Sudah lama aku tak melihat dia, kini kita bertemu kembali, setelah sekian lama.
*
Di bandara, terlihat Sera Sedang menunggu saudaranya dan bibinya untuk datang. Dia sangat antusias sekali dengan kehadiran mereka berdua. Baginya, Mereka berdua adalah seseorang yang terpenting dalam kehidupannya.
Sera sudah lama tidak bertemu dengan mereka berdua. Semenjak dia mendapatkan beasiswa di Seoul.
Dulu Sera tinggal bersama dengan Naina dan Dahlia di Jakarta, karena ibunya telah meninggal dunia. Dia dirawat oleh Naina semenjak umur 5 tahun. Karena Naina bekerja sebagai perawat di rumah Sera di kawasan Jakarta Selatan.
5 tahun bukanlah waktu yang cukup singkat untuk Sera. Dia sangat bahagia sekali ketika bertemu dengan Naina dan Dahlia.
Ketika Sera berada di bandara mendadak mendapatkan telepon dari Naina kalau mereka berdua sedang terhambat karena pesawat sedang delay. Hal itu membuatnya harus kembali ke apartemen tanpa mereka berdua.
Sera dijemput oleh Fabian menuju ke apartemennya. Dia meminta Fabian untuk membantunya mempersiapkan kedatangan dari Naina dan Dahlia.
Dahlia sangat bahagia sekali ketika Dahlia mendapatkan tawaran untuk mengikuti festival lukisan yang ada di Seoul. Dia akan memberikan Dahlia sebuah hadiah kecil sebagai ucapan selamat karena bisa mendapatkan undangan festival lukisan yang cukup bergengsi.
" Sera, aku harus balik dulu karena nanti malam bakalan ada acara penting. "Kata Fabian menatap Sera yang sebenarnya tidak ingin sama sekali untuk ditinggalkan olehnya.
"Serius kamu bakalan ninggalin aku sendirian di sini?" Tanya Sera menatap kedua manik mata Fabian. Dia berharap jika Fabian bisa mengubah keputusannya untuk tetap tinggal di apartemennya sambil menunggu Naina dan Dahlia.
Fabian berjalan kearah Sera lalu memegang kedua pundak Sera. "Ini acara penting karena itu aku tidak ingin ketinggalan. Apalagi teman-teman akan marah jika aku tidak datang ke acara ini. Kamu tahu kan bagaimana menjadi ketua dari komunitas taekwondo."
Sera hanya bisa menghela nafas begitu berat. Dia tidak bisa untuk menghentikan Fabian untuk tetap disisinya. Dia tidak ingin menjadi perempuan yang sangat egois bagi Fabian. Karena dia dan Fabian masih lah sebatas teman tidak lebih dari itu.
Kemudian Fabian meninggalkan apartemen Sera. Sehingga Sera hanyalah sendirian di dalam apartemen.
*
Mawar sangat frustasi sekali ketika Adrian mulai datang dalam kehidupan dia dan putranya. Dia tidak ingin sekali untuk menemui pria yang tidak memiliki tanggung jawab penuh. Dia sangat kesal sekali ketika Adrian ikut campur dalam urusan Farhan.
"Mau apa kamu ke sini lagi?" Tanya Mawar yang melihat wajah Adrian tepat di hadapannya ketika dia sedang berada di lokasi pemotretan bersama dengan putranya.
Adrian hanyalah tersenyum menatap wajah Mawar lalu dia berkata, "Mau bagaimanapun Farhan juga anakku. Kamu tidak bisa melarang seorang ayah ingin bertemu dengan anak kandungnya sendiri. "
Mawar hanya dapat tersenyum dengan sangat kecut sekali. "Kamu bilang seorang ayah untuk Farhan? " dia mulai melemparkan senyuman yang sangat kecut sekali. "Bagaimana bisa seorang ayah telah menelantarkan ibu dan anaknya saat itu? Apa kamu sadar dengan sikapmu yang menelantarkan aku ketika hamil Farhan? Kamu malah menikah dengan perempuan lain! Jadi kamu tidak ada hak sama sekali untuk menjadi ayah bagi Farhan! " Dia mulai menekan setiap perkataannya sambil menatap kedua mata Adrian dengan kesal dan jijik.
Adrian hanyalah terdiam ketika mendengarkan kalimat yang terlontar dari mulut Mawar.
" Dulu aku memang sangat bodoh sekali telah mempercayai kamu. Sehingga aku harus kehilangan kesucian dan kehormatan ku. Apa kamu pernah berfikir, Bagaimana aku bisa bertahan hidup seperti ini dan bisa membesarkan Farhan?"
Mawar sejenak untuk menjeda kalimat yang telah dia ucapkan sambil menatap wajah Adrian dengan sangat kesal.
" Aku sama sekali tidak pernah membayangkan jika bersamamu adalah neraka bagiku! Kamu telah melenyapkan semua mimpi mimpi besarku! Bahkan kamu membuat aku kehilangan keluargaku hingga detik ini juga! Sedangkan kamu malah bahagia bersama dengan keluargamu! Apakah ini adil untuk aku? "
"Aku punya alasan dan aku bisa menjelaskan semua itu kepada kamu. " Adrian berusaha untuk mengelak. Padahal semua bukti sudah bisa dilihat di kedua mata Mawar.
"Aku tidak membutuhkan sebuah alasan ataupun penjelasan dari seorang pria pengecut seperti kamu! Bahkan Farhan tidak membutuhkan ayah pengecut seperti kamu!"
Mawar sangat kesal sekali dengan hal yang dilakukan oleh Adrian. Dia sangat tidak pernah berfikir sama sekali Jika Adrian tetap nekat mengikutinya.
*
Sera masih duduk sambil menunggu Naina dan Dahlia untuk segera datang di apartemennya. Dia sedang menonton sebuah saluran televisi favoritnya. Mendadak dia mendengar suara ketukan pintu dari luar pintu apartemennya. Kemudian dia langsung menebak jika dibalik pintu itu adalah mereka berdua.
Sera mulai melangkahkan kedua kakinya untuk menuju ke pintu unit apartemennya. Dia menghentikan kedua langkah kakinya tepat di depan pintu unit apartemennya. Jemari tangan kanannya mulai meraih kearah gagang pintu. Lalu dia perlahan-lahan membuka pintu tersebut.
Cklek! Pintu unit apartemen milik Sera terbuka. Dia melihat sosok dua perempuan yang beda generasi sedang ada dihadapannya.
" Assalamualaikum. "
" Waalaikumsalam. "
Naina langsung memeluk Sera dengan begitu sangat hangat sekali Bahkan dia merasa sangat bersalah dengan kisah masa lalunya bersama dengan ayah Sera. Dia merupakan penyebab dari kematian dari ibunya. Dia merasa begitu sangat bersalah ketika ibunya mendadak terkena serangan jantung hingga meninggal dunia. Dia ingin sekali untuk menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan selama ini.
Sera belum mengetahui rahasia besar tentang semua itu. Naina merahasiakannya karena dia tidak ingin jika Sera membenci dia. Padahal semua itu bukanlah maksud dia untuk melakukannya.
"Kalian berdua cepat masuk. Karena aku sudah menyiapkan makanan dan minuman untuk kalian berdua. Aku juga sudah menyiapkan kamar untuk kalian berdua." Sera menyambut begitu hangat kedatangan Naina dan Dahlia. Dia sangat senang sekali dengan kehadiran mereka berdua sehingga tidak ada rasa kesepian lagi.
Sera membantu mendorong kursi roda Dahlia untuk menuju ke dalam unit apartemennya. Dia sudah rindu untuk bercerita tentang semua yang dialami selama di Seoul. Dia menyambut begitu hangat perempuan yang sedang duduk di kursi roda karena mengalami kelumpuhan semenjak lahir.
Sera sangat merindukan ibunya yang sudah lama meninggal dunia. Dia merasa begitu sangat terpukul sekali ketika mengetahui ibunya meninggal dunia. Padahal dia selalu mendapatkan surat siap ulang tahunnya namun sayangnya semua itu hanyalah pesan pesan terakhir dari ibunya untuk dia. Ketika dia berumur 10 tahun baru mengetahui jika ibunya telah lama meninggal dunia karena serangan jantung.
Semenjak itu Sera sangat dekat sekali dengan Naina yang bekerja sebagai perawatnya sekaligus pelayan pribadinya. Namun dia sudah menganggap Naina sebagai bibinya sedangkan Dahlia sudah di anggap sebagai saudarinya.
"Sera, kamu sekarang makin cantik, nak, "puji Naina.
"Bibi dan Dahlia juga sangat cantik sekali, udah lama kita nggak ngumpul,"ucap Sera. "Kenapa papa kok nggak ikut sekalian ya, bi?"
"Dahlia, beneran kamu bakalan ikutan pameran lukisan?"
Dahlia pun tersenyum bahagia, ia mendapatkan kesempatan lukisannya bisa diikutkan festival tahunan di Seoul. Namun, di satu sisi ia berharap, kalau bisa bersama dengan ayahnya yang tak pernah menganggapnya ada.
"Lia, kamu tahu nggak, kalau aku bangga punya saudara kayak kamu yang punya prestasi," puji Sera. "Aku nggak nyangka kalau kamu punya darah seni."
"Kak Sera, aku seneng banget bisa punya kesempatan emas kayak gini, tapi aku punya harapan suatu hari ayahku bisa mengakui aku sebagai anaknya."
"Nak, jangan berharap kalau ayah kandungmu bisa menerimamu, kita bisa bebas seperti ini aja. Ibumu sudah senang, ibu nggak mau kamu dikurung lagi. Sudah lupakan ayahmu itu," tutur Naina.
Dahlia sangatlah berharap kalau ayah kandungnya bisa sekali saja memeluknya. Namun, ia hanya dianggap sebuah dosa dan kesalahan.
"Bu, kak. Apa salahku? apa aku sebuah dosa? kenapa aku dilahirkan?" ucap Dahlia.
Suasana menjadi hening, ia seolah merasakan pedih dalam kehidupannya. Ia berharap seolah Tuhan tak pernah menghadirkannya di dunia ini.
"Lia, kamu jangan ngomong kayak gitu, ayah kamu aja yang bodoh membuangmu, buktikan kalau kamu bisa jadi kebanggaannya," ujar Sera.
"Makasih, kak. Aku seneng banget ya Allah menghadirkan kakak dalam kehidupan aku dan ibu," ucap Dahlia sambil memeluk Sera dengan begitu sangat hangat sekali.
Sera dan Dahlia merupakan sepupu sebenarnya. Namun Sera tidak mengetahui jika ayah kandungnya merupakan paman kandung dari Sera yang sudah lama menghilang jejaknya.
Sebenarnya Naina sangat ingin tahu dimana Adnan berada. Karena mau bagaimana lagi kalau sebenarnya Dahlia adalah putri kandungnya. Namun pria itu selalu saja mengelak dengan keberadaan Dahlia yang dianggap sebagai anak pembawa sial.
Sebelumnya Dahlia selalu saja disembunyikan di sebuah ruang bawah tanah oleh Adnan. Karena tidak tidak ingin sama sekali Jika Dahlia keluar dari persembunyiannya. Menurut lelaki itu jika Dahlia merupakan anak pembawa sial yang seharusnya tidak terlahir di bumi.
" Bibi Naina dan kamu Dahlia sebaiknya istirahat dulu di sini. Karena aku sudah mempersiapkan semua ini untuk kalian berdua. Semoga kalian betah ya tinggal di sini selama mengikuti Festival lukisan. Semoga kamu berhasil Dahlia. "
Kemudian Naina memeluk Sera dengan begitu sangat hangat sekali. Padahal dia pernah menyakiti Arimbi. Dia selalu dibayangi rasa berdosa dan bersalah oleh sosok Arimbi yang merupakan ibu kandung dari Sera. Karena dia telah menghancurkan rumah tangga dari Arimbi dan Gerald.
*
Khadijah berada di sebuah masjid rumah sakit. Dokter mengabarkan jika kondisi dari ibunya mengalami masa kritis kembali. Dia pun meneteskan air matanya di sela-sela doanya.
"Ya Allah aku mohon kepadamu untuk sembuhkanlah ibuku yang sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Aku hanya ingin ibuku kondisinya kembali seperti semula."Khadijah mulai meneteskan air matanya hingga membasahi kedua pipinya. Dia tidak sanggup melihat kondisi ibunya dalam fase kritis.
*
Pukul 03.00 pagi hari.
Khadijah terbangun di sepertiga malamnya, ia segera mengambil air wudhunya. Setelah itu, ia melaksanakan sholat tahajudnya.
Setelah selesai sholat tahajud, Khadijah langsung membaca surah AL-Hadid, dilanjutkan dengan dzikir dan bersholawat nariyah, lalu ditutup dengan surah AL-Baqarah ayat 284-286.
"Ya ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyayang. Hanya kepadamu aku berkeluh kesah dan memohon. Lindungilah keluargaku dari duka yang mendalam. Ya Allah, sampaikanlah perasaanku kepada dia Adamku, sungguh aku berharap kalau dia bisa jadi calon imamku dalam menyempurnakan ibadahku terhadapmu Ya Allah."
"Ya Allah, jatuh cintakanlah dia kepadaku, karena hanya engkaulah zat dari segala zat yang mampu membolak-balikkan hati manusia."
"Ya Allah jangan biarkan hati ini patah, atau dalam duka terhadap seseorang yang bukan jodoh hamba Ya Allah."
"Ya Allah angkatlah penyakit mommy, agar bisa berbagi bahagia bersama secara utuh."
"Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirotihasanah waqina 'adzabannar. Amin Amin."
Khadijah melakukan sujudnya dengan sangat khusyuk. Ia hanya ingin bisa mencintai Allah, agar bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Khadijah sangat mengangumi Rumi, ia tidak peduli latar belakang lelaki itu seperti apa. Ia hanya kagum dengan iman dan taqwanya lelaki itu yang mampu meluluhkan perasaannya di hatinya. Belum pernah ia merasakan perasaan jatuh cinta sebesar itu.
Dalam sujudnya ia menyebutkan nama Rumi, agar Allah menakdirkan hatinya dengan hatinya dalam restunya. Ia hanya ingin penyempurna imannya.
Selesai sholat tahajud Khadijah langsung naik ke ranjangnya kembali untuk tidur. Ia melihat wajah tenang baby Husein yang kini masih tertidur pulas.
Baby Husein selama Rania masih terbaring di Rumah Sakit, hanya Khadijahlah yang menjaga bergantian dengan Hasan atau Ridwan.
Khadijah sangat bahagia dengan kehadiran saudara laki-lakinya, meskipun beda ayah, namun satu ibu.
Wajah tampan baby Husein memang mewarisi wajah ayah Haqi. Dan, membuat teduh hati semua orang di dekatnya. Baby Husein sangat senang, ketika mendengarkan lantunan ayat-ayat suci ataupun sholawat nabi.
Khadijah merasakan pernah di posisi baby Husein beberapa tahun lalu, kini harus terulang kembali. Ia merasa teringat akan kisah lalunya tanpa ibunya yang hanya diasuh oleh papa, ayah dan baby sister.
Masa-masa yang sangat sulit ia alami, tapi cinta dari keluarga membuatnya kuat hingga bisa berdiri tegar dalam segala situasi seperti kaktus.
***