Chereads / ALPHA. / Chapter 24 - Peringatan untuk Zev Albion.

Chapter 24 - Peringatan untuk Zev Albion.

Sambil besenandung kecil Zev Albion terus menginjak pedal gas mobilnya melintasi jalan kota yang masih nampak terlihat ramai. Namun dengan secara tiba-tiba Zev Albion terlihat menginjak rem mobilnya, hingga mobil sport tersebut berhenti seketika dengan mengeluarkan suara decitan yang lumayan nyaring. Netranya terus mengikuti kedua sosok yang tengah berjalan beriringan dengan langkah yang nampak tegesa gesa.

"I-bu.. Kakak.." Gumam Zev Albion seketika mematung, bibirnya tiba-tiba berasa keluh, untuk sesaat ia terdiam di sana dengan perasaan yang tidak menentu, ada rasa rindu yang teramat besar di hatinya, rasa sedih, kecewa juga bahagia, hingga tanpa ia sadari jika kedua sosok itu hampir menghilang dari pandangannya.

"IBUUUU.... "

Teriak Zev Albion dengan sangat keras dan langsung keluar dari mobilnya sambil sedikit berlari melewati kerumunan orang yang sedang berjalan di atas trotoar jalan.

"IIBUUUUU... KAKAK..."

Zev Albion kembali meneriakkan nama ibunya, hingga wanita yang sedang berjalan tergesa di tengah kerumunan orang menghentikan langkah kakinya dan langsung berbalik ke arah sumber suara dengan kedua mata yang nampak terlihat menyapu kesekelilingnya.

"IBUU.. "

Zev Albion menghentikan langkahnya, nafasnya tersengal akibat berlari, sambil membungkuk memegangi kedua lututnya untuk menopang tubuhnya yang sudah di penuhi keringat. Sementara wanita yang sudah berdiri tepat di hadapannya hanya bisa mematung dengan air mata yang tiba-tiba menetes dari sudut matanya.

"Anak Ibu Z-ev... Zev kau kah itu nak?" Ucap Larissa Lobelia melangkah perlahan mendekati putranya Zev Albion yang sudah berdiri tegak dengan nafas yang masih memburu.

"Ibu.. Aku merindukanmu." Gumam Zev Albion yang langsung melangkahkan kakinya mendekati sosok yang masih terpaku dia hadapannya.

Dan dengan perlahan Zev Albion meraih tubuh itu, mengusap wajah yang sudah di penuhi dengan air mata, dan langsung memeluknya dengan sangat erat. Air mata Zev Albion itu menitik tidak terbendung lagi saat Larissa Lobelia mengusap rambutnya dengan isakkannya.

"Maafkan ibu.. Maafkan ibu Zev, maaf... Ibu bersalah padamu." Ucap Larissa Lobelia di sela tangisnya. Sedang Aranka Demetria yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang hanya bisa tersenyum dengan air mata yang sudah sejak tadi membasahi wajahnya.

"Ternyata ibu masih suka berjalan dengan sangat cepat, Aku hampir tidak bisa mengejar Ibu." Balas Zev Albion seraya menangkup wajah ibunya, dan kembali di peluknya erat seakan tidak ingin melepas sosok yang sudah sangat di rindukannya itu.

"Maafkan ibu nak, maaf... "

"Berhentilah minta maaf, ibu tidak salah apa apa." Balas Zev Albion seraya mengusap air mata ibunya. "Dan kau, wanita cantik yang berdiri di sana, apa yang sedang kau lakukan? Tidakkah kau merindukan adikmu ini?" Tanya Zev Albion saat pandangannya tertuju kepada kakaknya Aranka Demetria sambil menunjukkan senyuman khasnya, hingga tidak menunggu waktu lama, Aranka Demetria sudah berada di dalam dekapannya.

"Aku sangat merindukan kalian." Gumam Zev Albion yang tidak mampu lagi membendung kebahagiaannya.

* * * * *

KEDIAMAN LARISSA LOBELIA.

"Apa ibu dan kakak akan tinggal di sini?"

Tanya Zev Albion sambil terus mengamati seluruh ruangan tersebut.

"Iya.. Untuk sementara Ibu akan tinggal di sini."

"Bukankah rumah ini terlalu kecil? Ibu dan kakak bisa tinggal di Apartemen ku." Balas Zev Albion menawarkan.

"Tidak perlu sayang, rumah ini sudah sangat nyaman buat Ibu." Jawab Larissa Lobelia tersenyum.

"Tapi.. Ini terlalu sempit, dan lagi teman Ibu itu.. " Ucap Zev Albion yang langsung mengarahkan pandangannya kearah Celesta Loria yang sedang duduk menatap ke arah jendela ruang tengah, yang di sana juga terlihat Aranka Demetria yang tengah duduk untuk menemaninya.

"Ini sudah cukup larut, sebaiknya kau bergegas untuk pulang Nak," Ucap Larissa Lobelia seraya mengusap rambut Zev Albion lembut.

"Tapi aku masih ingin bersama Ibu, bolehkah malam ini aku bersama Ibu dan kakak?" Tanya Zev Albion memohon.

"Ibu tidak keberatan, tapi.. Ayahmu pasti akan mencarimu, dia akan mengkhawatirkanmu."

"Aiss.. Padahal ada banyak hal yang ingin aku ceritakan kepada Ibu." Balas Zev Albion merasa kecewa.

"Benarkah? Ada hal menyenangkan apa yang ingin kau ceritakan kepada ibu?" Tanya Larissa Lobelia terlihat bersemangat.

"Aku sudah memiliki seorang kekasih." Jawab Zev Albion dengan senyum bahagianya.

"Sungguh? Wuaahh.. Ternyata anak Ibu sudah sangat dewasa sekarang, pasti dia gadis yang sangat manis." Balas Larissa Lobelia berbinar.

"Tentu saja, dia gadis yang sangat manis, dia juga gadis yang ceria, tapi.." Kalimat Zev Albion terhenti dengan wajah yang tiba-tiba terlihat murung.

"Ada apa? apa kau merasa kesulitan?" Tanya Larissa Lobelia saat menangkap ekspresi kesedihan di wajah putranya.

'Ayah menargetkan Melody, dan Melody dalam keadaan bahaya sekarang.' Batin Zev Albion.

"Saat ini tidak mengingat masa lalunya, dia menderita amnesia akibat kecelakaan mobil yang terjadi satu bulan lalu." Cerita Zev Albion yang tiba-tiba berubah murung, bahkan wajahnya terlihat sedih sekarang, meskipun kesedihan Zev Albion saat ini bukan hanya karena kekasihnya yang kehilangan ingatan, tetapi juga fakta jika sekarang kekasihnya menjadi target sang Ayah. Dan itu adalah hal yang paling menyedihkan juga menakutkan bagi Zev Albion.

"Maksudnya?"

"Kecelakaan membuat Melody kehilangan ingatannya." Jelas Zev Albion.

"Ah.. Gadis yang malang, jadi namanya Melody? Sungguh nama yang cantik." Puji Larissa Lobelia dengan senyumnya.

"Iya Bu, Melody memang cantik, dan aku sangat mencintainya." Balas Zev Albion dengan tatapan tulusnya.

"Benarkah?" Tanya Larissa Lobelia tersenyum sambil terus mengusap rambut Zev Albion yang sudah terlihat sangat berantakan.

"Seharusnya kau mengenalkan gadis itu kepada Ibu."

"Tentu saja, aku akan membawanya kesini untuk menemui Ibu juga kakak." Balas Zev Albion sambil memandang ke arah Aranka Demetria yang sepertinya masih fokus membaca sebuah buku untuk Celesta Loria.

"Ibu sudah tidak sabar untuk menunggu."

"Tunggu saja sampai Ibu melihatnya, pasti Ibu juga akan menyukainya, ya sudah.. Aku pulang sekarang." Balas Zev Albion bersemangat.

"Iya sayang, tapi.. Ayahmu... "

Larissa Lobelia menghentikan kalimatnya sambil menatap wajah Zev Albion cemas. Seolah paham dengan maksud Ibunya, Zev Albion langsung memeluk tubuh Ibunya.

"Tenang saja, Ayah tidak akan mengetahui keberadaan Ibu dan kakak di sini, jadi Ibu tidak perlu khawatir,lagi pula aku di sini, dan akan selalu melindungi Ibu dan kak Dee." Ucap Zev Albion lembut.

"Terima kasih sayang, Ibu terlalu cemas, seharusnya Ibu tidak berada di sini, tapi ada yang perlu Ibu selesaikan di sini, maaf jika Ibu merepotkanmu nak,"

"Tidak seharusnya Ibu berkata seperti itu. Bukankah sudah tugasku untuk melindungi Ibu, lagi pula aku sangat bahagia saat ini, sebab bisa menjaga tiga wanita sekaligus, wanita yang sangat aku sayangi dan cintai."

"Berhentilah menggombal, dan pulanglah, Ayahmu bisa mengirim orang-orangnya untuk mencarimu di seluruh Kota." Timpa Aranka Demetria sambil melangkah mendekati Zev Albion dan Ibunya.

"Bukankah itu terlalu berlebihan, aku bahkan bukan seorang buronan, tapi.. kak Dee, apa kakak baik-baik saja?" Tanya Zev Albion yang hanya di balas anggukan dan senyum oleh Aranka Demetria.

"Kakak baik-baik saja." Balas Aranka Demetria seraya mengusap pucuk kepala Zev Albion.

"Sebaiknya kau pulang, ini sudah sangat larut," Timpal Larissa Lobelia sambil melirik jam yang melingkar di tangannya.

"Iya Bu, nanti aku akan menemui Ibu lagi. Aku harap Ibu dan kakak bisa menjaga diri kalian sendiri."

"Iyaa nak, terimakasih, berhati-hati lah."

Balas Larissa Lobelia melambaikan tangannya ke arah Zev Albion yang tengah melangkah meninggalkan rumahnya.

* * * * *

PANTHOUSE ALPHA SHAQUILLE.

"Kak Ev... " Seru Azura Aubrey sedikit berlari menuruni anak tangga saat melihat Azio Devian yang baru saja keluar dari ruang kerja Alpha Shaquille.

"Berhenti berlari Nona, anda bisa terjatuh." Ucap Azio Devian yang seketika menghentikan langkah Azura Aubrey yang hanya tersenyum lebar. "Ada apa Nona?" Tanya Azio Devian saat Azura Aubrey sudah berdiri di sampingnya.

"Di mana kak Lee?" Tanya Azura Aubrey, apa kakak masih di ruangan kerjanya?" Tanya Azura Aubrey yang sejak tadi tidak melihat Alpha Shaquille. Bahkan sejak Alpha Shaquille kembali dari luar kota sore tadi.

"Tuan Alpha sedang beristirahat di kamar." Jawab Azio Devian.

"Benarkah? Ah... iya," Balas Azura Aubrey dengan wajah murungnya, bahkan langsung mendudukkan tubuhnya di atas sofa sambil terus menarik nafas kasar.

"Ada apa Nona? Kenapa menekuk wajah anda seperti itu?" Tanya Azio Devian saat mendapati wajah murung Azura Aubrey.

"Aku merindukan kakak, tapi sepertinya kakak sedang beristirahat dan tidak ingin di ganggu." Balas Azura Aubrey masih terlihat murung. "Kak Ev... "

"Iya Nona, Ada apa?"

"Apa kak Lee marah?" Tanya Azura Aubrey dengan kedua mata yang nampak berembun.

"Marah? Kenapa Nona bisa beranggapan seperti itu? Apa Nona berbuat salah?" Tanya Azio Devian yang seketika membuat Azura Aubrey gugup.

"A-aku... "

"Tuan Alpha kelelahan, sebab selama dua hari di luar kota, Tuan Alpha tidak bisa beristirahat dengan cukup. Jadwal selalu padat. Jadi Tuan Alpha butuh istrahat sebentar." Jelas Azio Devian yang membuat Azura Aubrey menarik nafas lega.

'Kakak tidak mungkin tau kan jika pagi tadi aku keluar Villa seorang diri?' Batin Azura Aubrey cemas.

Sedang di lantai dua sebuah kamar, dengan wajah yang di genangi air mata, Alpha Shaquille terus menatap pigura yang berukuran besar yang terpampang dalam ruangan kamarnya. Pigura yang di sana terdapat gambar kedua orang tuanya.

"Ayah.. Ibu.. Aku sangat merindukan kalian." Gumaman kecil yang keluar dari mulut Alpha Shaquille, tubuhnya bergetar menahan air matanya yang sejak tadi tertahan di sudut mata elangnya.

"Sekarang aku sedang berusaha untuk melindungi seseorang, aku sangat menyayanginya. Meskipun aku sangat takut sekarang, sebab hidup gadis itu tidak akan pernah aman jika terus bersamaku." Ucap Alpha Shaquille seraya mengusap wajahnya kasar. Hingga suara ketukan pintu mengalihkan pandangannya.

"Kakak.. Apa aku boleh masuk?" Teriakan Azura Aubrey dari luar yang membuat Alpha Shaquille bergegas mengusap sisa air mata di wajahnya.

"Masuklah.. " Ucap Alpha Shaquille yang bahkan tidak menunggu lama, pintu kamar nampak terlihat terbuka dengan sangat lebar, dan langsung menampakkan senyum manis Azura Aubrey dari depan pintu.

"Kemarilah.. " Panggil Alpha Shaquille sambil menggeser tubuhnya memberi ruang untuk Azura Aubrey yang langsung menghampirinya dan duduk tepat di sampingnya.

"Kenapa kau masih belum tidur? Ini sudah sangat larut." Ucap Alpha Shaquille perlahan dengan suara beratnya.

"Aku merindukan kakak, dua hari kakak berada di luar kota, jadi aku kesini untuk bertemu kakak dulu." Jawab Azura Aubrey. "Apa aku mengganggu istrahat kakak?"

"Tentu saja tidak." Jawab Alpha Shaquille. "Bagaimana? Sejak kakak tidak di sini, kau jadi adik yang penurut kan?" Tanya Alpha Shaquille yang seketika membuat Azura Aubrey tersedak.

"T-entu saja... Hahahaha... " Jawab Azura Aubrey dengan tawanya.

'Tentu saja tidak... maafkan aku kak Lee..." Batin Azura Aubrey seketika gugup, namun rasa itu seketika hilang saat Alpha Shaquille mengusap kepalanya lembut. Dan kembali mengalihkan pandangannya ke arah pigura orang tuanya.

Begitupun dengan Azura Aubrey yang langsung menarik nafas lega sambil menikmati nyamannya kamar Alpha Shaquille. Ini kali pertama Azura Aubrey menginjakkan kakinya di kamar kakaknya, bahkan saat ini Azura Aubrey terlihat tengah menyapu seluruh ruangan mewah tersebut dengan matanya yang penuh dengan kekaguman. Sebab kamar tersebut memiliki konsep kamar tidur modern yang di dominasi oleh warna gelap yang elegant. Bahkan kamar tersebut memanfaatkan cahaya alami melalui penggunaan pintu dan jendela kaca yang besar, hingga membuat suasana lebih sejuk dan memberikan kesan lebih dekat dengan alam, lengkap dengan lampu gantung yang indah dan mewah.

'Pantas saja kakak selalu betah jika sudah berada di dalam kamar.'

Batin Azura Aubrey hingga dengan tiba-tiba mata hazelnya tertuju pada sebuah pigura berukuran besar yang terpampang tepat di hadapan mereka.

"Foto itu.. Apakah mereka.. " Kalimat Azura Aubrey seketika berhenti.

"Foto Ayah dan Ibu." Jawab Alpha Shaquille perlahan.

"Ibu... " Gumam Azura Aubrey yang terus menatap foto itu tanpa berkedip sedikitpun. "Ahhkk.. Kepalaku kenapa menjadi sangat sakit Kak," Keluh Azura Aubrey secara tiba-tiba, bahkan langsung mencengkram keras rambutnya yang sontak membuat Alpha Shaquille panik.

"Ada apa? Apa kepalamu sakit lagi? Biar kakak panggilkan Drick segera." Balas Alpha Shaquille segera meraih ponselnya dan menekan nomor Dokter Aldrich Alexe dalam panggilan cepatnya.

"Tidak perlu kak, tidak apa-apa, kepalaku hanya sedikit sakit, tapi sekarang sudah tidak apa apa." Ucap Azura Aubrey yang masih terus menatap wajah Celesta Loria Elvern yang tengah tersenyum di dalam foto tersebut.

"Tetap saja, kau harus di periksa Didie, kakak takut jika terjadi sesuatu padamu." Balas Alpha Shaquille yang langsung meraih bahu Azura Aubrey untuk di rangkulnya, dan menyandarkan kepala Azura Aubrey di bahunya.

"Iya kak," Balas Azura Aubrey pasrah, sambil menahan rasa sakit di kepalanya dan kembali menatap foto di hadapannya.

"Ibu.. Kenapa aku sangat merindukannya, wajah itu. Wajah itu selalu terlihat samar di dalam mimpiku," Gumam Azura Aubrey dengan air mata yang tiba-tiba saja menitik dari sudut mata tanpa di sadarinya.

"Hei, apa yang terjadi? Kenapa kau menangis? Apa itu sangat sakit?" Tanya Alpha Shaquille semakin khawatir dan langsung mengusap air mata yang terus mengalir dari sudut mata Azura Aubrey, bahkan Azura Aubrey sampai terisak sambil memegangi dadanya yang terasa sesak. "Didie, apa yang sakit? Katakan kepada kakak," Tanya Alpha Shaquille lagi seraya menangkup wajah Azura Aubrey yang hanya bisa menggeleng pelan.

"Tidak kak.. Tidak.. T-api.. Saat melihat wajah Ibu, ada rasa rindu yang teramat besar, sampai dadaku terasa sesak dan sulit untuk bernafas, rasanya ingin menangis sekeras mungkin, ada apa denganku kak?" Tanya Azura Aubrey kembali meremat dadanya yang masih saja terasa sesak.

Dengan cepat Alpha Shaquille meraih tubuh Azura Aubrey untuk di dekapnya erat, seraya mengusap punggung yang masih nampak bergetar itu dengan lembut. Hingga membuat perasaan Azura Aubrey jauh lebih tenang. Ia akui, pelukan Alpha Shaquille memang selalu bisa membuatnya tenang.

"Tidak apa apa.. Semua akan baik baik saja." Bisik Alpha Shaquille sambil terus mengusap punggung Azura Aubrey. Hingga dua puluh menit berlalu, nampak Dokter Aldrich Alexe terlihat melangkah dengan tergesa memasuki kamar Alpha Shaquille yang tidak tertutup.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Melody?" Tanya Dokter Aldrich Alexe sambil menaikan lengan sweater yang di kenakannya sampai ke atas siku dan langsung menghampiri Alpha Shaquille yang masih memeluk tubuh Azura Aubrey yang sepertinya sudah tertidur di pelukannya.

"Aku tidak yakin Drick, tapi tadi Didie nampak kesakitan." Jawab Alpha Shaquille yang masih terlihat khawatir.

"Sebaiknya baringkan dia." Balas Dokter Aldrich Alexe yang hanya di balas anggukan oleh Alpha Shaquille yang dengan perlahan mengangkat tubuh Azura Aubrey, menggendongnya dan langsung membawa ke dalam kamarnya.

"Apa kau tidak akan memeriksa kondisi Didie?" Tanya Alpha Shaquille yang masih menggendong tubuh Azura Aubrey.

"Tidak sekarang. Tunggu dia bangun dulu."

"Ah, baiklah..." Balas Alpha Shaquille yang langsung merebahkan tubuh Azura Aubrey dengan sangat hati hati kemudian di selimutinya sebelum Alpha Shaquille mematikan lampu kamar dan kembali menutup pintu kamar tersebut.

* * * * *

Bersambung...