Bandara Udara Internasional Incheon, Pukul 08.00 pagi. Rania, Haqi dan si kecil sudah sampai menghirup udara di Seoul, Korea Selatan.
"Mas, kangen juga sama si kembar."
"Mas juga kangen sama si kembar, mereka dapat keluarga baru lagi si kecil tampan ini."
Husein malah tertidur pulas dalam gendongan Rania. Terlihat bayi kecil mungil memiliki mata lentik, tampan dan mengemaskan.
"Dia sepertinya lelah, mas."
"Iya, dek. Dia sangat lelah dalam perjalanan istanbul ke Seoul. Tapi, dia anak yang pintar nggak rewel."
"Iya, mas. Dia itu kayak kamu, mas."
Haqi hanya tersenyum sambil membawa tas kopernya masuk ke dalam taksi.
"Mas, kita nanti tinggal serumah sama si kembar?"
"Iya, lah sayang. Masa kita keluarga terpisahkan."
"Mas, sudah hubungi si kembar?"
Haqi mengelengkan kepala, "Anggap saja ini suprise di ulang tahun mereka."
"Baiklah kalau itu rencana mas. Adek sich ikut aja, lagian kita udah siapin hadiah buat mereka berdua."
Mereka masuk ke dalam taksi menuju ke kediaman mansion keluarga.
***
Sebuah ketukan pintu mansion milik keluarga. Sebuah langkah kaki dari dalam terdengar.
Rania, Haqi dan si kecil menunggu di luar pintu utama, setelah sampai.
Perlahan pintu terbuka, seseorang itu terlihat berkaca-kaca matanya. Tatapannya berubah menjadi sebuah rasa rindu tak tertahankan.
"Haqi?!"
"Kamu siapa ya?"
"Aku Ayass sahabat sekaligus saudara kamu."
"Ayass? nggak mungkin kamu Ayass!" Rania tidak percaya, jika itu Ayass suaminya yang dinyatakan sudah meninggal, bahkan jenazahnya sudah dikebumikan beberapa tahun.
Rania sungguh terkejut melihat Ayass dengan wajah yang berbeda. Bagaimana tidak kehidupan sudah berubah, tapi sebuah takdir kembali mempertemukan dalam kondisi yang berbeda.
Rania pun pingsan dalam pelukan Haqi sambil membawa baby Husein.
*
Di kamar Rania masih pingsan, Haqi ada di sebelahnya. Dia masih belum sadarkan diri karena dia sangat terkejut sekali dengan kehadiran seorang pria yang mengaku sebagai Ayass.
"Haq, jelasin sama aku, sebenarnya apa yang terjadi sebenarnya saat aku tiada." Ayass berusaha ingin sekali untuk menjelaskan tentang semua yang terjadi selama ini tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Sejenak Haqi menghelakan napas dan menaruh baby Husein di box bayi. Dia terlihat sangat khawatir sekali dengan hubungan pernikahan yang telah dia jalin bersama dengan Rania."apakah mungkin ini adalah akhir dari sebuah kisah pernikahanku dengan Rania?" Dia menggumam dalam hati kecilnya bahkan jika sesuatu itu memang benar terjadi dalam pernikahannya maka dia siap untuk melepaskan dengan kata ikhlas.
"Haqi, Aku ingin berbicara untuk menjelaskannya, Apakah kita bisa berbicara berdua saja?" Tanya Ayass sambil menatap kedua mata dari sahabatnya. Dia tidak menyangka jika semuanya terjadi begitu saja setelah dia menghilang dalam waktu beberapa tahun karena kecelakaan itu yang membuatnya amnesia.
"Sebaiknya, kita bicarakan di luar, aku akan menjelaskan semuanya,"Haqi meminta agar Ayass menceritakan semuanya tentang beberapa tahun terakhir ini. Dia juga tidak menyangka kalau wajah Ayass telah berubah seratus persen.
"Okey."
Mereka keluar dari kamar tempat Rania masih belum sadarkan diri. Mereka menuju ke dekat kolam renang.
*
"Aku pulang."
Khadijah celingukan, karena ia tidak melihat siapa pun. Ia mulai mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan.
"Aduh, ini rumah kok sepi amat, kemana ya semua penghuninya" gumam Khadijah.
Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi semakin keras.
"Ok, Fix. Kenapa kok rumah tumben ada suara bayi? apa aku salah rumah?"
Khadijah pun mulai melangkah menuju ke sumber suara tangisan bayi yang semakin keras.
"Masa siang-siang gini ada hantu?"
Khadijah pun sebenarnya takut kalau itu suara bayi jadi-jadian. Bulu romanya mulai merinding.
Embusan napasnya mulai tak beraturan.
Khadijah membuka pintu kamar tamu perlahan-lahan. Ia pun terkejut mendapati seorang wanita tertidur di kasur king size.
"IBU?!"
Khadijah terlihat terkejut melihat kehadiran Rania. Ia mulai berkaca-kaca sangking rindunya. Ia mulai mempercepat langkah kakinya, karena ia melihat rengekan bayi tampan, ia juga heran Rania masih terjaga dalam tidurnya.
Khadijah mulai mencubit tangannya, karena takut semua ini hanya mimpi.
"Auwww!" teriak Khadijah. "Ternyata semua ini nyata."
Khadijah langsung menchat wa ke Hasan
Cepet pulang, mommy udah datang. Dan, gawat kayaknya daddy sudah tahu kebenarannya.
Khadijah langsung mengirim chat.
"Waduh, aku akan segera meluncur."
Khadijah menghampiri baby Husein yang rewel. Ia mengambil baby Husein untuk menenang. Kenyataannya tangisannya semakin kencang.
"Sayang, kamu pasti laper," Rania bangun melihat baby Husein sedang dalam gendongan seorang perempuan belia.
"IBU?"
"Khadijah?"
Khadijah menghampiri Rania sambil mengendong baby Husein.
Rania mengambil ahli baby Husein. Khadijah pun terlihat sangat merindukannya.
"Mom, sejak kapan datang?"
"Sejak tadi, tapi ayah kamu kemana ya?"
"Wadaw, mampus kalau ayah Haqi sudah ketemu ayah. Gawat pakai banget" batin Khadijah sambil mengigit ujung bibirnya.
"Kenapa, nak? apa ada masalah?"
Khadijah masih berpikir, apa yang akan terjadi.
"Ibu, Khadijah mau ke kamar dulu nanti balik lagi. Da da da baby Husein."
Khadijah langsung kabur sambil mencari ke mana ayah kandung yang sedang berbincang denga ayah tirinya
*
"Ayah Haqi? Ayah?"
Khadijah terkejut melihat keduanya seolah tidak terjadi apa-apa. Dia bisa mengelus dadanya dengan sangat megah ketika tidak melihat sesuatu apa yang telah dia pikirkan selama ini. Dia tidak menyangka bila kedua orang pria itu bersahabat namun kenyataannya mereka harus menikahi seseorang yang sama tapi salah satu dari mereka harus mengalah untuk tetap pergi meninggalkan.
Khadijah menghampiri keduanya yang sedang menatapnya."Syukurlah jika kalian berdua tidak ada sebuah perselisihan. Khadijah sangat bahagia sekali memiliki dua Ayah sekaligus. "Dia mulai menggumam dalam hati kecilnya kalau sudah tidak menjaga kejadian itu benar terjadi.
"Apa kalian sudah...."
"Nak, semuanya mungkin sudah skenario Allah SWT, mungkin hanya pamanmu yang mampu membuat mommy kamu bahagia. Ayah ikhlas kalau pamanmu lah yang bersama dengan...."
"Mas, maafkan aku," Rania datang tiba-tiba meneteskan air mata sebagai tanda penyesalannya.
Ayass tersenyum menghampiri Rania, "Tenanglah, aku akan baik-baik saja. Seharusnya aku berterima kasih ke Haqi sudah menjagamu dan anak-anak kita."
Rania mulai merasa bahagia, karena sesuatu yang dia khawatirkan tidak terjadi.
Khadijah langsung memeluk Ayass, ia bangga mempunyai seorang daddy yang begitu bijaksana. Dan, bonusnya memiliki ayah tiri sebaik Haqi.
"Kita akan tetap satu keluarga, kan?"
"Iya, nak" ucap mereka dalam satu pelukan hangat.
"Ehem."
"Hasan?" cetus mereka.
"Kayaknya aku kehilangan best moment nich."
"Sini gabung" ajak Khadijah.
"Okay, tanpa aku kalian tidak akan utuh."
Hasan pun mengeluarkan ponselnya untuk selfie, lalu ia mengupdate dalam instagramnya.
"Harta yang paling indah adalah keluarga, cinta paling berharga adalah keluarga."
*