Merasa ancaman besar saat Bianca mencoba melepaskan pegangan dari Vivian. Tapi, Vivian justru menariknya untuk ikut masuk kedalam ruangan miliknya. Tiba di sana dengan cepat Vivian mengunci pintu agar orang tidak bisa masuk untuk mengacaukan rencananya.
Bianca keheranan menatap Vivian pagi-pagi sudah ingin mencari masalah dengannya. Lalu tanpa memperdulikan Bianca melangkah berniat keluar tapi, sayang Vivian kembali menghentikan langkahnya.
"Hey! Denger ya bawahan. Kamu itu ngapain keluar dari mobilnya bos? Apa kamu sengaja dekati semua pria yang jabatannya tinggi? Harusnya kamu ngaca dong cuma office girl jadi enggak usah mimpi tinggi-tinggi. Pasti kamu sengaja 'kan main drama di depannya bos supaya bisa barengan ke kantor? Terus nanti ujung-ujungnya dia bakalan perhatian sama kamu. Aneh ya lihat perempuan tidak tahu malu. Kamu itu tidak sebanding dengan bos begitupun dengan Rey. Aku yakin mereka berdua mau dekat sama kamu pasti kamu udah perlihatkan tubuhmu ini, iyakan?!" ketus Vivian dengan sejuta ledekan darinya.
Mendengar hal itu membuat Bianca narik darah. Ia bahkan menarik nafasnya memburu lalu tiba-tiba plak! Sebuah tamparan tepat mengenai pipi manisnya Vivian hingga membuat wajahnya berpaling.
Bianca mencoba mendekati sembari menarik rambutnya Vivian dengan sedikit kasar. "Aku peringatkan satu hal jangan menganggap ku lemah apalagi bisa kamu tindas. Tidak semua peran utama itu harus mengalah. Kau ingat itu! Dan satu lagi. Aku tidak sekotor dirimu. Aku tidak meminta mereka memberikan perhatian padaku melainkan mereka sendiri yang mau."
Vivian tidak tinggal diam ia membalas tarikan rambutnya Bianca hingga gadis itu meringis kesakitan. Mereka bahkan sama-sama menarik rambut sembari menatap satu sama lain dengan tatapan tajam seperti seorang pembunuh.
"Berani sekali kamu menamparku, Bianca! Apalagi jika bukan karena dirimu kotor makanya kamu bisa berdekatan dengan pria-pria hebat bahkan kekasihku lebih perhatian padamu! Kamu ular! Dari luar saja kamu terlihat begitu lembut tapi, sebenarnya kamu wanita paling menjijikkan. Jika kamu berani melawanku maka kita lihat saja aku pastikan akan mengibarkan bendera perang untukmu!" ancam Vivian dengan tegas.
"Ya silahkan! Kamu menjualnya padaku tentu saja aku akan membelinya. Jangan berpikir status ku bekerja di sini sebagai bawahan takut padamu. Tentu saja itu salah besar. Ingat, Vivian. Aku tidak akan teperdaya dengan ancaman mu. Jika kamu berani menindas ku. Maka itu semua akan kembali padamu! Ya sudah sepertinya basa-basi tidak ada arti sudah cukup. Daripada semua orang mengetahui bahwa drama kita begitu menyenangkan. Kalau begitu lepaskan tanganmu, Mbak sekretarisnya bos!"
Setelah mengatakan itu Bianca melepaskan tangannya dari rambut Vivian. Begitupun ia mencoba menarik tangan Vivian dari rambutnya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.
Dengan begitu kesal Vivian menatap kepergian Bianca seperti ingin membunuhnya. Ia bahkan mendudukkan dirinya dengan cepat sembari mengatur nafas yang tidak beraturan.
"Benar-benar tidak bisa dianggap sepele. Wanita itu berani denganku. Dia bahkan menjawab ancaman ku. Lihat saja aku pastikan akan membuktikan semua ancaman itu. Bianca, kamu telah salah memilih lawan untuk berperang," gumam Vivian.
Diluar ruangan Bianca berjalan kearah tempatnya kerja. Ia masih memikirkan semua yang sudah terjadi antaranya bersama Vivian. Hatinya gelisah sampai membuat jalannya tidak fokus. Ia bahkan menabrak seseorang hingga membuatnya ikut-ikutan terjatuh bersama dengan orang tersebut.
Duh ... lagi-lagi aku ceroboh, batinnya sembari berusaha bangkit tanpa melihat orang tersebut.
Saat itu juga Bianca berdiri namun, tiba-tiba orang itu memberikan pelukan padanya hingga begitu erat. Sontak Bianca kaget hingga membuatnya menjauh. Seseorang itu merasa aneh menatap Bianca menjauh. Lalu ia bertanya.
"Woy! Lo udah lupa sama gua?" tanya Pria itu sembari menepuk bahunya Bianca.
Bianca menatap pria itu sambil berpikir sejenak. Lalu tiba-tiba dirinya tertawa bahkan melompat untuk kedalam pelukan pria tersebut.
"Wow, Nick! Kamu kemana aja?! Aku kangen tahu," ungkap Bianca yang masih berada di pelukan pria itu.
"Are you okay? Hey! Tadi Lo menjauh dari gua sekarang Lo sendiri yang lompat buat meluk. Duh ... kangen banget ya sampai enggak di lepas?" sahut Nick sembari membalas pelukan dengan mengusapkan kepalanya Bianca.
Bianca tidak membalas justru ia masih terus berada dalam pelukan pria itu. Namun, saat itu juga tiba-tiba bos keluar ingin mengambil sesuatu ke mobilnya tapi, langkahnya terhenti saat tidak sengaja menatap kearah dua orang sedang berpelukan di dalam kantornya bahkan di jam kerja.
Benny pun berdiri tidak jauh. "Ehem! Waktunya kerja bukan pacaran di kantor saya!" Usai mengatakan itu ia langsung pergi tanpa menunggu jawaban meskipun Bianca bersama Nick terkejut mendengarnya.
Dengan cepat Bianca bersama Nick melepaskan acara kangen-kangenan. Lalu Bianca menarik tangan Nick untuk diajak ke dapur supaya lebih aman untuk mengobrol.
Tiba di sana Nick tidak hentinya terus menatap Bianca meskipun wajah Bianca tidak memakai riasan make-up. Lalu dirinya duduk di ikuti oleh gadis itu.
"Oh ya, Nick. Sebelum aku memberikan beribu pertanyaan padamu sebaiknya kita saling menyimpan nomor. Aku tidak mau kehilangan sahabatku lagi," perintah Bianca sembari mengeluarkan ponselnya.
Namun, justru berbeda dengan Nick. Ia malah tidak peduli dengan perkataan Bianca justru sibuk menatap kearah wanita itu. Bianca yang sedang menunggu hingga ia menarik telinganya Nick.
"Hey! Ayo cepat aku tidak bisa lama-lama soalnya aku harus kerja," ucap Bianca.
"Oh baiklah, sini berikan ponsel biar gua yang masukkan nomornya. Tapi, setelah ini Lo mau 'kan kita ketemuan?" sahut Nick sembari mengambil ponsel Bianca.
"Iya-iya aman. Eh bye the way, kamu kesini mau lamar pekerjaan atau mau ketemu sama Rey?" tanya Bianca.
"Mau ketemu Rey, soalnya kunci rumah dibawa sama dia. Jadinya gua enggak bisa masuk. Tapi, Lo di sini kerja apa? Kok malah bawa gua ke dapur?" tanya Nick begitu kebingungan.
"Nanti aja deh aku jelasin. Ya udah kalau gitu aku mau kerja dulu daripada kena marah lagi. Ya udah sana ketemu sama kakakmu huss ... huss ...." Dengan sedikit lelucon yang disengaja Bianca mengusir Nick. Hingga membuat mereka tertawa.
"Dasar kamu ya, gadis nakal. Kaya gua kucing aja. Ya sudah gua pergi dulu ya," sahut Nick sambil mengacak-acak rambutnya Bianca.
Bianca membalas dengan senyuman serta mengacungkan jempolnya. Namun, saat Nick ingin keluar tidak sengaja ia berpapasan dengan seseorang yang sudah menjadikan mantannya selama kurang lebih tujuh bulan berpacaran meskipun mereka sempat LDR-an dua bulan. Tatapan mereka bertemu dan saat itu juga Andien yang sedang membawa gelas minuman hingga terjatuh tanpa ia sengajain hingga membuat mereka terkejut termasuk Bianca.
Andien yang belum bisa move on hampir memeluk tubuhnya Nick. Tapi, dengan cepat Nick menghindar lalu pergi darinya. Namun, Andien tidak terima lalu mengejar Nick keluar. Bianca yang sedari tadi menjadi penonton hanya bisa tercengang menatap kearah teman barunya serta sahabatnya.
Ia merasa heran hingga ia berpikir keras. Apa mungkin Andien adalah mantannya Nick? Tapi, kenapa Nick tidak pernah cerita kalau dia pernah memiliki hubungan dengan wanita itu? Berarti begitu banyak kisah yang telah ku lewatkan setelah kepergian Nick dulu. Ah ya sudahlah aku lebih baik fokus bekerja, batin Bianca.