Selepas mengatakan hal itu Benny segera berlalu pergi begitu saja tanpa mendengar penjelasan yang akan Bianca berikan selanjutnya. Kenyataan yang sangat menyakinkan membuat Bianca sangat sedih, tapi dengan tiba-tiba Benny pun kembali dengan membawa sebuah koper besar milik Bianca.
"Bukankah kamu ingin bisa seperti apa yang orang lain tuduhkan padamu, jadi sekarang masukan semua barang-barang mu dan pergilah dari sini. Kesepakatan pernikahan kita masih akan tetap berlanjut, tapi aku tidak ingin anakku dipegang oleh wanita seperti dirimu. Jadi, tunggu apalagi pergilah dari sini, dan aku harap kembalikan semua uang yang sudah aku janjikan padamu di dalam surat kontrak pernikahan kita. Tunggu apalagi ayo lakukan segera," perintah Benny dengan tiba-tiba.
Namun, perintah itu justru membuat Bianca merasa heran dengan tiba-tiba ia diminta pergi. Dengan cepat Bianca mengambil koper itu, bukan untuk memasukkan semua barangnya melainkan menaruh kembali di atas tempat semula.
"Pak, aku tidak bisa membayar semua perjanjian yang sudah kita sepakati karena jujur aku tidak punya uang, dan kita juga baru menikah. Lagipula aku tidak akan pergi meskipun Bapak mencoba mengusir ku berkali-kali karena bagaimanapun di depan Tuhan aku adalah istrimu, meskipun di depan semua orang aku hanyalah seonggok sampah yang tidak berguna. Tugasku sebagai istri akan tetap aku lakukan, begitupun dengan menjaga menjadi ibu untuk Berlyn. Tanpa Bapak meminta, aku akan tetap menjaga anakmu karena dalam pernikahan ini dia juga sudah menjadi anakku. Jadi, terserah Bapak saja jika memang meminta aku pergi dari sini, yang jelas karena aku merasa tidak bersalah tentunya aku tidak perlu harus pergi," ucap Bianca sembari menundukkan kepalanya. Tanpa ingin memperlihatkan rasa sedih yang membuat dia sudah berlinang air mata.
"Benarkah kamu tidak berbohong padaku? Apa buktinya jika memang kamu tidak sedang berbohong? Mau kah kamu untuk menjauh dari pria itu? Dan fokuskan saja dirimu kepada anakku, rawat dia seperti yang sudah kita sepakati sejak awal. Aku hanya tidak ingin melihat anakku menjadi sasaran dari keegoisan mu yang membuat dia sampai harus kehilangan sosok ibu, ingat kamu sudah berjanji untuk menjadi ibunya sebelum dia besar nanti. Setelah itu, silahkan kamu pergi karena aku tidak ingin kamu ada di sini. Aku rasa tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan karena semuanya sudah jelas." Benny pun melangkah pergi tanpa menunggu Bianca menjawab ucapannya.
Kepergian Benny sampai membuat dia membanting pintu dengan sangat keras, dan kebetulan saja posisi anaknya tidak berada di dalam kamar itu. Hingga membuat Benny dengan senang hati melampiaskan amarahnya kepada Bianca, namun dia tidak ingin bermain tangan karena dia teringat sebagai seorang pria sejati tidak pantas baginya bermain tangan dengan perempuan, walaupun kesalahan perempuan itu amat besar.
Menatap punggungnya Benny yang sudah menghilang dari pelupuk matanya. Lututnya terasa tidak kuat di saat berpura-pura berdiri tegak dalam kesedihan. Bianca pun terduduk dengan penuh kesedihan hingga membuat dia menangis dalam diam. Berusaha agar tidak menimbulkan suara dari efek tangisannya, namun hal itu membuat dia merasa sesak di bagian dada.
"Benny, andai saja kamu tahu bahwa aku tidak bersalah atas semua ini. Aku hanya menjadi korban dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan ingin menjatuhkan ku. Tapi, kepada siapa lagi aku harus mengadu jika saja Benny sudah tidak memberikan ruang agar aku bertemu dengan Nick, tentunya aku akan sangat kesepian. Tapi, tidak apa-apa, aku akan lakukan seperti yang Benny inginkan, meskipun tidak akan ada yang mau mendengarkan setiap keluhan ku," batinnya Bianca di dalam tangisannya.
Di sisi lain, Benny terdiam beberapa saat hingga ia mencoba berpikir tentang semua yang sudah Bianca katakan. Dalam diamnya itu, dia terus mengingat semua perkataan yang membuat dirinya masih mencoba mempertanyakan tentang semua yang sudah terjadi. Namun, hati kecilnya terus berkata bahwa dia tidak bisa percaya dengan siapapun selain dirinya sendiri.
Merasa bosan berdiam diri di depan jendela, Benny pun mengambil kesimpulan untuk kembali berangkat kerja. Padahal hari itu dia sudah mengambil cuti, tapi dia merasa tidak tenang karena pikirannya terus saja memikirkan tentang Bianca. Untuk mengalihkan pikirannya itu, Benny berpikir bisa dengan kembali bekerja.
Di saat sedang bersiap-siap, dan ingin pergi. Tanpa lupa Benny memberikan kecupan kepada anaknya dengan penuh kasih sayang. Wajahnya begitu mirip dengan Berlyn, dan banyak orang berkata jika seorang anak perempuan mirip dengan ayahnya, maka rezeki datang dengan mudah, tapi tetap saja perlu adanya usaha. Meninggalkan Berlyn seorang diri, dan beberapa saat kemudian seorang pelayan datang untuk menemani bayi kecil itu.
"Nanti kalau Berlyn bangun terus nanya aku di mana, biang saja kalau aku lagi kerja, dan ingat jangan berikan anakku kepada Bianca. Meskipun dia memintanya, kamu harus tetap halangi dia, bahkan jika Bianca memaksa kabari aku secepat mungkin," ujar Benny.
"Baik, Tuan," sahut pelayan tersebut dengan anggukannya.
"Daddy pergi dulu ya, sayang. Baik-baik kamu di sini, nak," gumam Benny seraya kembali memberikan kecupan kepada anaknya.
Ke luar dari pintu kamar tersebut, dan tidak sengaja melihat Bianca sedang pergi kearah dapur. Terlihat jelas di wajahnya Bianca, wanita itu baru saja menangis, namun Benny tidak peduli, dan kembali melanjutkan langkahnya dengan pandangan yang tegap.
Tiba di kantor. Meskipun sudah mengambil cuti, Benny hanya ingin menenangkan diri seraya melakukan beberapa pekerjaan yang tidak begitu berat ia lakukan, dalam tugasnya itu, ia melihat ada sebuah tandatangan yang masih belum ditandatangani oleh Rey. Tentunya tanpa banyak basa-basi Benny segera menghubungi Rey untuk segera masuk menghadap kearahnya.
Lima belas menit kemudian, Rey pun masuk ke dalam ruangannya Benny tanpa melupakan tata krama saat menghadap dengan atasan.
"Apa kamu lupa menandatangani berkas ini atau memang kamu tidak ingin tandatangan sebelum ada perintah dariku, Rey? Kamu tahukan kalau berkas ini akan kita berikan kepada investor yang akan datang besok pagi, jadi kenapa kamu sangat ceroboh? Mungkin jika aku tidak datang, kamu pasti tidak mengingat hal ini kan? Tentunya investor akan mempertanyakan hal ini." Benny langsung marah tanpa mendengar penjelasan orang lain.
"Maaf, Tuan. Mungkin aku lupa menandatangani berkas itu karena seharusnya Vivian yang mengurus semua berkas ini, Tuan. Bukankah dia itu sekretaris mu, Tuan? Jadi, aku tidak tahu kalau ada berkas yang belum aku lihat, dan aku pastikan hal ini tidak akan terulang lagi," sahut Rey dengan santai.
"Kenapa dia tiba-tiba marah? Padahal jelas-jelas berkas ini bukan urusannya. Apa dengan sengaja dia melampiaskan amarah kepadaku karena tahu jika Nick sedang berbuat ulah dengan istrinya?" batinnya Rey.