Raut wajahnya Andien pun terlihat bahagia ketika mendengar bahwa Bianca akan menyetujui syaratnya. Selepas mereka berpelukan, Andien pun kembali ingin memainkan ponselnya, tapi tiba-tiba saja Bianca ingin meminta suatu hal.
"Apa mungkin Andien akan mau untuk mengklarifikasi bahwa aku bukan perebut kekasihnya? Aku jadi ragu," batinnya Bianca.
Merasa sedikit risih melihat Bianca yang masih berada di atas tempat tidurnya, terlebih setelah kebencian yang membuat Andien muak melihat temannya itu. Meskipun, diam-diam merasa senang dengan kehadiran Bianca sebagai temannya, tapi ia juga tidak berani untuk mengusir Bianca menjauh dari kasurnya.
Saat itu, Bianca pun menghembuskan nafasnya setelah ia berpikir beberapa saat tentang langkah selanjutnya yang harus ia lakukan demi bisa memperbaiki nama baiknya di depan semua orang.
"Um, Bianca. Boleh aku minta satu hal? Ini masih menyangkut persoalan tadi," tanya Bianca baik-baik tanpa ingin membuat Andien tersinggung jika harus meminta tanpa bertanya.
"Apalagi, Bianca? Bukannya semuanya sudah selsai ya? Jadi, apalagi yang harus kita bicarakan? Aku juga ingin main ponselku sebelum aku lanjut tidur," bantah Andien yang terlihat tak acuh dengan Bianca.
Mendengar hal itu sontak membuat keningnya mengkerut, ia bahkan tidak dapat percaya bahwa Andien akan bersikap seperti itu, namun Bianca tidak ingin lepas dan melupakan semua nama buruk yang sekarang menyandang namanya.
"Iya aku tahu kita sudah selesai membahas yang tadi, tapi jujur saja aku masih ingin agar nama baikku kembali membaik seperti dulu. Bisakah kamu membantuku dengan memberikan pernyataan kepada semua orang bahwa aku tidak bersalah? Karena memang benar aku bukanlah orang ketiga diantara kalian, Andien. Kamu mau kan membuat video klarifikasi sekarang?"
"Apa? Sekarang? Aku tidak bisa, Bianca. Aku sangat lelah dan ingin istirahat. Kita bisa melakukannya kapan saja jadi tenanglah. Bisakah sekarang kita langsung tidur? Kamu ingin tidur di sampingku atau di sofa saja?" Terlihat raut wajah yang tidak enak dipandang, bahkan pertanyaan itu membuat Bianca semakin heran.
Jelas-jelas Bianca melihat sikapnya Andien masih sedikit kasar dengannya, secara tidak langsung Andien masih menyimpan dendam. Namun, walaupun demikian, demi sebuah pertemanan Bianca memilih untuk menyalah.
"Andien sampai bertanya di mana aku tidur. Kenapa dia seperti itu? Tidak bisakah dia percaya denganku? Sebaiknya aku tidur di sofa saja. Aku takut membuat tidurnya tidak nyaman, dan besok aku sebaiknya pergi dari sini," batinnya Bianca yang menyadari bahwa semua tidak ada lagi kenyamanan diantara pertemanan mereka berdua.
"Baiklah kalau begitu, aku sampai lupa kalau kamu kelelahan. Ya sudah kalau begitu aku tidur di sofa saja. Aku ke luar dulu," ucap Bianca sembari tersenyum tipis, agar tidak terlihat terlihat kesan wajahnya yang mulai bosan dengan pertemanan mereka.
"Ya sudah, Bianca. Aku juga minta tolong jangan lupa pintunya di tutup ya," perintah Andien sembari membalikkan tubuhnya membelakangi Bianca. Padahal saat itu, Bianca masih berada di atas tempat tidurnya. Namun, dengan sangat terang terangan Andien memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap Bianca.
"Ya baiklah."
Ke luar dari kamarnya Andien dengan perasaan yang bercampur. Dalam rumitnya hidup membuat Bianca terasa begitu lelah padahal dia tidak melakukan pekerjaan yang berat. Berjalan dengan langkah yang lemah kearah sofa kecil yang ada di depan. Dengan sangat terpaksa ia harus tidur meskipun sofa itu tidak bisa digunakan untuk tidur. Kursi busa yang hanya cukup untuk satu orang duduki.
Akhirnya Bianca memilih tidur dilantai yang hanya beralaskan tikar. Dia tidak terbiasa tidur sambil duduk, hingga membuat Bianca memilih untuk tidur di bawah, dan memakai tas kecil miliknya pengganti bantal.
Pikiran Bianca masih sangat kacau, dan banyak beban yang begitu ia rasakan. Begitu pula di saat membaca banyak komentar yang semakin membuat dirinya semakin lemah. Saya bersamaan, Bianca sangat ingin mendapatkan panggilan dari Benny. Tapi, sudah sejak dia berada di tempat itu tidak ada satupun panggilan masuk yang datang dari Benny. Membuat Bianca benar-benar kebingungan dan terpuruk.
Hingga tanpa sadar air matanya pun terjatuh sampai membuat dia tidak hentinya menangis, dan juga beberapa pesan hinaan ikut masuk membuat dia dengan sengaja mematikan ponselnya. Menangis terus-menerus sampai membuat Bianca merasa lelah, dan tanpa ia sadari tangisannya membawa dia dalam mimpi yang buruk. Bukan hanya di dunia nyata ia sekarang dihina, tapi di dalam mimpinya. Beban pikiran yang tanpa sadar terbawa sampai ke dalam mimpi.
Di sisi lain, Vivian pun tidak sengaja melihat ada kabar berita yang cukup menarik. Ia langsung mengirimkan kabar berita itu kepada semua teman-temannya yang ada di dalam sebuah grup perusahaan termasuk di dalamnya ada Benny sebagi ketua grup. Benny hanya melihat kiriman tersebut, meskipun dia sangat ingin membalas setiap hujatannya itu dengan ketikan pedas, tapi ia harus menahan emosinya agar semua orang tidak tahu bahwa yang sedang dihujat massa adalah istrinya.
Dengan begitu senang hati ketika melihat ada kabar buruk tentang Bianca, dengan cepat Vivian segera menghubungi Rey malam itu juga.
"Halo, Rey. Untung saja anu menjawab teleponku dengan cepat. Aku ada sesuatu kabar terbaru untukmu jika kamu belum melihatnya, dan ini menyangkut tentang adikmu sendiri. Apakah kamu sudah tahu atau perlu aku kirimkan sekarang?" tanya Vivian yang sangat ingin memamerkan kelakuan buruknya Bianca agar membuat Rey ilfil dengan wanita itu.
"Ya aku sudah tahu. Jadi, jangan kirimkan apapun lagi padaku," sahut Rey dengan ketus.
"Wow! Baguslah kalau memang kamu sudah tahu, itu artinya tidak perlu membuat internet ku terbuang sia-sia. Tapi, ngomong-ngomong aku benar-benar tidak habis pikir dengan Bianca, dia sampai bersikap seperti itu kepada adikmu sendiri. Memang wanita rendah pasti akan tetap rendah, jadi tidak heran sekarang berita buruk ini semakin terbesar luas. Hahaha seru sekali," ucap Vivian sampai tertawa lepas dengan perasaanya yang senang.
Tentunya mendengar semua ejekan untuk Bianca membuat Rey tidak terima. Apalagi Rey tahu bagaimana kedekatan antara adiknya dengan Bianca, yang jelas-jelas bukan seperti yang orang lain tuduhkan. Meskipun ia merasa cemburu di saat melihat adiknya lebih dekat dengan Bianca ketimbang dirinya, namun bukan berarti ia akan suka jika ada orang lain yang akan menghina adiknya sendiri ataupun Bianca.
"Jaga ucapan mu, Vivian! Satu hal yang aku tidak suka darimu adalah sikap dan tingkah lakuku yang tidak sama dengan wajahmu. Kamu cantik, tapi kenapa sikapmu membuat aku bosan denganmu, Vivian. Ingatlah satu hal kita dijodohkan karena paksaan, dan aku bisa membatalkan perjodohan ini. Jadi, jangan hina Bianca seperti itu karena aku sangat tahu Nick dan Bianca bukan seperti yang orang lain katakan. Mereka hanya sahabat, dan Nick berpisah bukan karena kehadiran Bianca. Justru, adanya Bianca di sini membuat Nick bisa menjadi lebih baik," jelas Rey demi saudaranya, dan menjawab dengan suara yang lantang.