Chereads / Takdir Istri Bayaran / Chapter 14 - Punya anak

Chapter 14 - Punya anak

Tatapan mereka saling bertemu, memandang satu sama lain. Bianca begitu bahagia melihat ketampanan wajah bosnya secara dekat, ia sampai tidak sadar senyuman terlukis di wajahnya. Namun, hal itu membuat Benny terheran dengan tingkah Bianca yang tiba-tiba aneh dengannya.

Meskipun Benny sudah menyuruhnya pergi, tapi Bianca terus melamun, dan beranjak keluar dari kamar itu. Ia masih mengingat di saat dirinya berada di dalam pelukan Benny membuatnya terus tersenyum tanpa henti.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Benny seraya menjentikkan jari di kening Bianca.

"Um ... Bapak, manis banget," jawab Bianca dengan cepat sembari mengigit bibir wajahnya. Ketika itu Benny langsung mengerti jika wanita itu sedang menginginkan sesuatu darinya.

"Kamu pikir saya tergoda," sahut Benny. Lalu ia mendorong tubuh Bianca untuk keluar dari kamarnya itu.

Dengan tarikan nafas yang berat Bianca menatap kearah pintu di saat ia di dorong keluar. Dengan sangat terpaksa, dan menepiskan rasa malunya terhadap bosnya sendiri, ia beranjak pergi untuk memasuki kamar anak tirinya.

Menatap kearah bayi kecil yang sudah lelap dalam tidurnya, ia memiliki waktu untuk bisa bergadang meskipun hanya untuk memainkan ponselnya saja. Membuka media sosial, namun ketika ia sedang mengotak-atik ponselnya tiba-tiba saja sebuah panggilan video masuk dari orang yang begitu ia kenal.

"Nick? Tumben sekali dia menghubungiku. Apa jangan-jangan dia masih menginap di apartemen ku ya?" gumam Bianca sembari memindahkan posisi duduknya ke pojokan agar ia lebih leluasa menjawab panggilan video dari Nick tanpa menggangu tidurnya bayi kecil itu.

Bianca langsung menjawab panggilan video itu, ia melihat di dalam ponselnya Nick sedang memeluk bantal guling sembari menatap kearah wajah Bianca dengan begitu lama sampai ia senyam-senyum sendirian. Hal itu membuat Bianca heran, lalu ia bertanya. "Kenapa kamu senyum-senyum sendiri pakai peluk bantal lagi? Udah kebelet nikah hah?"

"Yah ... kok bilangnya gitu sih? Enggak bohong malahan," sahut Nick sembari cengengesan.

"Ya abisnya senyam-senyum sama bantal guling. Makanya cari istri jangan cari pacar!" ketus Bianca dengan suara yang lantang. Tanpa dirinya sadari suara itu sampai membuat bayi kecil Berlin terbangun. Suara tangisan Berlin yang tiba-tiba menangis hingga membuat Bianca cepat-cepat bangkit dan meninggalkan panggilan video yang sedang berlanjut tanpa sempat ia matikan.

Namun, ketika dirinya ingin menghampiri bayi kecil yang sedang menangis itu ternyata Benny lebih cepat sampai ke dalam kamar anaknya itu saat mendengar suara tangisan bayinya. Sontak saja saat melihat kedatangan Benny membuat Bianca tercengang, dan ia menelan ludahnya sendiri.

Lalu batinnya berkata ketika melihat Benny yang tengah mencoba mendiamkan anaknya dengan memberi tepukan kecil. 'Aduh ... mati aku, apa nanti dia bakalan marah ya karena anaknya jadi nangis? Yah Belum genap sehari jadi istri orang aku udah banyak bikin salah.'

Bianca berjalan perlahan mendekati Benny bersama dengan anaknya, tetapi tatapan Benny ketika melihat dirinya seperti singa yang ingin menerkam mangsanya. Ia menundukkan kepalanya, dan menunggu sampai Benny selesai mendiamkan anaknya itu. Beberapa menit kemudian, bayi kecil itu akhirnya tenang, dan kembali terlelap dalam tidurnya. Saat itu Bianca merasa dirinya senang, ia berpikir kalau Benny akan pergi setelah itu.

Namun, prediksinya ternyata salah justru dengan tiba-tiba tangannya ditarik secara paksa oleh Benny sampai di bawa keluar.

"Kamu diam di sini jangan kemana-mana sebelum saya kembali," perintah Benny. Ia pergi menemui Bibi Lena untuk menjaga anaknya sementara. Tiba di dapur Benny justru mencari kesana keberadaan pelayannya itu justru tidak terlihat. Alhasil ia kembali ke tempat Bianca berada.

Namun, saat Benny ingin mengutarakan maksudnya membawa Bianca sampai ke keluar, justru bibi Lena terlihat, akhirnya Benny berjalan dengan cepat untuk menemuinya.

"Loh, Bi Lena abis darimana sih? Aku cariin enggak ada dimana-mana. Tolong sekarang jagain Berlin sebentar, dan jangan lupa cuci tangannya yang bersih sebelum memegangi anakku," perintah Benny dengan cara yang protektif terhadap kebersihan sang anak.

"Maaf, Tuan. Saya tadi habis ketemu teman saya sebentar karena kan sudah selesai masak. Kalau begitu saya permisi dulu," sahut Bibi Lena.

Lalu Benny kembali ke tempat Bianca. Di saat itu Bianca yang menuruti perintah dari Tuan sekaligus suaminya, yang menyuruh ia untuk menunggu. Tetapi sayangnya justru menunggu benar-benar membuatnya kelelahan apalagi sejak tadi sudah seharian bersalaman dengan para tamu undangan. Kakinya sampai pegal-pegal, tapi ia tidak berani untuk mengatakannya.

Benny menatap kearah Bianca dengan tatapan tajam, apalagi ia sedikit tidak suka ketika melihat gadis itu seperti sedang menyepelekan perintahnya, lalu ia berkata. "Hey! Kamu niat enggak sih jagain anak saya? Kamu tahukan saya menikahi mu sekaligus memberikan gaji lebih ketimbang gaji saat kamu bekerja menjadi office girl. Tetapi nyatanya belum genap sehari kamu tinggal di sini sudah membuat anak saya menangis, bagaimana kalau sampai kamu tinggal di sini sebulan bisa-bisa anak saya kenapa-kenapa lagi."

"Ma ... ma-maaf, Pak. Tapi saya tidak sadar kalau suara saya tadi sampai membuat anak Bapak menangis. Bukankah itu memang sudah sering terjadi ya, Pak. Kalau malam-malam itu anak kecil sering menangis?" sahut Bianca sembari bertanya. Namun bodohnya ia tidak tahu bahwa ucapannya itu bertambah membuat Benny geram melihat wajahnya yang polos dan bodoh.

"Jadi karena kamu berpikir anak kecil itu akan setiap malam menangis terus kamu enak-enakan teleponan sampai suaramu itu keras, begitu? Lancang sekali kamu ya. Udah tadi pakai alasan salah masuk kamar lagi terus sekarang bikin anak saya jadi nangis. Lalu bisanya kamu apa hah selain membuat anak saya menangis di dekat kamu?!" geram Benny yang benar-benar sudah kehabisan kesabarannya, apalagi itu menyangkut tentang anaknya.

"Tapi, Pak. Kan saya enggak tahu kalau anak kecil bakalan begitu, lagian saya belum punya anak, Pak," jawab Bianca dengan jawaban yang tidak ingin sama sekali Benny dengar.

Benny benar-benar sudah kehabisan cara untuk mengatasi gadis didepannya itu, hingga membuat ia mengusap wajahnya dengan cepat lalu ia berkata. "Karena kamu belum pernah punya anak makanya belajar jadi seorang ibu sebelum kamu punya anak!"

"Oh ... berarti maksudnya kalau nanti kita akan punya anak dari Bapak, begitu ya?" Bianca bertanya dengan mata yang melotot sempurna seperti dirinya sedang membayangkan sesuatu hal yang menyangkut dengan ucapannya itu.

Namun tidak dengan Benny yang justru menarik nafasnya memburu saat kembali mendengar ucapan bodoh dari gadis didepannya, lalu ia menjawab. "Kita akan memiliki anak berdua? Jangan mimpi. Sudahlah sana pergi capek ngomong sama kamu, dan ingat jika hal ini sampai terjadi lagi, saya tidak akan segan-segan memotong gaji mu 30 persen!"

"Apa? 30 persen?! Yah ... jangan dong, Pak. Itu sama aja dong kaya gaji saya jadi office girl," ujar Bianca dengan memohon sembari menyatukan keduanya tangannya.