Chereads / Asmara / Chapter 55 - Bab 54

Chapter 55 - Bab 54

Agar cepat sampai satya pun mengambil jalan pintas dari kota, memotong jalan melewati perumahan.

Tanpa ku tahu keluar nya dekat sekolah guntur.

Dan terus melaju,, hingga melewati daerah rumah guntur.

Melewati tukang nasi goreng langganan nya guntur, karena aku beberapa kali makan nasgor disana bersama guntur.

Tentu saja satya tidak tahu itu, satya dan sepeda motornya hanya lewat jalanan itu saja.

Namun tak lama ada sebuah sepeda motor menyalip motor satya dari belakang dengan mengebut dan menghalangi nya kini berhenti didepan jalan sana.

Refleks satya pun mengerem kan motornya,

Seseorang dimotor depan itu pun turun bergegas lalu menghampiri sepeda motor satya..

Mata ku terbelalak melihat siapa orang nya yang menghampiri dari depan sana.

Sontak dalam hati aku berkata "mati dah aku"

Ya sudah tertebak kan? seseorang itu siapa lagi kalau bukan guntur.

( Guntur yang tanpa sengaja saat itu kebetulan habis membeli nasgor ditempat langganannya dengan menggunakan motor ayahnya, saat dia akan menaiki motor matanya terkaget melihat aku yang dibonceng oleh satya melewatinya begitu saja )

Guntur menarik ku turun dari motor satya, apa apaan ini keita?

Kamu ya.. aku pikir kamu sudah tidur, aku pikir ponsel mu sedang dicharger karena lowbat.

Namun ini apa ta? jam berapa sekarang ta? kamu tahu udah jam sebelas malam saat ini?

Aku saja enggak pernah bawa kamu keluyuran sampai selarut ini..

Bisa bisa nya kamu malah jalan sama dia.. tunjuk guntur dengan bersungut dan marah padaku ditepi jalan.

Aku kecewa banget sama kamu ta,, kamu udah nyalahin kepercayaan aku tahu!!

Aku hanya terdiam mendengarnya, aku tahu guntur sedang emosi..

Aku hanya ingin amarahnya guntur mereda terlebih dahulu, baru aku akan berkata.

Namun guntur terus saja berkata yang tidak tidak padaku.

Karena ia sedang diselimuti rasa cemburu dan kesalah pahaman antara aku dan satya.

Satya menghampiri guntur..

Santai bro.. sabar, keita enggak salah..

Lo salah sangka bro..

Ah bacot lo,, ucap guntur dan bugg.. guntur mendorong satya hingga terjatuh ditepi jalan.

Lalu menjotos satya.

Wajah satya pun menjadi lembam terkena jotosan dari guntur yang tiba tiba.

Guntuuuuuuuuuurrrr...

Aku pun berteriak dan juga terkaget melihatnya.

Stop!!! apa apaan sih kamu.. aku menarik lengannya guntur, namun tenaga ku terasa tak kuat menahannya.

Karena aku merasa lemas sekali, kurasa energi ku sudah terkuras banyak seharian ini gara gara heri dan dera tadi.

Yang ada tangan ku terkena hempasan dari tangan nya guntur dengan keras.

Tangan ku pun terasa bergetar dan linu kini.

Satya yang melihatku refleks menarik guntur dan membalas nya dengan jotos kembali.

Kini gantian guntur yang terhuyung ditepi jalan, dengan wajahnya yang juga sudah lembam.

Satya berkata dengan emosinya kini pada guntur,

Lo benar benar sudah keterlaluan gun!!

Satya menarik ku untuk segera kemotornya,

Namun guntur menahannya.

Dengan berjalan cepat kini guntur menarik lengan kananku menuju motornya didepan sana..

Aku meringis kesakitan karena lengan tangan kananku ini terasa linu akibat terhempas tanpa sengaja oleh nya tadi,

aku berusaha melepaskan tarikan tangannya guntur sekuat tenaga,,

Satya segera menghampiri kembali, dan menahan guntur, lalu melepaskan tarikan tangan guntur dilenganku.

Apa apaan lo sat?

Keita cewek gua, ini urusan gua sama keita.. lo diam!! begitu ucap guntur dengan melalak pada satya.

Gun, lo udah salah paham soal kita sahut satya kesal..

Kini guntur kembali menarik satya ketepi dekat tiang listrik.

Guntur sudah dimakan api cemburu dan tak mau mendengar perkataan satya.

Dan lo.. unjuk guntur pada satya, selamat ya lo udah berhasil buat hubungan gua berantakan sama keita.

Dengan emosi guntur berkata pada satya, kemudian mendorong satya kembali.

Guntur menatap ku dengan tatapan penuh amarahnya..

Mata nya menatapku dengan berkaca kaca seolah berkata tanpa terucap namun aku memahaminya "aku enggak pernah menyangka kamu seperti ini keita"

Aku pun menatap mata guntur yang juga berkaca kaca dan perlahan air mataku mengalir terjatuh membasahi pipiku kini.

Guntur pergi meninggalkan aku dengan satya, bersama amarah nya yang masih meledak ledak dalam dirinya.

Satya menghampiriku yang mematung terdiam disisi jalan dan mengajakku pulang..

Satya menarik tangan kananku, refleks aku berkata awww..

Ya ampun keita,,

Tangan kamu bengkak, satya memapahku kemotornya.

Lalu aku dan satyapun kembali melaju dengan sepeda motor satya.

Satya tak jadi langsung mengantarkan aku pulang kekosan namun pergi kearah kota menuju apotik 24 jam yang masih buka terletak didekat taman kota.

Dibangku taman kota dekat lampu penerangan aku dan satya terduduk dalam kebisuan.

Tak lama satya membuka kantong plastik yang ia bawa dari apotik.

Satya mengeluarkan isi dalam kantong plastik itu,

Salep memar, plester, betaden dan sebotol air mineral yang ia beli diapotik.

Dikulkas minuman yang memang tersedia didalam apotik.

Lalu satya membuka tutup botol air mineral itu dan memberikannya padaku.

"minum dulu nih ta, supaya kamu tenang" begitu ucapnya.

Satyapun meraih tangan kanan ku yang tadi terkena benturan keras tanpa sengaja oleh tangan guntur.

Satya mengobati memar ditangan ku yang terasa linu ini.

Maafin aku ta, gara gara aku jadi salah paham gini.

Aku sedang tak ingin membahas ini sat, please jangan bahas ini dulu ya..!

Pikiran ku yang sedari tadi tertuju pada guntur.

Aku tak pernah menyangka guntur bisa semarah itu, tanpa ia mau mendengarkan penjelasan ku terlebih dahulu.

Guntur yang tadi seperti bukan guntur yang aku kenal guma ku dalam hati.

Satya mengerti dia hanya mengangguk,

Aku pun memperhatikan wajah satya lekat lekat.. pipi kirinya terlihat lembam karena terkena jotos dari guntur, dan sisi bibir nya satya terdepat bekas luka.

Tadi berdarah namun sudah satya seka dengan lengan dijaketnya.

Aku pun gantian mengobati luka di sisi bibir satya,

Dan mengolesin salep memar pada pipi kirinya.

Makasih banyak ya satya.. dan maaf, dengan mataku yang tiba tiba sembab kemudian berkaca kaca kembali jadinya, karena guntur kamu jadi seperti ini. sahutku pada satya.

Satya menatapku, kamu enggak perlu minta maaf ta.

Kamu enggak salah..

Satya refleks menyeka air mata yang mulai terjatuh kembali dipipiku.

Menghapusnya dengan tangannya..

Kamu enggak boleh nangis ta..!

Nanti mata belo kamu keluar loh, aku tahu satya bercanda untuk menghiburku agar aku berhenti menangis.

Namun air mataku makin deras terjatuh membasahi pipiku kini.

Satya yang melihatnya refleks memelukku..

Udah ya ta udah.. sahut satya menenangiku dalam pelukannya.

Satya menepuk nepuk lembut pundak ku dengan tangannya.

Tenang ya ta.. tenang..!!

Dan tangisku pun makin pecah dalam pelukannya satya kini.

Batin satya mengguma, awas ya lo gun, udah bikin wanita yang gua sayang ini menangis karena lo. lirih satya kalut dalam hatinya.

•~•~•~•~•~•~•~•~

Semalam satya mengantarku sampai kosan pukul setengah dua belas malam sudah.

keesokan harinya disekolah..

Kabar tentang kecelakaan heri pun menyebar dengan cepat disekolah.

Hari ini dera tak masuk sekolah dan masih dirumah sakit menunggui heri,

Masih seperti semalam heri belum juga sadarkan diri.

Dera belum kembali kekosan sejak semalam.

Dera ijin tak sekolah..

Aku pun sedang sedih karena guntur, serasa tidak semangat menjalani hari ini..

Tak ada pesan masuk atau telepon dari guntur,

Pasti nya guntur memang marah sekali padaku.

Begitupun aku sama sepertinya..

Tak ada yang saling mengabari kini diantara aku dan guntur.

Dera menelepon ku, meminta tolong padaku pulang sekolah untuk kerumah sakit membawakannya beberapa potong baju nya.

Untung saja hari ini hari sabtu, esok hari minggu jadi libur sekolah.

Dera pun sudah berkata pada satya untuk mengantarkan aku kerumah sakit.

Tadi dikelas pun puput, vina dan widya bertanya padaku soal heri yang kecelakaan.

Vina pun bertanya kenapa tangan kanan ku terlihat memar membiru..

Aku berkata terkilir vin, vina sempat mengkuatirkan aku dikiranya aku terlibat kecelakaan dengan heri karena tanganku memar.

Syukurlah keita.. bukan karena kecelakaan.

Aku tersenyum tipis, padahal tangan memarku ini hasil karya saudaranya sendiri semalam yang tanpa sengaja membentur tanganku.

Akupun bercerita pada vina, puput, widya semalam kerumah sakit diantar satya, dera dan raffi menceritakan apa adanya pada sahabat terdekat dikelas ini.

Namun aku tidak bercerita soal guntur.. aku enggan membahasnya.

Pulang sekolah satya sudah menungguku didekat tangga kelas yang menghubungkan tangga kelantai atas menuju kelasku.

Aku sengaja keluar kelas terakhir dan dengan langkah santai aku menghampiri satya yang menungguku didekat tangga.

Aku berkata kekosan dulu ya sat, sebelum kerumah sakit.

Ambil baju dera dulu sama beberapa keperluan yang dera butuhkan, sekalian aku ganti baju juga.

Satya yang berjalan disampingku hanya mengangguk.

Tangan kamu gimana ta? masih sakit? tanya satya padaku.

Masih sat, ini linu banget..

Satya menarik pelan tanganku dan melihat memarnya, ya ampun jadi biru gini memarnya! Ucap satya dengan nada kesalnya.

Aku enggak apa apa kok sat, udah ya enggak perlu kuatir..! ucap keita dengan lembut.

Gusar sudah satya sebenarnya didalam hatinya.. rasanya ingin menemui guntur.

Namun satya mengurungkan niatnya, saat ini bukan waktunya untuk menemui guntur.

Mengantarkan keita kerumah sakit adalah hal yang jauh lebih penting.

•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Setelah dari kosanku dan menyiapkan keperluan untuk dera yang akan ku bawa.

Aku dan satya segera bergegas menuju rumah sakit umum,

Alil nanti siangan akan menyusul kesana bersama anton,

Begitupun dengan risye yang sudah diberi tahu oleh alil soal kecelakaan heri itu, akan menyusul kerumah sakit ditemani oleh deris sore nanti.

Sebelum sampai rumah sakit, diperjalanan satya pun mengajak ku makan siang terlebih dahulu agar tak kelaparan katanya.

Setelah makan kami melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit umum.

Sampai dirumah sakit, dikamar heri..

Terlihat dera yang sedang duduk bersender dikursinya sendirian menemani heri.

Ayah dan ibunya heri baru saja pulang untuk mengambil beberapa keperluan yang dibutuhkan.

Sehingga hanya dera sendirian yang menunggu heri kini.

Aku dan satya masuk kekamar pasein alias kamar rawat nya heri, dera tersenyum menyapaku dan satya.

Maaf ya keita, jadi ngerepotin..

Selow aja dera ucapku dengan nada santai.

Oiya ini makan dulu. pasti belum makan kan de?

Kupat tahu yang sengaja aku meminta pada satya untuk membungkuskan nya karena teringat dera.

Makasih banyak keita, satya.. gua emang belum makan nih baru sarapan aja tadi pagi.

Waduh dera, astaga ini udah siang banget loh.

Lo harus makan juga dera! ucap satya, masa heri sakit, lo juga sakit.

Iya dera.. aku menimpalinya, udah buruan sana makan.

Biar heri.. aku sama satya yang jaga,

Makasih ya ta, sat.. ah makasih mulu dera.. buruan makan deh! sahutku.

Sejurus kemudian taufan dan raffi pun sudah bergabung dengan aku dan satya.

Dera yang setelah makan langsung mandi kemudian berganti pakaian ditoilet kamar rumah sakit.

Disusul kemudian alil bersama anton, juga risye dan deris.

Ramai sudah dikamar rawat heri..

Namun tetap heri belum juga sadarkan diri.

Tanpa terasa jam besukpun sudah berakhir,

Kami pun satu persatu pamit undur diri.

Dera tetap menginap dirumah sakit menemani ibunya heri dan didampingi tantenya heri kini bersama omnya heri.

Ayah heri pulang karena masih ada pekerjaan.

Lagi lagi aku dan satya undur diri belakangan..

Baru pukul tujuh malam sebenarnya, satyapun sebenarnya menawariku mengajakku ingin jalan jalan sebentar tidak?

Untuk menghibur hatiku yang masih terlihat sedih dimatanya satya.

🌷🌷🌷