Chereads / Dear Adam (Indonesia) / Chapter 21 - Cinta dalam diam

Chapter 21 - Cinta dalam diam

Sempurna, bukan yang dicari,

Kadang yang terlihat sempurna itu hanya tersamarkan dengan sebuah kecacatannya. Jika, jalannya dalam restu Allah, maka semua akan baik-baik aja. Cinta dalam restunya itu yang terbaik, cinta yang karena sebuah nafsu semata, akan menghancurkanmu dalam cintanya. Dalam tahajud, dalam dhuha dalam tasbih, Janji Allah takkan pernah ingkar. Percayalah, cintanya akan menemukanmu dengan cinta sejati dan terindah hingga menuju surganya.

****

Jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Khadijah terbangun dalam tidurnya. Ia sedikit menguap, matanya mulai mengerjap-kerjap.

Kaki Khadijah mulai perlahan turun ke lantai dan segera beranjak menuju ke kamar mandi. Ia masih merasa mengantuk, tapi melawan rasa kantuknya. Ia menepuk-nepuk kedua pipinya dengan telapak tangannya.

Semu dan samar-samar terdengar suara lantunan ayat suci surah AL-Hadid dari kamar sebelah.

Khadijah berjalan menghampiri suara yang mampu mengetarkan hatinya. Ia melihat seorang pria muda yang tidak lain adalah Ridwan.

"Suaramu begitu indah, tapi maaf aku tidak bisa mencintaimu, karena hatiku cuman hanya untuk dia. Dia yang mampu membuatku jatuh cinta seutuhnya."

Khadijah berjalan melewati kamar Ridwan. Ia kembali menuju kamarnya. Namun, suara tangisan bayi Husein membuatnya membalikkan arah langkahnya menuju ke kamar Rania Medina dan Muhammad Baihaqi.

"Tumben dedek jam segini rewel?" gumam Khadijah dengan rasa penasaran.

Khadijah perlahan membuka daur pintu kamar kedua orang tuanya. Ia melihat bercak darah yang tidak wajar.

"Ayah!"

Khadijah menjerit sekuat tenaga, ia melihat Haqi yang bersimbah darah. Ia juga mencari Rania, namun tidak mendapatkannya.

Sebuah pesan tertulis di kaca rias, KELUARGAMU AKAN TERPECAH BELAH! pesan singkat dari peneror.

Khadijah panik segera menolong Haqi dalam keadaan bersimbah darah. Ia memanggil daddynya dan segera menelpon ambulance.

"Ayah, bertahan. Khadijah menyayangimu."

"Nak, i-bu" ucapan Haqi tersendat-sendat.

"Haq, kamu harus tenang, lukamu ini harus segera dijahit."

"Dad...."isak Rania di sepertiga malam.

***

Suara tangisan dari kamar Haqi dan Rania membuat Hasan penasaran. Ia segera menuju ke kamar mereka.

Hasan terkejut melihat keadaan yang terdapat ceceran darah. Apalagi ayahnya dalam keadaan tertusuk sebilah pisau di bagian punggung belakang.

Di sana sudah ada Ayass, Khadijah dan Ridwan. Dan, Hasan segera berlari mengendong Husein yang sepertinya tidak menjadi fokus mereka.

Uwir Uwir Uwir

Suara ambulance dari luar mansion, mereka segera membawa Haqi menuju ke dalam. Tangis Khadijah begitu pecah.

Husein pun tangisnya makin kencang meskipun dalam gendongan Hasan.

"San, jaga Husein. Kita mau ke kantor polisi, dan kamu Khadijah jaga Haqi."

Ridwan dan Ayass menuju ke kantor polisi untuk melaporkan kasus peneroran dan penculikan.

***

"Gue pastiin lu semua ngerasain apa yang gue rasain!"

Seseorang peneror dalam sebuah topeng. Sungguh menyekap Rania dalam sebuah kamar.

"Seharusnya kita bersama, tapi kenapa kau malah memilih dia?!"

Rania mengenal suara pria dalam topeng itu, namun mulutnya tersumpal dengan lakban.

Sebuah cairan dimasukan dalam suntikan, lalu disuntikan dalam tubuh Rania. Seakan tubuh perempuan itu sudah tidak berdaya.

***

Ridwan dan Ayass di kantor polisi segera memberikan laporan atas penculikan Rania Medina, serta penusukan Muhammad Baihaqi.

"Om, bagaimana keadaan tante Rania?"

Ayass sangat gelisah, ia menyesal tidak dapat menyelamatkan perempuan yang ia cintai setengah mati.

"Om, bagaimana kalau....."

"Ridwan, tante kamu baik-baik saja, dan Om Haqi orang yang baik nggak akan mungkin punya musuh."

Ayass pun mengingat nama seseorang, ia takut kejadian dulu akan terulang kembali.

***

Di rumah sakit, Haqi dilarikan ke UGD, karena luka bekas tusukan terlalu parah dan mendalam membuatnya harus masuk ruang operasi.

Doa Khadijah tiada henti-hentinya, ia hanya ingin Allah segera menyembuhkan ayahnya dan menemukan ibunya.

Khadijah hanya mampu duduk di ujung tembok dekat ruang operasi. Air matanya bercucuran di wajahnya. Ia sudah tidak mampu menopang tubuhnya hingga meringsut sambil menekuk kedua lututnya.

Sebuah pelukan hangat dari Fabian.

"Fab, aku takut."

Fabian menepuk punggung belakang Khadijah dan memeluknya tanpa peduli dosa atau tidaknya. Karena hanya pelukan yang mampu menenangkan hati seseorang saat kacau balau.

***

Tubuhku terasa tidak berdaya, mataku terasa sangat buram. Pikiranku hanya untuk keluargaku. Bagaimana mereka?

Ku lihat seseorang berdiri di hadapanku. Ku merasakan aroma yang tidak asing. Ku coba mengingat, namun sudah lupa siapa pemiliknya.

Arrgh, rasanya aku ingin segera kabur, karena aku cemas memikirkan mereka.

***

"Dijah, tenanglah. Ayahmu akan baik-baik saja."

Fabian berusaha menenangkannya.

"Sera?"

Mata Fabian membulat.

"Hmmm" Sera nyengir.

"Sejak kapan kamu di situ?"

"Semenit" Sera menyungingkan bibirnya. "Semenit menyaksikan drama kau peluk dia, apa kalau aku yang ada di posisinya, mungkinkah kau peluk aku?" batinnya.

Khadijah bahagia dengan kehadiran Sera sahabatnya. Ia langsung memeluk sahabatnya dalam isaknya, setelah melepas pelukan Fabian.

Hiks Hiks Hiks

Mata Khadijah mulai bengkak sudah beberapa jam menangis. Ia juga sedih memikirkan mommynya yang entah kemana.

Ridwan dan Ayass datang menghampiri mereka. Khadijah langsung berlari memeluk Ayass.

"Daddy..." isak tangis Khadijah sambil tersendat-sendat..

Ayass memeluk putrinya, ia berusaha menguatkan hati putrinya. Ia bisa merasakan trauma putrinya saat beberapa tahun silam, kini terulang kembali.

Flash back on

Pemandangan yang cukup menyebalkan, terasa sesak hingga ke uluh hati. Apa ini waktu yang tepat untuk cemburu?

Aku melihat Khadijah dalam pelukan pria idamanku. Bahkan, aku sudah lama mencintai dia, meskipun aku tahu kenyataannya dia memiliki perasaan lebih ke Khadijah.

Oh, kenapa jatuh cinta itu selalu tanpa permisi? Ku sadari diriku siapa, hanya Sera ya Sera, perempuan yang mengharapkan cinta ke pria yang belum tentu membalas cintaku.

Pandangan mataku berusaha ku ahlikan, "Tenang lu harus kuat, bahkan jangan sampai menangis. Rileks,Ser. Ingat Khadijah sahabat lu terbaik. Jangan sampai lu lakuin hal goblok!" batinku.

Aku masih berdiri melihat Fabian begitu peduli, "Mungkinkah kau bisa seperti itu ke aku, saat aku berada dalam posisi yang sama" batinku

Flash back off

Pelukan Ayass membuat putrinya sedikit tenang.

Dokter pun keluar dari ruang operasi, mengatakan kalau Haqi baik-baik saja. Rasa syukur dan kebahagiaan itu menjadi satu, namun tinggal menunggu kabar Rania Medina yang masih dalam tahap pencarian.

***

Polisi melakukan penyelidikin tentang kasus yang telah dilaporkan Ayass dan Ridwan pagi tadi.

Kediaman keluarga Muhammad Baihaqi pemilik mansion itu diselediki. Di dalam kamar masih ada jejak darah milik Haqi yang belum dibersihkan.

Husein tertidur dalam gendongan Hasan, setelah sekian jam rewel. Ia merasa sangat tenang mendengarkan senandung sholawat nabi yang dinyanyikan Hasan.

Polisi mengumpul bukti-bukti untuk penyelidikan dan mencari dimana  pelaku sebenarnya. Mereka berjanji segera menemukan pelaku atas tindakan yang akan dikenai pidana bagi pelakunya.

*