"Ya memang benar dia itu sekretaris mu, tapi ini adalah tugasmu, dan karena tugasmu ini yang seharusnya bertanggung jawab itu kamu, Rey. Padahal bisa tanyakan kepada Vivian, apalagi kalian ini pasangan kekasih. Lalu apa masalahnya lagi? Jadi, jangan mencari alasan di saat kamu sudah jelas-jelas bersalah. Aku tidak ingin kamu mengulangi hal yang sama seperti ini lagi. Sekarang cepat tandatangan." Dengan sengaja Benny ingin membuat Rey marah.
"Ya, Pak. Aku akan lakukan dan tidak akan mengulanginya lagi. Jadi, apa sekarang aku sudah boleh pulang?" tanya Rey dengan baik-baik.
"Boleh, tapi tunggu. Sepertinya aku ingat kalau di mejanya Vivian ada beberapa berkas penting yang belum selesai aku periksa. Bisakah sekarang kamu membawanya padaku?"
Mendengar perintah yang bukan tugasnya, membuat Rey menarik nafasnya dengan perlahan. "Pak Benny, Vivian adalah sekretaris mu, lalu kenapa aku yang harus datang ke sana untuk mengambil berkas itu? Bukankah Anda bisa meminta Vivian ke sini dengan menghubunginya saja? Aku juga masih punya beberapa berkas penting yang harus aku selesaikan."
"Ingat, Rey. Aku ingin atasanmu jadi, aku berhak untuk memerintah kamu walaupun memang benar Vivian adalah sekretaris ku, tapi tetap saja dia kan kekasihmu. Jadi, kalian bisalah bergantian membantuku." Sikap Benny biasa saja, dan terlihat seperti tidak berbuat salah apapun.
Sejak awal Rey sudah merasa heran dengan sikapnya Benny. Begitupun di saat ada kesalahan yang seharusnya itu bukanlah kesalahan dari Rey. Walau demikian, Rey tetap berusaha untuk bisa bersabar, tetapi justru Benny semakin semena-mena dengan dirinya. Meskipun, Rey tahu perusahaan itu adalah milik Benny, tapi dia juga pernah ikut andil menanam saham agar perusahaan itu bisa berkembang pesat seperti sekarang.
"Begini, Pak. Aku rasa selama aku bekerja di sini belum pernah aku mendengar jika harus membantumu atau karena Vivian kekasihku. Tugasku sudah jelas apa dan begitu juga tugasmu, Pak. Lantas, ini sudah jelas-jelas menjadi tugas dari sekretaris mu bukan aku. Jadi, sepertinya di sini Bapak sengaja ingin melampiaskan amarah kepadaku karena sesuatu hal, benarkan? Selama ini saya melihat Bapak selalu profesional dalam bekerja, tapi kali ini kenapa tidak? Maaf jika saya lancang, tapi memang seperti itu adanya," bantah Rey di saat melihat kelakuan atasannya yang sudah berlebihan.
"Kamu sudah berani menentang ku, Rey?" Terlihat raut wajahnya Benny marah.
Namun, Rey masih berusaha mengendalikan diri agar tidak terjadi hal buruk yang tidak diinginkan. Tepat saat itu, Rey ingin segera pergi setelah melihat keadaan kacau.
"Aku tidak ingin menentang siapapun, tapi ini sudah seharusnya aku katakan. Setiap jabatan ada tugas masing-masing yang harus dikerjakan, lagipula hari ini Bapak sudah mengambil cuti. Lantas, kenapa tiba-tiba masuk lagi? Dengan memerintahkan aku, Bapak sudah melanggar aturan sebelumnya. Aku ingatkan, sejak awal perusahaan ini berdiri aku sudah menanam saham bersamamu, dan hingga detik ini aku melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini. Jadi, jangan karena Anda sedang marah sampai melibatkan orang lain yang tidak tahu apapun. Masalah Anda dengan adikku dan Bianca, itu tidak adanya hubungan denganku dan perusahaan. Kalau begitu aku ke luar dulu," jelas Rey sembari memilih ke luar tanpa menunggu sahutan.
Rey berpikir biarkan dirinya di sebut tidak sopan, yang terpenting dia sudah melakukan yang terbaik demi perusahaan, dan tidak merasa pernah berbuat salah. Berbeda dengan Benny, selepas Rey ke luar Benny menendang meja kerjanya dengan keras, tapi untuk saja meja itu tidak berbuat dari kayu hingga tidak mudah patah.
"Bodoh, bodoh! Sangat bodoh! Kenapa aku sampai melampiaskan amarah kepada Rey? Dia memang benar dan juga dia sudah membantuku selama ini, sejak perusahaan ini pertama kalinya bangkit. Sial! Harusnya aku bisa memilih mana yang harus aku marahi, dan Nick bukanlah Rey. Tapi, tetap saja Rey harus bisa menjaga adiknya agar bisa berkelakuan baik. Tapi, tunggu, jika aku sampai bersikap seperti ini, itu artinya aku sedang cemburu. Ah tidak mungkin, aku tidak akan cemburu hanya kepada Bianca. Lagipula kami menikah bukan karena cinta."
Benny pun menyadari tingkah lakunya hari ini berbeda, dan tidak ingin terus-menerus hal itu terjadi. Dengan cepat Benny berusaha mengatur nafasnya agar bisa lebih tenang.
Benny pun ke luar dari ruangan karena tidak begitu banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan, tapi saya itu Vivian melihat atasannya. Dengan cepat Vivian menghampiri karena melihat Benny terdiam beberapa saat di depan pintu, padahal saat itu Benny sedang berpikir ke mana arah tujuannya untuk selanjutnya.
"Bagus, ada Pak Benny tuh. Dekati Ah, siapa tahu hati Pak Benny kecantol sama aku. Seru juga kalau putus dengan Rey bisa dapat yang lebih keren dan mantap nikmat seperti Pak Benny," batinnya Vivian sampai membuat dia senyum-senyum sendirian.
Mendekati atasannya tanpa lupa memberikan hormat dan senyuman, Vivian pun bertanya. "Um, Pak, mau pergi ke mana? Bukankah yang aku tahu hari ini Bapak sudah mengambil cuti? Apa ada sesuatu yang ketinggalan? Jika ada biarkan aku yang ambil."
"Ah tidak ada apa-apa, hanya saja ingin pergi ke sini. Oh ya, Vivian, kebetulan kamu ada di sini jadi tolong lihat apa besok jadwal saya padat?"
"Oh ya baik, Pak." Vivian segera membuka tablet khusus milik perusahaan untuk sekretaris bekerja.
"Tidak begitu banyak, Pak. Hanya ada rapat penting siang hari. Selebihnya tidak ada," ucap Vivian.
"Baiklah apa hari ini kamu banyak kerjaan?" tanya Benny dengan tiba-tiba.
Membuat Vivian sedikit merasa heran karena mendengar pertanyaan yang tidak sebelumnya ditanyakan kepadanya, bahkan Vivian berpikir jika saat itu Benny sedang perhatian dengannya. Senyuman terlihat jelas lantaran merasa bahagia karena diperhatikan oleh Benny, Vivian segera menjawab dengan cepat sembari mengelengkan kepalanya.
"Bagus, jika tidak banyak kamu sekarang ikut saja sebagai seorang teman, bukan sebagai atasan dan sekretaris. Kamu mengerti, Vivian?"
"Tentu saja," sahut Vivian dengan penuh semangat.
Terlihat begitu senang, dan Vivian meminta kepada Benny untuk menunggunya sebentar supaya bisa mengambil ponsel dan tas miliknya. Namun, saat itu Rey melihat gerak-gerik Vivian yang terlihat begitu gembira, ruangan mereka yang tidak jauh membuat Rey bisa melihat dari balik pembatas bening. Membuat Rey penasaran, hingga akhirnya ia tahu bahwa Vivian pergi bersama dengan Benny.
"Tumben sekali, bahkan mereka sepertinya bukan pergi karena pekerjaan. Hari ini kan tidak ada jadwal pertemuan di luar, dan Vivian juga membawa tas branded, bukan tablet khusus kantor ini. Apa ini juga salah satu cara Benny berpikir jika aku akan marah? Terserahlah, aku juga tidak peduli." Rey merasa dirinya tidak peduli, namun dia terlihat acuh.