan memberi tahumu siapa wanita itu, tapi... "
"Aku janji tidak akan mengatakannya kepada Kak Lee." Ucap Azura Aubrey yang langsung beranjak dari tidurnya dan kembali duduk sambil mengusap sisa air mata yang sempat menitik dari pelupuk matanya.
"Namanya Aranka, Aranka Demetria Carden. Dia istri Lee." Jawab Dokter Aldrich Alexe yang seketika membuat Azura Aubrey terhenyak.
"Is-istri? Kak Lee sudah memiliki seorang istri?"
"Benar."
"Lalu, di mana Kak Aranka sekarang? Kenapa mereka tidak hidup bersama?" Tanya Azura Aubrey lagi.
"Ceritanya panjang, dan mungkin Kakak tidak berhak untuk menceritakan semuanya. Yang penting kau sudah tahu kan? Siapa wanita yang berada di dalam foto tersebut."
"I-iya... aku mengerti." Jawab Azura Aubrey menunduk dengan perasaan yang tiba-tiba merasakan kesedihan. Ternyata ia belum mengetahui banyak hal tentang Alpha Shaquille. Bahkan hal penting seperti sekarang inipun ia tidak mengetahuinya.
"Aku ingin segera mendapatkan ingatanku kembali, agar bisa mengingat semuanya. Mengingat Ayah dan Ibu, juga Kak Aranka. Aku yakin, Kak Lee dan Aranka adalah pasangan bahagia yang saling menyayangi satu sama lain," Ucap Azura Aubrey yang membuat Dokter Aldrich Alexe menarik nafas dalam. "Kak Lee pasti sangat menyayangi kak Aranka, seperti Kak Lee menyayangi ku. Aku benar kan Kak Drich?" Tanya Azura Aubrey berbinar.
"Hm, kau benar." Jawab Dokter Aldrich Alexe.
"Tapi, di mana Kak Aranka? Dia masih hidup kan?"
"Selamat Sore." Sapa Alpha Shaquille yang tiba-tiba muncul dari pintu utama yang di susul oleh Azio Devian.
"Kakak... " Seru Azura Aubrey sedikit terkejut melihat kedatangan Alpha Shaquille yang secara tiba-tiba. "Bukankah kakak akan berkunjung ke Mansion utama?" Tanya Azura Aubrey lagi saat Alpha Shaquille sudah duduk di sampingnya.
"Tidak jadi, mungkin lain waktu." Jawab Alpha Shaquille mengusap kepala Azura Aubrey lembut. "Apa ini? Obat? Kau sakit?" Tanya Alpha Shaquille saat melihat beberapa botol obat di atas meja. "Drich? Didie sakit lagi?" Tanya Alpha Shaquille kepada Dokter Aldrich Alexe yang bahkan langsung mengangguk.
"Aku hanya sedikit pusing kak." Balas Azura Aubrey. "Tapi sekarang sudah membaik, kakak tidak perlu khawatir."
"Apa kau yakin?" Tanya Alpha Shaquille mengusap wajah Azura Aubrey yang masih nampak pucat.
"Hm, aku hanya butuh istrahat." Jawab Azura Aubrey mengangguk pelan dengan senyum lebarnya.
"Baiklah, sebaiknya kau istrahat dan tidur. Kakak akan membangunkanmu saat makan malam."
"Iya kak." Balas Azura Aubrey beranjak dari duduknya dan langsung melangkah pergi meninggalkan Alpha Shaquille yang masih menatap punggungnya dengan khawatir.
"Drich, apa kau yakin Didie baik-baik saja?" Tanya Alpha Shaquille saat bayangan Azura Aubrey sudah menghilang dari pandangan mereka.
"Sampai sejauh ini dia baik-baik saja. Dia hanya terlalu banyak pikiran." Jawab Dokter Aldrich Alexe.
* * * * *
Bersambung...