"Kukira kau tak tahu apa apa. Ternyata kau dekat dengan sekretaris Kenand?" ujar Laura.
"Aku?" tanya Andrea bingung.
"Anak anak melihatmu turun dari mobil Tuan Evans bersama Kenand. Apa hubungan kalian?" tanya Laura.
"Hubungan apa? Tak ada hubungan apa apa. Aku hanya menumpang mobilnya," ujar Andrea.
"Apa mungkin kau bisa menumpang mobil Tuan Evans begitu saja? Tuan Evans tak pernah mau berbagai mobil dengan siapapun kecuali Kenad. Bahkan ia tak pernah semobil dengan Karlina," ujar Laura.
"Entahlah, aku juga tak tahu. Dia menghentikan mobilnya saat aku berjalan menuju ke sini," ujar Andrea berbohong.
Ia tahu semau akan jadi rumit begini saat ada yang tahu ia turun dari mobil Evans.
"Kau tidak sedang berbohong kan, Andrea?" ujar Laura.
"Kau pikir siapa aku bisa kenal dekat dengan Tuan Evans. Aku bahkan tak tahu betul siapa dia," ujar Andrea.
Laura menghela napas lega. Sepertinya gadis itu menyukai Evans. Andrea heran kenapa bisa ada yang menyukai Evans.
Padahal pria itu aneh, arogan, dan suka melakukan hal hal yang tak ia mengerti.
"Kau suka padanya?" tanah Andrea seraya duduk di kursinya.
"Siapa di sini wanita yang tak suka padanya? Dia primadona di DC," ujar Laura.
"Kenapa? Apa karena dia tampan? Bukankah mentor mentor di sini juga tampan tampan dan cantik cantik?" ujar Andrea.
"Tuan Evans tak ada yang bisa menandingi. Dia benar benar sempurna. Sayangnya, Karlina merebutnya dari kami," ujar Laura.
"Kenapa kau menyalahkannya? Tidak ada yang bisa melarang seseorang jatuh cinta," ujar Andrea.
"Cinta? Heuuh, omong kosong. Si Karlina itu mana tahu dia rasanya jatuh cinta. Yang dia tahu hanyalah dandan, ranjang dan uang. Selebihnya hanyalah akting belaka," ujar Laura.
Andrea memikirkan apa yang Andrea katakan. Jadi ucapan Evans semalam itu benar. Mereka hanya melakukan hubungan tanpa cinta?
Ternyata ada dunia yang Andrea tak pahami. Dia mati matian menjaga keperawanannya demi harga diri dan cintanya pada Felix.
Tapi akhirnya dia dikhianati dan ditukar dengan jabatan. Tapi ada juga orang yang rela melakukan hal nista itu hanya untuk memperoleh apa yang ia mau.
"Andrea!" panggil Laura.
"Ah, iya kenapa?" tanya Andrea.
"Kenapa kau diam saja. Ayo bergegas," ujar Laura.
"Kemana?" tanya Andrea bingung.
"Kelas dansa. Kau tahu siapa mentor spesial hari ini?" tanya Laura.
Andrea hanya menggelengkan kepalanya.
"Tuan Evans!" ujar Laura dengan penuh semangat.
"Ah, itu. Baguslah, kau kan suka padanya," ujar Andrea.
"Bukan cuma aku. Lihat saja, di sana akan jadi tempat pertempuran," ujar Laura seraya bergegas pergi.
Andrea bingung dan mengikuti kemauan langkah kaki Laura. Mereka menuju ke ruang ganti.
"Kenapa semua orang berganti baju?" tanya Andrea.
"Ini kelas dansa. Kita harus nampak elegan. Tuan Evans tak mau memilih gadis yang tak spesial," ujar Laura.
"Memilih gadis? Untuk apa?" tanya Andrea.
"Dia kan mentor kelas dansa kali ini. Pasti akan ada yang ia jadikan pasangan untuk peragaan. Kau tahu semua wanita di sini mengantri untuk itu," ujar Laura sambil melepas semua pakaiannya di depan Andrea.
Para wanita yang lain pun melakukan hal yang sama. Andrea bingung sendiri karena ia tak punya gaun sama sekali.
"Kenapa kau diam saja. Cepat pakaian gaunmu," ujar Laura.
"Aku tak punya," ujar Andrea.
"Gawat! Jangan berharap kau akan terpilih," ujar Laura sambil sibuk memakai gaunnya kemudian berdandan. Memoleskan lipstik di bibirnya.
'Siapa yang mau dipilih olehnya?' gumam Andrea dalam hati.
Setelah selesai persiapan dengan gaunnya masing masing. Menuju ke ruang dansa.
Para wanita terlihat anggun dan cantik cantik. Kecuali Andrea yang memakai seragam DC seperti biasa.
"Kau kenapa datang dengan pakaian seperti itu?" tanya wanita bernama Sarah.
"Aku tak punya gaun," ujar Andrea santai.
"Hah, kau datang ke DC tanpa persiapan apapun. Kau akan mendapat kesulitan jika kau lengah," ujar Sarah.
"Lain kali aku akan memakai gaun," ujar Sandra.
"Kau pikir Tuan Evans akan jadi mentor setiap saat. Dia punya banyak sekali jadwal penting. Ini adalah kejadian langka yang harus kau manfaatkan," ujar Sarah.
"Oh, iya, maaf. Aku tak tahu," ujar Andre santai.
Laura berbisik pada Andrea sambil menariknya menjauh dari Sarah.
"Jangan terintimidasi olehnya. Dia di sini paling senior. Lebih senior dibandingkan Karlina. Tapi dia yg aku pernah dapat kesempatan tugas langsung dari pihak DC. Padahal dia yang paling punya khayalan tinggi pas Tuan Evans," ujar Laura.
"Hah begitu rupanya," ujar Andrea.
Ia tak habis pikir kenapa wanita wanita di sini semua mengharapkan Evans. Apa mereka tak tahu sifat asli Evans.
JEGREK!
Pintu depan terbuka. Terlihat Kenand datang dengan pakaian tuxedo lengkap.
"Dimana Tuan Evans?" semua riuh saat hanya melihat Kenand, tanpa Evans.
Kenand menunjuk ke pintu belakang dan Evans berdiri di belakang barisan para gadis ini. Sementara barisan pria ada di ujung lain dari ruangan dansa ini.
Semua mata menuju ke Evans, tak terkecuali Andrea. Ia menatap Evans yang gagah dengan jasnya dan tuxedonya.
"Aku tak mengerti. Sebenarnya ini tempat apa?" gumam Andrea.
"Tamatlah riwayatmu Andrea," bisik Laura.
"Kenapa? Aku salah apa?" tanya Andrea.
"Kau tak memakai gaun, siap siap dapat amukan darinya," ujar Laura.
Andrea tak peduli dengan apa yang Laura katakan.Ia juga tak peduli dengan apa yang akan terjadi.
Evans berdiri di depan para peserta. Mereka semua menatap Evans dengan senyum bahagia.
"Selamat pagi," sapa Evans.
"Pagi Tuan," sahut para peserta.
Andrea menatap Evans masih dengan tatapan kesalnya karena pembicaraan semalam.
"Kalian terlihat luar biasa hari ini," ujar Evans.
Mereka semua senang mendengar kata kata dari Evans. Andrea sempat menoleh ke barisan pria. Mereka juga terlihat senang dengan pujian Evans.
"Ahh, bahkan pria pun menyukainya," gumam Andrea.
"Hari ini aku akan memberitahu pada kalian tentang dansa yang lebih intens," ujar Evans.
Orang orang terlihat bersemangat dengan ucapan Evans.
"Adakah yang mau menjadi pasanganku hari ini?" tanya Evans.
Tiba tiba saja Sarah maju ke depan dengan semangat sambil tersenyum centil ke arah Evans.
Namun pandangan Evans tertuju pada Andrea yang tak memakai gaun dan tak berdandan sama sekali.
Evans menghampiri Andrea perlahan. Dan semua mata pun tertuju pada Evans yang melangkah menuju Andrea.
"Kenapa kau memakai seragam?" tanya Evans.
"Kau bertanya padaku?" tanya Andrea kembali.
Evans terkekeh sejenak. Ia lantas meyilangkan tangannya ke dada. Dan lebih mendekat pada Andrea.
"Kau pikir siapa di sini yang memakai seragam selain kau?" ujar Evans sambil menekan suaranya.
"Maaf, aku tak punya gaun," jawab Andrea santai. Ia menyadari jika ia bersikap seperti saat ia di rumah dengan Evans. Pasti orang orang akan curiga.
Next ...