Chereads / Takdir Istri Bayaran / Chapter 12 - Pernikahan

Chapter 12 - Pernikahan

"Maaf, Mbak. Aku tidak sengaja, hanya sedikit terkejut. Sekali lagi maafkan aku," cakap Bianca dengan menundukkan kepalanya berkali-kali.

"Ya-ya baiklah tapi, sebentar. Apa kamu gadis yang akan menikah dengan Tuan besok?" tanya Lena.

"Iya benar, Mbak."

"Oh kalau begitu ayo ikut saya. Kamu bisa memanggil saya Bi atau Lena saja karena saya di sini hanya pelayan. Oh ya kebetulan sekali kamu datang malam ini supaya nanti saya kasih tahu makanan kesukaan dari tuan dan tuan putri, " ucap Lena sembari langsung menarik tangannya Bianca.

Berusaha tidak menolak Bianca dengan terpaksa mengikuti kemana yang akan dibawa oleh pelayan itu. Merekapun tiba di dapur lalu pelayan itu langsung menjelaskan berbagai macam bumbu-bumbu kesukaan dari tuannya juga beberapa resep makanan yang akan diturunkan kepada Bianca. Tapi, saat mereka sedang asyik di sini tiba-tiba tuan rumah datang untuk mengambil minum.

Benny menatap kearah Bianca bersama pelayan itu. Ia pun berjalan dengan cepat kearah mereka berdua.

"Saya sudah tugaskan kamu untuk langsung ke kamarnya anakku lalu kenapa malah ngobrol di sini?!" tanya Benny dengan ketus.

"Eh! Tuan. Maaf, Tuan." Lena langsung pergi tanpa menjelaskan apapun.

Sedangkan Bianca menundukkan kebingungan saat mendengar ucapan dari Benny. Ia bahkan belum beranjak dari dapur hingga membuat Benny kesal.

"Apa perlu saya ulang sekali lagi apa yang sudah saya perintahkan?! Benar-benar kelewatan. Baru menjadi calon istri sudah membangkang seperti ini," geram Benny yang langsung membuat Bianca menelan ludahnya lalu berlari.

Tiba di kamar anak asuhnya. Ia menatap anak kecil itu sudah tertidur begitu pulas. Ia pun melupakan satu hal hingga akhirnya ia mengambil ponsel untuk menghubungi Nick yang pasti sudah kelamaan menunggunya pulang.

Panggilan itu langsung terjawab. Bianca memasuki kamar mandi untuk bisa berbicara lebih leluasa.

"Hallo, Nick. Apa kamu sudah tidur?" tanya Bianca.

"Belum, aku sedang menonton televisi sambil menunggumu jadi pulanglah cepat atau perlu aku yang menjemputmu?" jawab Nick dari balik ponsel.

"Tidak perlu, aku tidak pulang jadi tidurlah," ucap Bianca.

"Apa?! Kamu tidak pulang? Apa jangan-jangan kalian akan tidur bersama? Bianca! Biarkan aku menjemputmu sekarang!" tegas Nick dengan berteriak hingga membuat Bianca menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Hey! Dengarkan dulu, Nick. Aku tidak pulang karena besok acara pernikahan dimulai tapi, kamu jangan berpikir aneh-aneh karena aku tidak akan melakukan apapun yang ada di dalam pikiranmu itu," sahut Bianca membenarkan ucapannya.

"Astaga! Lalu kenapa pernikahanmu mendadak seperti itu? Ayolah pernikahan macam apa itu?!" Nick di sebelah ponsel sana sampai membuatnya tidak habis pikir hingga mengusap wajahnya dengan kasar.

"Aku juga tidak tahu tapi, seperti itulah kenyataannya. Besok kamu datang acara pernikahan ku ya supaya kamu menjadi wali untuk mengantarku. Tempat acaranya di aula gereja jalan raya. Oh ya tolong sampaikan juga kepada Rey bahwa aku akan menikah tapi, hanya kepadanya tidak kepada yang lain. Kalau begitu sudahi dulu ya karena aku harus menjaga anaknya dulu. Bye, Nick. Ku tunggu besok ya."

"Oh begitu baiklah, Bianca. Tidurlah jangan menjaganya terlalu lama pikirkan juga kesehatanmu, bye."

Pesta pernikahan.

Tidak banyak orang yang diundang untuk menghadiri pernikahan mereka. Hanya beberapa pelayan dan tetangga rumah dari pihak Benny. Lalu dari pihak Bianca hanyalah dua pria yang sedang menahan kesal menatap dengan berlangsungnya pernikahan itu meskipun kedua pria tidak bisa berbuat apa-apa. Pernikahan yang sangat tertutup agar pihak media tidak meliput acara pernikahan itu.

Bianca sedang berjalan di atas altar merah bersama dengan Nick sebagai pemandu dari pihak wanita untuk sampai ke tangannya sang mempelai pria. Lalu tiba di sana Benny langsung membawa Bianca untuk berjalan naik keatas podium berdekatan dengan pendeta.

Benny melirik kearah Bianca dari atas hingga kebawah. Lalu batinnya berkata. Gaun kenangan milik istriku sangat cocok dipakai oleh gadis itu. Dia terlihat begitu cantik sama seperti istriku dulu. Kenapa rasanya aku seperti melihat sosok istriku hidup kembali?

Lamunan itupun buyar saat pendeta langsung memulai acara pernikahan mereka di depan Tuhan roh Kudus. Lalu setiap mempelai di persilahkan untuk mengucapkan janji suci pernikahan.

"Saya bersedia menerima Bianca Maisy sebagai istri. Saya akan menjaganya, berjanji akan mencintai, mengasihi dan selalu hidup bersama-sama dengan rukun dan damai dan hanya maut yang dapat menceraikan kita sebagaimana yang difirmankan Tuhan. Saya mengucapkan janji ini, dengan hati yang sungguh-sungguh." Begitupun janji suci dari mempelai wanita.

Acara selanjutnya yang mengharuskan Benny untuk mengecup bibir Bianca. Namun, ia seperti merasa enggan bahkan tidak mau menatap wajah gadis itu. Tapi, demi membuat semuanya berjalan lancar. Benny akhirnya dengan perlahan menyentuh bibir mungil Bianca dengan bibirnya hingga ciuman mereka terjadi.

Hati Bianca dag-dig-dug. Ia bahkan menutup matanya saat ciuman pertamanya telah direnggut. Hatinya berkata di saat ciuman itu terjadi. Janji suci telah ku ucap itu artinya aku harus mengabdikan hidupku untuk suamiku meskipun aku tahu pernikahan ini terjadi bukan karena dia mencintaiku. Tapi, takdir lah yang mengharuskan ku. Walaupun dia mengucapkan janji yang sama tentu saja dia tidak benar-benar akan menepati janji suci ini.

Tetesan air mata Bianca perlahan jatuh di sana mempelai pria melepaskan ciumannya. Ia lalu mencoba tegar dan tetap tersenyum. Acara pernikahan itupun berakhir namun, kedua pria masih menunggunya. Rey bersama Nick langsung mendekati Bianca yang sedang berdiri seorang diri karena Benny sedang menggendong anaknya untuk di bawa ke meja makan.

"Selamat ya, Bianca. Sebaiknya sekarang aku harus memanggilmu Ibu Bianca karena sudah menjadi istri dari bos. Tapi, kenapa begitu mendadak? Apa kalian memang sudah pernah saling mengenal satu sama lain?" tanya Rey dengan penuh kebingungan.

Bianca melirik kearah kearah Rey. Lalu mereka saling berbicara memakai bahasa isyarat dengan mengerakkan alis matanya. Hingga akhirnya Nick pun menepuk bahu kakaknya.

"Sebaiknya kita langsung pulang. Biarkan Bianca menemani suaminya dulu. Setelah itu akan kukatakan segalanya. Kalau begitu, Bianca. Aku bersama Rey pamit dulu. Jika nanti kamu membutuhkan sesuatu pertolongan cepat hubungi aku," pesan Nick yang langsung dijawab anggukan oleh Bianca.

"Hey! Kenapa bisa seperti ini? Apa yang kalian sembunyikan dariku? Katakan di sini dulu baru aku mau pulang," sahut Rey yang tidak ingin kalah.

"Ayolah, Kak. Jangan keras kepala. Sebaiknya kita pulang lalu aku akan menceritakan semuanya," paksa Nick, bahkan menarik tubuhnya Rey untuk langsung masuk kedalam mobilnya.

Apa-apaan sih? Sebenarnya ada apa? Aku bertanya baik-baik lalu kamu langsung menyuruhku pergi. Meskipun dia sahabatmu tapi, dia juga temanku," kesal Rey sembari melirik kearah Nick yang sudah mau melajukan mobilnya.