"Tuan Alpha,"
"Didie tidak meminta macam-macam kan saat kalian keluar tadi?" Tanya Alpha Shaquille yang baru saja pulang, sambil terus melangkah dan mendudukkan tubuhnya di atas sofa seraya melonggarkan dasinya.
"Tidak Tuan, bahkan Nona Melody tiba-tiba menjadi gadis yang penurut." Jawab Akirra Raullin yang tengah memberikan laporan tentang aktifitas yang di lakukan Azura Aubrey selama Alpha Shaquille tidak berada di rumah, termasuk saat mereka ke taman siang tadi. Yang ternyata sudah mendapatkan izin dari Alpha Shaquille saat Azura Aubrey mulai merengek meminta untuk ke taman kepada Akirra Raullin yang langsung menelfon Alpha Shaquille untuk memberitahu keinginan Azura Aubrey.
"Tapi ada satu hal lagi Tuan,"
"Apa?" Tanya Alpha Shaquille menatap wajah Akirra Raullin yang nampak terlihat ragu. "Akirra katakan." Kata Alpha Shaquille yang terdengar seperti sebuah Perintah.
"Saya tidak tahu, anda ingin mendengar hal ini atau tidak. Tapi, saat tengah berada di taman, Nona Melody sempat bertemu dengan Nyonya Aranka."
"Apa? Didie bertemu wanita itu? Bagaimana bisa?" Tanya Alpha Shaquille yang langsung beranjak dari duduknya dan langsung menarik dasinya yang masih menempel di kera kemejanya lalu membuangnya ke sembarang arah.
"Tuan muda, tenanglah... " Ucap Azio Azura perlahan saat melihat reaksi dan ekspresi Alpha Shaquille yang tiba-tiba berubah.
"Bagaimana bisa mereka bertemu? Akirra Raullin, bisa kau jelaskan?" Tekan Alpha Shaquille dengan tatapan tajamnya.
"Mereka tidak sengaja bertemu Tuan, mereka hanya mengobrol sebentar. Dan Nyonya Aranka langsung pergi begitu saja saat melihat saya." Jelas Akirra Raullin. Bahkan belum sampai satu menit Akirra Raullin menyelesaikan kalimatnya, Alpha Shaquille sudah melangkah pergi meninggalkan mereka dan langsung menuju ke kamar Azura Aubrey.
"Tuan Azio, apa saya sudah salah memberikan laporan?" Tanya Akirra Raullin nampak cemas saat melihat reaksi Alpha Shaquille saat ini.
"Tidak, itu sudah tugasmu. Memberikan tiap laporan ke pada Tuan Alpha, dan adapun reaksi Tuan Alpha tiba-tiba berubah seperti tadi, kita tau sendiri, jika ini menyangkut Nyonya Aranka, Tuan Alpha akan menjadi sangat sensitif." Balas Azio Azura.
Sedang di dalam ruangan yang bercat merah muda kombinasi blue sky yang lembut. Nampak sosok Azura Aubrey yang sudah duduk di atas sofa dengan kedua kaki yang dirapatkan, kedua tangan di pangku di atas paha juga kepala yang menunduk dalam, dan Alpha Shaquille yang sudah berdiri tidak jauh dari hadapannya dengan tangan bersidekap, menatap Azura Aubrey yang masih juga tertunduk sambil meremat jemari tangannya.
"Kakak harap ini yang terakhir kalinya kau bertemu dengan wanita itu. Apa kau mengerti Melody Amaris?" Tanya Alpha Shaquille yang sepertinya sedang memperingatkan Azura Aubrey.
"I-iya kak."
"Dan kakak tidak segan-segan untuk memberikanmu sangsi jika kau melanggar. Kakak sangat menyayangimu, tapi kakak juga tidak segan untuk memberikan mu hukuman, sebab kakak tidak akan membiarkanmu menjadi seorang gadis yang tidak penurut."
"I-iya kak."
"Ingat satu hal Didie, Carden adalah keluarga yang harus kita jauhi. Jangan pernah berurusan dengan keluarga tersebut. Dan kau tau kan, wanita itu berasal dari keluarga Carden? Dan siapa pun itu. Kakak tidak akan pernah membiarkanmu dekat ataupun kenal dengan siapa saja yang bermarga Carden. Apa kau paham?"
"I-iya kak."
"Apa tidak ada jawaban lain yang ingin kau ucapkan selain kata 'Iya'?" Tanya Alpha Shaquille lagi yang masih dengan wajah datarnya.
"M-aaf... "
"Selain maaf?"
"Aku akan menjadi adik yang penurut."
"Dan?"
"Aku menyayangi kak Lee." Jawab Azura Aubrey mengangkat wajahnya dengan bibir mengerucut, bahkan matanya terlihat berembun yang langsung merubah ekspresi Alpha Shaquille yang tadinya terlihat datar, dingin, dan menakutkan tiba-tiba menjadi hangat. Bahkan sudut bibirnya terlihat melengkung ke atas membentuk sebuah senyum.
"Kakak juga menyayangimu." Ucap Alpha Shaquille, meskipun ia masih enggan beranjak dari tempatnya. Alpha Shaquille masih berdiri dengan posisi yang masih sama. Itu adalah cara Alpha Shaquille menghukum Azura Aubrey, tidak memeluknya, mengusap air matanya, dan membujuknya di saat Azura Aubrey sedang menangis seperti sekarang ini. Dan hal tersebut membuat Azura Aubrey semakin terisak, bahkan tanpa aba-aba langsung beranjak dan memeluk Alpha Shaquille erat.
"Aku janji akan menjadi adik yang penurut, bisakah kakak tidak menghukumku lagi, aku ingin memeluk kakak." Isak Azura Aubrey yang membuat hati Alpha Shaquille luluh.
"Baiklah, kakak memaafkanmu kali ini. Tapi ingat, kakak akan benar-benar menghukummu jika kau kembali melanggar. Ingat Didie, jangan pernah berurusan dengan keluarga Carden. Dan lupakan jika kau pernah bertemu dengan wanita itu. Apa kau mendengar kakak?"
"Iya kak, aku mengerti."
"Bagus, sekarang istrahatlah." Ucap Alpha Shaquille seraya mengusap pucuk kepala Azura Aubrey, mengusap air mata yang membasahi wajah adiknya sebelum mengecup dahi itu lembut dan melangkah meninggalkan kamar. Menyisakan Azura Aubrey yang masih berdiri dengan perasaan kalut.
"Kak Lee benar-benar marah padaku. Oh Tuhan, bagaimana ini." Batin Azura Aubrey sambil melangkah pelan menuju tempat tidurnya. Merebahkan tubuh dan membungkusnya dengan selimut tebal.
Sesaat Azura Aubrey meraih ponselnya, dan kembali membuka kontak yang di sana hanya terdapat lima kontak saja. Hanya ada nama Alpha Shaquille, Dokter Aldrich Alexe, Azio Devian, Akirra Raullin dan satu nomor tanpa nama.
"Zev... " Gumam Azura Aubrey yang terus menatap nomor tersebut. "Kenapa aku jadi merindukannya, dan ada apa dengan jantungku. Kenapa selalu saja berdebar seperti ini di saat aku mengingatnya. Apa mungkin aku... Akh tidak... tidak... Aku hanya sedang kalut dan bingung, tidak... aku tidak menyukainya... tidak... " Ucap Azura Aubrey yang terus bergumam, bahkan langsung membenamkan tubuhnya di dalam selimut tebalnya.
* * * * *
KADIAMAN ACHERON FLAVIO.
Zev Albion membanting tubuhnya di atas sofa sambil menjulurkan kakinya ke atas sandaran sofa, dengan sesekali menatap layar ponselnya, tidak jarang juga ia berdecak kesal saat operator yang menjawab panggilan telfonnya.
"Aaiiisss... "
Kelu Zev Albion seraya membanting benda pipi tersebut ke atas sofa, hingga Acheron Flavio dan Aillard Wren yang secara tidak sengaja melihat tingkah Zev Albion hanya mengeryit bingung dan saling menatap. Sedang Zev Albion yang tidak menyadari kehadiran Ayahnya di sana masih terus mengumpat dengan segala kata-katanya.
"AAARRGGHH.. " Teriak keras Zev Albion mengusap wajahnya kasar, dan kembali mengacak-acak rambutnya yang semakin terlihat berantakan.
Hingga akhirnya ia terperanjat kaget saat melihat sosok Acheron Flavio yang sudah berdiri tepat di sampingnya sambil menlipat kedua tangannya di atas dada dengan tatapan penuh keheranan. Dengan gugup Zev Albion beranjak sambil berdehem, sembari menegakkan tubuhnya dan kembali menarik nafas dalam sambil merapikan rambutnya yang terlihat sangat berantakan.
"Ayolah Ayah berhenti menatapku seperti itu." Protes Zev Albion yang kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa tanpa mempedulikan Acheron Flavio yang sedari tadi terus mengamati tingkahnya.
"Kau sakit?" Tanya Acheron Flavio mengernyit.
"Hm,"
"Aillard, telfon Dok... "
"Aku tidak perlu Dokter Ayah." Balas Zev Albion menyela dengan nada malas.
"Lalu? Bukankah kau sakit?" Tanya Acheron Flavio mengernyit.
"Aku.. Aisshh.. Ayah tidak akan pernah mengerti, aku sedang kesal sekarang, sebab.... Ah sudahlah... " Balas Zev Albion terlihat prustasi. "Ayah mana mengerti, Aisshh... dasar orang tua tidak peka." Gumam Zev Albion yang langsung beranjak meninggalkan Acheron Flavio yang masih setia menatap putranya yang sudah menghilang dari pandangannya.
"Ada apa dengan anak itu?" Tanya Acheron Flavio sambil mebuka laptopnya dan menyamankan tubuhnya di sofa.
"Mungkin Tuan muda sedang dalam mood yang tidak bagus hari ini Tuan." Jawab Aillard Wren yang sepertinya sudah mengerti dengan kondisi Tuan mudanya saat ini.
"Tsk, apa yang membuat moodnya jadi sangat buruk seperti itu?" Tanya Acheron Flavio sedikit khawatir.
"Saya kurang yakin Tuan, mungkin kali ini masalahnya berasal dari wanita." Jawab Aillard Wren.
"Wanita? Apa dia sekarang sedang di tolak oleh seorang wanita? Kenapa dia begitu payah?"
"Iyaa Tuan, sebab dari satu minggu yang lalu Tuan muda sudah nampak seperti itu, uring-uringan, dan tidak mau berbicara sedikitpun." Jawab Aillard Wren yang ternyata selalu mengamati tingkah Zev Albion.
"Apa separah itu? Siapa wanita yang sudah berani menolaknya? Apa wanita itu tidak tau sedang berurusan dengan siapa?" Tanya Acheron Flavio.
'Gadis yang menjadi target Anda Tuan,' Batin Aillard Wren menarik nafas dalam.
"Ah itu.. Saya tidak mengetahuinya, Tuan muda sedikit tertutup untuk masalah yang satu itu Tuan." Jawab Aillard Wren sambil menuangkan wine ke dalam gelas kristal Acheron Flavio yang masih fokus dengan laptopnya dan beberapa dokumen penting yang harus ia tanda tangani.
"Belum ada pergerakan dari ASEA CORPORATION berapa hari ini?" Tanya Acheron Flavio mengalihkan topik pembahasan.
"Belum Tuan, justru hal itu yang membuat saya sedikit khawatir, tidak ada perlawanan dari mereka, seolah menunggu bom waktu yang bisa meledak kapan saja."
"Tsk, kita liat saja, Zev akan selalu bisa di andalkan, saham dari ASEA CORPORATION Sudah merosot sangat drastis bukan? apalagi yang bisa anak sialan itu lakukan, selain menunggu kehancuran." Balas Acheron Flavio dengan senyum smirknya.
Sedang di dalam kamar nampak Zev Albion yang sejak tadi berbaring dengan posisi menelantangkan tubuhnya di atas tempat tidur, tidak bergeming sedikitpun. Di lebarkan kedua kakinya sambil merentangkan kedua tangannya, seolah sedang menunggu malaikat maut untuk mencabut nyawanya, bahkan dengan kondisinya saat ini, Zev Albion sepertinya sudah sangat rela menyerahkan nyawanya kepada malaikat pencabut nyawa.
"Apa ini rasanya patah hati? Apa aku baru saja di tolak oleh seorang gadis? Kenapa? Apa yang salah denganku? bahkan wajahku tidak begitu jelek, aku pria populer di kalangan para wanita, visual ku juga tidak buruk. Tapi kenapa?" Gumam Zev Albion yang terus menatap langit-langit kamarnya, seolah ia bisa mendapatkan jawabannya di atas sana.
"Ahh sialan.. Kenapa aku mesti menyukai gadis itu? Astaga, bahkan aku tidak bisa melupakannya sekarang, tidak.. Aku perlu ke Dokter.. Dadaku terasa sesak.. "
Dengan cepat Zev Albion mengelus dadanya, sambil melenguh prustasi, meringkuk hingga suara getar di ponsel yang tadi di lemparnya bahkan sudah berada jauh di lantai kamarnya tiba-tiba terdengar. Dan dengan kecepatan penuh, Zev Albion merangkak dari tempat tidurnya dan langsung melompat turun ke bawah lantai dengan tangan yang terlebih dulu menghantam lantai keramik, hingga menimbulkan suara yang cukup keras.
"AAUUWWW.. "
Jerit Zev Albion menahan sakit di sekitar sikunya yang cukup keras beradu dengan lantai keramik, namun rasa sakit itu seketika hilang saat melihat isi notifikasi di ponselnya.
Sweet girls.
📩 "Aku di taman sekarang."
Mata Zev Albion membulat sempurna saat melihat isi notifikasi dari Azura Aubrey yang sudah selama satu minggu di tunggunya hingga membuatnya prustasi, dan ketika ia akan beranjak dari posisinya, ponselnya kembali bergetar dan menyusul pesan kedua yang masuk dalam ponsel yang masih di pegangnya.
Sweet girls.
📩 "Waktumu hanya 20 menit dari sekarang, jika terlambat, aku pulang."
Isi notifikasi yang membuat Zev Albion terperangah. "Apa dia bercanda?" Seru Zev Albion yang langsung beranjak dari duduknya dan lagi-lagi ujung kakinya harus kembali menabrak sebuah nakas yang terletak di samping tempat tidurnya. Bahkan kali ini benturan itu cukup keras hingga membuat lampu dan jam duduk yang tertata rapi di atas sana terjatuh berhamburan ke atas lantai. Sedang Zev Albion hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dengan sangat kuat sambil menarik nafas panjang untuk menahan sakit di area kakinya yang sudah bergetar sejak tadi, dan dengan cepat ia meraih hoodie yang tersampir di sandaran sofa dan langsung di pakainya sambil berlari kecil menuruni anak tangga.
"Ayah aku keluar sebentar." Ucap Zev Albion saat melintas di hadapan Acheron Flavio dan Aillard Wren yang masih melongo melihatnya, bahkan tanpa menunggu jawaban dari Acheron Flavio, bayangan Zev Albion sudah menghilang di balik pintu, berganti dengan suara nyaring dari mobil sportnya yang sudah melaju dengan kecepatan sangat tinggi.
"Ikuti dia." Perintah Acheron Flavio dengan nada datar sambil meremas sebuah kertas yang di pagangnya. "Jika bener dia bertemu dengan gadis itu, aku tidak akan menoleransinya lagi." Lanjut Acheron Flavio seraya melemparkan kertas di tangannya sambil meraih gelas berisi wine dan langsung menyesapnya.
* * * * *
Tepat 20 menit kemudian, Zev Albion sudah memarkirkan mobilnya di sisi jalan sebuah taman. Senyumnya melebar saat melihat sosok Azura Aubrey yang tengah berdiri di sebrang jalan sambil membenarkan Syal berwarna merah yang melilit di lehernya.
"Apa dia bersama pria pucat itu lagi?" Gumam Elard sambil terus mengamati ke sekeliling Azura Aubrey, hingga akhirnya ia kembali tersenyum lebar saat mengetahui jika Azura Aubrey hanya seorang diri di sana.
"Kenapa dia makin terlihat manis," Gumam Zev Albion yang kembali mencengkram dadanya saat di rasakan jantungnya yang mulai berdebar sangat kencang. Di tambah lagi saat Azura Aubrey tersenyum ketika melihatnya turun dari mobil sambil lambaikan tangannya.
Dengan perlahan Zev Albion memakai masker juga topinya dan kembali menutupinya dengan kupluk hoodienya hingga wajahnya sedikit tertutupi, dan saat di rasa cukup, Zev Albion mulai berjalan menyebrangi jalan menghampiri Azura Aubrey yang masih berdiri menunggunya, sambil menutupi kepalanya.
"Bagus, kau tepat waktu." Ucap Azura Aubrey tersenyum penuh kemenangan.
"Dan waktu 20 menitmu itu hampir membuat ujung kakiku remuk." Balas Zev Albion sedikit meringis saat mulai merasakan sakit di ujung kakinya.
"Apa kakimu baik baik saja?" Tanya Azura Aubrey sedikit khawatir, saat melihat Zev Albion yang terus meringis.
"Aku baik baik saja, hanya sedikit terbentur, ayo kita kesana." Jawab Zev Albion sambil mengarahkan pandangannya ke arah sebrang jalan, menunjuk sebuah tempat duduk yang berada di bawah pohon maple sambil meraih dan menggenggam tangan Azura Aubrey.
Sedang Azura Aubrey yang awalnya sedikit terkejut akhirnya menurut dan terus mengikuti langkah Zev Albion dengan senyum di bibirnya.
"Apa itu sakit?" Tanya Azura Aubrey saat melihat langkah Zev Albion yang sedikit aneh sejak tadi.
"Tidak apa apa, duduklah." Jawab Zev Albion menggeleng sambil mempersilahkan Azura Aubrey untuk duduk di sebuah kursi kayu dekat sebuah danau kecil. Tempat yang Azura Aubrey kunjungi beberapa hari yang lalu.
"Ini tempat yang indah, dan aku selalu menyukainya." Ucap Azura Aubrey sambil menangkup tangannya dan mulai menarik nafas menghirup udara segar di sana secara perlahan dengan wajahnya yang terlihat nampak sangat bahagia.
"Kau menyukainya?" Tanya Zev Albion yang terus menatap wajah Azura Aubrey tanpa berkedip sedikitpun.
"Hm, aku sangat menyukainya." Jawab Azura Aubrey mengangguk kecil dengan senyuman manis di bibirnya.
"Ayo selalu bertemu di sini." Balas Zev Albion tersenyum yang masih terus menatap lekat wajah Azura Aubrey, hingga membuat wajah Azura Aubrey seketika memerah, di tambah lagi saat Zev Albion mulai menggenggam tangannya.
"Tapi aku tidak bisa terus terusan keluar rumah."
'Seandainya kau tahu, jika saat ini tidak ada yang menyadari jika aku sedang berada di sini bersamamu. Semoga saja mereka tidak ke kamar untuk memeriksa keadaanku.'
Batin Azura Aubrey yang ternyata keluar Villa secara diam-diam saat Alpha Shaquille dan Azio Azura kembali ke luar kota untuk keperluan pengiriman barang. Dan Akirra Raullin yang tidak menyadari jika dirinya sudah tidak berada di kamar. Sebab yang Akirra Raullin ketahui, dirinya ingin didalam kamar saja.
"Ada apa? Apa kakakmu melarangmu untuk keluar rumah?"
"Hm," Jawab Azura Aubrey mengangguk.
"Tsk, kau kan bukan anak kecil lagi, bukankah si beruang kutub itu terlalu berlebihan?"
"Tapi kakak punya alasan untuk itu, dia tidak asal melarangku saja, dan kakak bukan seekor beruang." Balas Azura Aubrey dengan wajah polosnya yang membuat Zev Albion seketika merasa ingin tertawa.
"Benarkah? Aku pikir dia hanya posesif, dia kan manusia paling kaku dan.... "
"Hentikan, dia kakakku." Balas Azura Aubrey mulai memasang wajah cemberutnya.
* * * * *
Bersambung...