Dengan langkah perlahan, Azura Aubrey mendekati kursi tersebut, bahkan langsung duduk di sana dengan perasaan yang campur aduk dan tatapan yang masih tertuju ke arah Aranka Demetria yang sepertinya belum menyadari kehadiran Azura Aubrey yang sudah sejak tadi duduk di sampingnya dengan pandangan penuh kekaguman. wajah cantik bermata indah, hidung mancung, juga bibir mungil dengan rambut hitam panjang tergerai. Bahkan tanpa sadar Azura Aubrey mengulas senyum di bibirnya saat tengah menatap wajah Aranka Demetria yang masih melamun dengan pandangan yang jauh kedepan. Hingga satu gerakan dari Azura Aubrey yang secara tiba-tiba mengejutkan Aranka Demetria yang langsung mengalihkan pandangannya ke arah Azura Aubrey yang tengah memungut ponsel yang tidak sengaja ia jatuhkan. Hingga satu senyum kembali terulas dari bibir Azura Aubrey yang justru membuat Aranka Demetria tertegun dengan kening sedikit mengernyit. Bahkan terlihat sangat jelas jika saat ini Aranka Demetria tengah berfikir.
'Dia, bukankah dia gadis yang berada di rumah sakit waktu itu? Gadis yang di jaga oleh Lee. Apakah dia kensini bersama Lee juga?'
Batin Aranka Demetria saat menatap wajah Azura Aubrey yang masih tersenyum padanya. Bahkan jantung Aranka Demetria tiba-tiba saja berdetak dengan sangat kencang, dan langsung menatap ke sekeliling. Hingga apa yang ia pikirkan akhirnya terjawab saat ia menangkap sosok Akirra Raulin yang tengah berdiri tidak jauh dari tempat mereka duduk sekarang. Meskipun bukan Alpha Shaquille yang tengah menunggu disana. Namun Aranka Demetria cukup tahu, jika Akirra Raulin adalah pengawal pribadi Alpha Shaquille yang tidak sembarang mengawal orang lain, terkecuali orang itu adalah seseorang yang sangat penting bagi Alpha Shaquille.
'Ternyata benar, dia gadis yang waktu itu. Bahkan Akirra sudah menjadi pengawal pribadinya sekarang. Apa mungkin, dia dan Lee...'
Batin Aranka Demetria seketika merasakan sakit di dalam hatinya, tangannya mengepal sempurna untuk menahan air mata agar tidak menitik dari sudut matanya yang mulai berkaca. Sebab bukan hal yang lucu jika ia tiba-tiba menangis saat ini, di tambah lagi harus menangis di depan seseorang yang sudah bersama dengan orang yang masih sangat di sayanginya. Dan itulah pemikiran Aranka Demetria saat ini. Saat melihat Azura Aubrey juga Akirra Raulin.
"Hai," Sapa Azura Aubrey ramah yang seketika membuyarkan lamunan Aranka Demetria.
"H-ai" Balas Aranka Demetria saat ia sudah berhasil mengatur perasaannya dan kembali tersenyum untuk membalas sapaan Azura Aubrey.
"Anda sangat cantik." Puji Azura Aubrey yang spontan keluar dari mulutnya dengan senyum penuh kekaguman.
"Terima kasih," Balas Aranka Demetria membalas senyum tersebut dengan anggukan pelannya.
"Apa anda sering mengunjungi tempat ini juga?" Tanya Azura Aubrey lagi.
"Tidak, baru kali ini, dan aku hanya kebetulan lewat di sini." Jawab Aranka Demetria yang memang baru pertama kali menginjakkan kaki di taman tersebut setelah satu minggu mengurung dirinya di dalam rumah, hanya untuk menghindari dan bersembunyi dari orang-orang Ayahnya.
"Benarkah?"
"Hm," Jawab Aranka Demetria singkat.
"Ah, sayang sekali. Padahal suasana di sini cukup bagus. Aku bahkan selalu ingin ke sini tiap hari."
"Lalu? Bukankah kau bisa ke sini kapan saja jika kau mau."
"Hm, seandainya itu bisa."
"Maksudnya?"
"Aku tidak bisa selalu kesini seperti keinginanku sendiri." Jawab Azura Aubrey yang tiba-tiba terlihat sedih.
"Kenapa?"
"Kak Lee tidak pernah mengizinkanku untuk kemanapun." Jawab Azura Aubrey yang langsung tersenyum lebar, berbeda halnya dengan Aranka Demetria yang seketika merasakan sedih saat mendengar kata 'Lee' yang keluar dari mulut Azura Aubrey. Nama kecil seorang Alpha Shaquille yang bahkan tidak sembarang orang untuk menyebutnya.
"Mungkin kakakmu memiliki alasannya sendiri untuk melarangmu agar tidak kemanapun." Balas Aranka Demetria yang masih berusaha untuk menekan perasaannya. Ingin rasanya ia bertanya soal keadaan Alpha Shaquille saat ini, namun keinginan tersebut kembali ia urungkan, sebab takut jika pertanyaan tersebut bisa membuat gadis yang saat ini tengah duduk di sampingnya merasa terganggu atau salah paham. Bahkan Aranka Demetria nampak mulai gelisah saat ia bisa melihat bayangan Akirra Raulin yang sepertinya tengah mengawasi bahkan menatap ke arah mereka.
"m-aaf, sepertinya aku harus pergi sekarang." Ucap Aranka Demetria yang langsung mengenakan maskernya.
"Pergi?"
"Hm,"
"Sayang sekali, padahal aku masih ingin mengobrol dengan kakak." Balas Azura Aubrey terlihat sedih.
"Maaf... "
"Hm, It is okay. Tidak masalah. Oh iya, aku belum memperkenalkan diriku. Aku Melody." Ucap Azura Aubrey yang langsung mengulurkan tangannya. "Melody Amaris Elvern." Lanjut Azura Aubrey yang uluran tangannya langsung di sambut oleh Aranka Demetria yang bahkan tidak bisa berkata-kata apapun lagi.
"Nona Melody, waktunya pulang." Ucap Akirra Raulin yang tiba-tiba saja sudah berdiri tidak jauh dari tempat mereka sekarang.
"Senang bertemu denganmu Melody." Balas Aranka Demetria beranjak. "Aku akan pergi sekarang. Selamat siang." Lanjut Aranka Demetria dengan langkah terburu-buru dan langsung melangkah pergi. Bahkan ia tidak sadar jika telah berpapasan dengan Akirra Raulin yang bahkan bisa langsung menebak saat kedua mata mereka saling berada tatap, meskipun itu tidak berlangsung lama.
'Nyonya Aranka.' Batin Akirra Raulin yang kembali membalikkan tubuhnya untuk memastikan jika dugaan adalah benar, bahkan dengan tatapan tajamnya, Akirra Raulin terus mencari sosok yang ia yakini jika itu adalah Aranka Demetria, namun sangat di sayangkan, sebab Akirra Raulin sudah kehilangan sosok itu di tengah orang-orang yang tengah berlalu lalang di taman tersebut.
'Aku sangat yakin, wanita itu adalah Nyonya Aranka. Apa ia sudah kembali, atau selama ini Nyonya Aranka hanya bersembunyi di satu tempat.' Batin Akirra Raulin.
"Bukankah kita harus pulang sekarang." Tanya Azura Aubrey yang langsung membuyarkan lamunan Akirra Raulin. "Kak Akirra kesini untuk menjemputku kan?" Tanya Azura Aubrey lagi yang hanya di balas anggukan oleh Akirra Raulin yang sejujurnya masih memikirkan sosok Aranka Demetria.
"Iya, kita harus bergegas, sebelum... "
"Kakak pulang dan tidak menemukan kita di rumah?" Sela Azura Aubrey yang sudah sangat hafal dengan kalimat yang akan keluar dari mulut Akirra Raulin, bahkan kata-kata tersebut sudah sering kali ia dengar, bukan hanya dari mulut Akirra Raulin, tetapi juga dari mulut Dokter Aldrich Alexe.
"Silakan Nona."
"Iya, Terima kasih Kak." Balas Azura Aubrey yang tiba-tiba saja menjadi gadis penurut, bahkan ia tidak menolak, atau minta ke satu tempat lagi.
Azura Aubrey langsung melangkah masuk ke dalam mobilnya, dan duduk manis di sana dengan senyum di wajahnya. Hingga Akirra Raulin yang melihat hal tersebut seketika menjadi bingung sekaligus senang. Dan tanpa mengulur waktu lagi, Akirra Raulin langsung melajukan mobil yang mereka tumpangi meninggalkan taman. Meninggalkan Aranka Demetria yang ternyata masih berdiri di sana dan mengawasi mereke.
Tubuh Aranka Demetria seketika lemas, bahkan langsung merosot ke atas hijaunya rumput di sudut taman tersebut. Membenamkan wajahnya di atas lutut yang ia tekuk dengan kedua tangan yang merangkul kedua betisnya.
'Apa mereka sudah menikah? Bahkan gadis itu sudah memakai nama Elvern. Ahk... ada apa denganku, seharusnya aku tidak bersedih, seharusnya aku tidak merasakan sakit seperti ini. Come on, Dee, you can get through it all.' Batin Aranka Demetria yang terus berusaha membesarkan dan menguatkan hatinya, berusaha untuk tidak menagis lagi.
Lama Aranka Demetria terdiam untuk mengatur perasaannya sebelum akhirnya ia bisa melihat satu bayangan yang tengah berdiri di hadapannya. Dengan perlahan Aranka Demetria mendongak ke atas, dan mendapati sosok pria bertubuh tinggi tegap dengan outfit serba hitam, dengan mata yang sedikit sipit yang tertutupi kaca mata gelap, hidung mancung bersurai kecoklatan, dengan tulang pipi yang terlihat tegas, sedang menatapnya dengan senyum yang terlihat bahagia.
"R-en... " Gumam Aranka Demetria yang seketika berdiri dengan wajah paniknya, dengan langkah kaki yang bahkan langsung mundur kebelakang, seolah tengah berusaha menghindari sosok tersebut. Wajahnya tiba-tiba terlihat pucat saat mendapati sosok Aillard Wren yang masih berdiri di hadapannya.
"Nona Aranka, tenanglah."
"Wren, a-pa yang k-au lakukan di sini?" Tanya Aranka Demetria terbata dan langsung menyapu ke sekeliling taman untuk mencari sosok Acheron Flavio dengan kedua mata berembunnya.
"Tuan Acheron tidak bersama saya di sini." Ucap Aillard Wren yang sudah paham dengan ketakutan Aranka Demetria.
"A-ku mohon, jangan memberi tahu Ayah jika k-au menemukan aku di sini. Berjanjilah Ren, j-angan memberi tahu siapapun jika k-au melihatku. Aku mohon. Anggap kau tidak bertemu denganku hari ini, aku... "
"Nona Aranka, tenanglah!" Sela Aillard Wren.
"Bisakah kau melakukannya untukku? Ren aku mohon." Ucap Aranka Demetria seraya menagkup kedua tangannya di depan dada.
"Tentu saja, saya tidak akan... "
"T-erima kasih Ren," Sela Aranka Demetria yang bahkan langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Aillard Wren.
"Nona Aranka... " Panggil Aillard Wren khawatir, meski panggilannya tersebut tidak di hiraukan oleh Aranka Demetria yang terus berjalan, bahkan berlari hingga bayangannya menghilang dari pandangan Aillard Wren yang hanya bisa menarik nafas panjang.
"Setidaknya aku tahu, jika anda baik-baik saja. Tapi kenapa anda selalu terlihat bersedih." Gumam Aillard Wren yang masih enggan beranjak dari tempatnya, dan masih betah menatap tempat di mana lima menit yang lalu Aranka Demetria duduk di sana dengan wajah sedihnya.
* * * * *
VILLA ALPHA SHAQUILLE.
Langkah kaki Azura Aubrey terhenti di ruang tengah, bahkan langsung mendudukkan tubuhnya di atas sofa dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya. Entah mengapa, pertemuannya dengan Aranka Demetria di taman sangat membuat Azura Aubrey bahagia. Ia bahkan tiba-tiba menyukai sikap hangat dan ramah dari seorang Aranka Demetria.
'Seharusnya kak Lee bisa bersama sosok seperti kak Aranka.'
Batin Azura Aubrey yang masih tersenyum, hingga membuat Akirra Raulin yang masih memikirkan sosok wanita yang ia yakini adalah Aranka Demetria menjadi penasaran dan perlahan melangkah mendekati Azura Aubrey.
"Nona Melody, sepertinya anda terlihat senang, apa ada sesuatu yang menarik, yang anda temukan di taman?" Tanya Akirra Raulin mencoba untuk mengorek informasi dari Azura Aubrey.
"Hm, aku bertemu dengan... " Kalimat Azura Aubrey menggantung, tidak mungkin ia mengatakan ke pada Akirra Raulin jika ia baru saja bertemu dengan Aranka Demetria. "Bertemu beberapa kucing di taman tadi." Lanjut Azura Aubrey dengan senyum lebarnya, menampakkan gigi kelincinya yang putih.
"K-kucing? Di taman? Bukankah itu sangat aneh?" Tanya Akirra Raulin mengernyit.
"Apanya yang aneh dengan kucing di taman?" Tanya Azura Aubrey.
"Yah, aneh saja. K-kucing di taman." Balas Akirra Raulin sedikit menggeleng, saat mengingat Azura Aubrey yang saat ini tengah membohonginya dengan cara yang bahkan ingin membuatnya tertawa.
"Kak Akirra."
"Iya Nona, apa anda perlu sesuatu?" Tanya Akirra Raulin perlahan.
"Apa kak Akirra tahu, di mana Kak Aranka selama ini?" Tanya Azura Aubrey yang membuat Akirra Raulin menarik nafas dalam.
'Tentu saja tahu, bukankah Nyonya Aranka baru saja berada di taman bersama anda?' Batin Akirra Raulin.
"Tidak Nona," Jawab Akirra Raulin.
"Benarkah? Kenapa kak Akirra tidak mencari tahu? Bukankah kak Akirra bisa melakukannya dengan mudah?" Tanya Azura Aubrey lagi.
"Saya tidak bisa mencari informasi begitu saja tanpa seizin atau perintah dari Tuan Alpha langsung." Jawab Akirra Raulin yang kembali di balas anggukan oleh Azura Aubrey.
"Tapi,"
"Ada apa Nona Melody?"
"Jika aku mengatakan bahwa tadi aku bertemu dengan Kak Aranka, apa kak Akirra akan memberitahu kak Lee?" Tanya Azura Aubrey yang langsung menatap wajah Akirra Raulin yang langsung menaikkan satu alisnya.
'Dugaanku tepat. Dia Nyonya Aranka.' Batin Akirra Raulin.
"Tidak."
"K-kenapa?" Tanya Azura Aubrey.
"Karena itu bukanlah berita yang ingin di ketahui oleh Tuan Alpha." Jawab Akirra Raulin seadanya.
"Kak Akirra benar, bahkan mungkin kak Lee tidak ingin mendengarnya." Balas Azura Aubrey tertunduk lemas. "Tapi, setidaknya kak Lee tahu, jika kak Aranka baik-baik selama ini, benar kan?"
"Yah, tapi saya yakin. Tuan Alpha tidak akan senang mendengar ini. Dan sebaiknya Nona Melody tidak mengungkit masalah Nyonya Aranka di hadapan Tuan Alpha. Hal itu tidak akan berdampak baik." Balas Akirra Raulin.
"Aku tahu, aku mengerti." Jawab Azura Aubrey mengangguk. "Tapi, apa kak Akirra tadi melihat kak Aranka juga?" Tanya Azura Aubrey penasaran.
"Sekilas, saya melihatnya Nona."
"Berarti kak Akirra sudah mengetahuinya terlebih dulu jika wanita yang tadi berbincang denganku di taman adalah Kak Aranka?"
"Tidak, saya menyadarinya di saat Nyonya Aranka akan pergi." Jawab Akirra Raulin lagi.
"Ah, begitu?"
"Nona, sebaiknya anda makan siang dulu, lalu istrahat. Ini perintah dari Tuan Alpha." Ucap Akirra Raulin mengingatkan jadwal keseharian yang harus di lakukan Azura Aubrey.
"Baiklah." Jawab Azura Aubrey yang langsung beranjak dari duduknya, menuju ke kamarnya. Membersihkan dirinya dengan mandi selama beberapa menit, dan kembali turun untuk makan siang.
'Aku sangat ingin bertemu kak Aranka sekali lagi, ah tidak, aku ingin bertemu kak Aranka setiap hari. Tapi di mana aku bisa menemukan kak Aranka.' Batin Azura Aubrey di sela makannya.
'Ahk dasar bodoh, seharusnya tadi aku meminta nomor ponsel kak Aranka. Atau, apa mungkin kak Akirra mengetahui nomor ponsel kak Aranka?' Batin Azura Aubrey lagi yang langsung mengalihkan pandangannya ke arah Akirra Raulin yang masih duduk di sana dengan ponsel di tangannya.
Sedang Akirra Raulin yang menyadari jika sejak tadi Azura Aubrey tengah menatapnya dengan senyum tidak biasa membuatnya kembali merasa was-was.
'Aku mohon Nona, berhenti memikirkan hal-hal aneh lagi.' Batin Akirra Raulin yang sengaja tidak membalas tatapan Azura Aubrey.
"Tunggu, aku tahu, siapa yang bisa membantuku." Gumam Azura Aubrey saat mengingat satu sosok yang pernah menghubunginya satu minggu lalu. "Ah benar, pria aneh itu. Dia pasti bisa membantuku untuk mendapatkan nomor ponsel kak Aranka." Ucap Azura Aubrey sumringah saat mengingat sosok Zev Albion. Bahkan jantung Azura Aubrey seketika berdebar saat mengingat wajah pria tersebut.
"Astaga, kenapa aku jadi merindukannya."
* * * * *
Bersambung...