Dengan senang hati Bianca ikut dengan Andien untuk bermalam beberapa saat di tempatnya, mereka berdua pulang bersamaan.
Tiba di sebuah apartemen yang tidak terlalu besar, namun layak untuk di tempati. Andien langsung mengajak Bianca untuk masuk ke dalam, meski bagi Bianca, ia merasa sedikit sungkan dengan bantuan Andien.
"Oh ya, Bianca. Kamu enggak apa-apa kan kalau aku tinggal sendirian di sini? Soalnya aku harus balik kerja lagi. Yah meskipun udah telat, daripada aku libur. Kamu jangan sungkan, anggap aja tempat ini seperti milik mu sendiri ya. Jika ingin makan kamu bisa mengambilnya di kulkas, dan langsung buat soalnya aku belum sempat menyiapkan sarapan, dan kalau mau istirahat ya sudah istirahat saja di kamarku," ucap Andien mulai menjelaskan.
Bianca menganggukkan kepalanya mendengar dengan jelas, lalu ia menjawab. "Baiklah kalau begitu kamu pergilah kerja dan tidak perlu mengkhawatirkan ku, dan sekali lagi terima kasih ya, Andien."
"Iya sama-sama, kita kan teman jadi sesama teman harus saling tolong menolong. Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu ya." Andien pamit sembari melambaikan tangannya, dan saat itu Bianca membalas lambaian tangan.
Ketika Andien sudah pergi, Bianca mulai merasa bosan berada di tempat itu, dan ia memilih untuk duduk di ruang tamu sambil menonton televisi. Namun, baru beberapa menit ia duduk tiba-tiba saja Andien kembali lagi masuk ke dalam apartemennya.
Membuat Bianca terheran, dan berkata. "Loh? Bukannya tadi kamu bilang mau pergi kerja ya kok bisa balik lagi? Apa ada yang ketinggalan?"
"Bukan itu, enggak ada yang tinggal kok cuma kamu kenapa enggak kasih tahu aku kalau aku udah ambil cuti untuk hari ini. Hampir aja aku balik kerja lagi terus sia-sia kan toh kehadiran ku juga sudah di absen."
"Ya ampun, aku pun sama denganmu mana mungkin aku ingat, kamu aja lupa apalagi aku kan," sahut Bianca.
"Iya juga ya." Andien tersenyum sembari meluruskan kakinya dan ikut menonton televisi bersama dengan Bianca.
Di tengah-tengah acara mereka menonton televisi, saat itu Bianca mengingat jika Andien adalah mantan dari Nick, sahabatnya sendiri. Jika saja Andien tahu sedang berteman dengan sahabat baik dari Nick, entah apa jadinya. Namun, saat itu Bianca berniat untuk memberitahu dan tidak ingin menutupinya dari Andien.
"Oh ya, Andien. Ku dengar kamu mantannya Nick ya? Nick adiknya Rey." Bianca bertanya, dan sontak saja raut wajah Andien langsung berubah.
"Iya kok kamu bisa tahu sih? Kamu kenal ya dengan Nick?" Andien menjawab.
"Iya aku kenal banget! Malahan sangat kenal, tapi hubungan kami hanya sebagai sahabat jadi kamu tidak perlu khawatir."
Mendengar kedekatan antara Bianca dengan mantan pacarnya begitu dekat, membuat Andien mulai merasa bosan dan jenuh, raut wajahnya pun terlihat tidak senang seperti sebelumnya, namun Andien tetap berusaha terlihat tidak sedang cemburu di depan Bianca.
"Wah bagus dong kalau begitu berarti aku ada kesempatan untuk bisa kembali dekat dengan Nick. Kamu mau kan membantuku, Bianca?" Andien dengan sengaja meminta pertolongan, di tambah raut wajahnya ceria seperti sedang di paksakan.
"Tapi aku harus membantu mu seperti apa?" Bianca kebingungan.
"Yah bantuan seperti mencoba kembali mendekatkan hubungan ku dengan Nick. Oh ya katamu kan kamu sahabatnya, apa setelah putus denganku dia pernah memiliki hubungan dengan orang lain? Ataupun dia sudah mencintai orang lain?" tanya Andien.
Bianca langsung menggelengkan kepalanya lalu menjawab. "Sepertinya tidak ada."
"Kalau begitu baguslah berarti aku ada kesempatan untuk bisa kembali dekat dengan Nick. Oh ya nanti malam ke club' yuk! Kau pasti tahukan kalau Nick bekerja di sana? Jadi menurutku sebaiknya kita pergi ke sana saja agar aku bisa kembali dekat dengannya, lagian kalau kita terus duduk diam di rumah seperti ini yang ada jenuh. Kamu mau kan, Bianca?" Andien mencoba memohon sembari menggenggam tangan temannya.
"Um, baiklah tetapi aku tidak ingin minum, jadi kalau kamu mau aku hanya akan melihatnya saja." Dengan sangat terpaksa Bianca mengiyakan ajakan temannya itu meskipun dia rasanya sungguh tidak berniat untuk memasuki tempat itu apalagi dirinya mengingat dengan statusnya yang sekarang.
'Semoga saja di sana tidak ada Benny, jadi aku tidak perlu merasa bersalah dengannya apalagi jika orang lain tahu siapa diriku sekarang pasti itu akan membuat Benny malu,' batin Bianca.
Ketika permintaan Andien di iyakan oleh Bianca, sungguh membuat Andien senang dan ceria. Keduanya pun melanjutkan menonton televisi sampai tidak terasa hari sudah menjelang sore, dan tiba-tiba saja mereka terbangun di depan televisi yang masih hidup dengan sendirinya. Saat itu mereka berdua tidak sadar jika sudah tertidur di sofa ruang tamu.
Bunyi ponsel milik Bianca terus bergetar, ia sampai lupa untuk kembali menghidupkan dering ponselnya. Hingga ketika ia melihat bahwa di dalam ponsel itu sudah tertera tiga puluh tiga panggilan tidak terjawab dari Nick, namun saat Bianca melihatnya. Ia merasa kecewa sebab tidak ada satupun panggilan masuk dari suaminya.
"Ternyata setelah dia menurunkan ku di jalan, dia juga tidak menghubungi ku lagi," gumam Bianca dengan raut wajah sedih. Namun, gumaman nya itu sempat terdengar oleh Andien meskipun samar-samar terdengar, sebab saat itu Andien juga sedang mengumpulkan kehidupannya setelah terbangun dari tidur siang yang panjang.
"Hooammm! Siapa yang tidak menghubungi mu, Bianca?" tanya Andien sambil menguap.
"Eh tidak ada hanya ada Nick yang menelepon ku," sahut Bianca mencoba ngeles.
"Apa? Nick?! Wah ... bagus dong! Sebaiknya kamu telepon balik terus bilang kalau nanti malam kita akan ke club' malam di mana ia kerja." Dengan tiba-tiba Andien latah sampai matanya melotot sempurna saat mendengar nama Nick.
Bianca hanya bisa menuruti saat Andien begitu salah tingkah. Lalu menekan panggilan kearah Nick, dengan sengaja Bianca tidak memperbesar volume ponselnya itu, sebab ia tahu Nick pasti sedang khawatir dengan keadaannya itu.
"Hallo, Bianca. Kamu sedang di mana? Sama siapa? Kenapa panggilan ku tidak kamu jawab? Kau tahu aku begitu khawatir denganmu, ayolah Bianca jangan buat aku khawatir, aku sedang sakit nih akibat ulah sialan suami kejam mu itu." Nick begitu cemas sampai dia bertanya terus-menerus tanpa memperdulikan wajahnya yang sedang babak belur akibat pukulan dari Benny.
"Maafkan aku, Nick. Aku baru bangun tidur siang, dan sekarang di rumah teman. Jadi kamu tidak usah risau ya. Oh ya aku ingin beritahu kalau nanti malam aku akan datang ke club' tempat mu bekerja," ucap Bianca sembari melirik kearah Andien.
'Kasian Nick, dia pasti sangat sakit mendapat pukulan itu, tapi sekarang dia pasti tidak ingin tinggal di rumah apalagi setelah mendengar aku pergi ke club," batin Bianca.