"Apa?! Bos di depan?! Astaga! U-untuk apa aku keluar, Pak?" jawab Bianca terkejut sembari gelagapan bahkan Nick yang sedang berada di dekatnya ikut-ikutan kaget.
"Malam ini mau fitting baju besoknya langsung nikah. Cepat aku tidak punya banyak waktu," ketus Benny yang langsung mematikan ponsel sebelah pihak.
Bianca keheranan mendengar perintah yang tidak menentu. Ia ingin menjawab tapi, sayang panggilan sudah terputus.
"Astaga! Bisa-bisanya dia mengaturku diluar jam pekerjaan. Dia pikir dia bos paling sempurna apa?" omel Bianca sembari menghentakkan kakinya dengan kasar.
Nick langsung menyentil kening gadis itu saat mendengarnya mengomel. "Hey, kurasa kamu hanya berani berbicara seperti itu di depanku. Apa perlu ku temani?"
"Enggak perlu aku sendirian saja. Kalau kamu mau tidur di sini sambil menungguku pulang boleh saja. Ya sudah aku bersiap-siap dulu," ucap Bianca sembari melangkahkan kakinya menuju ke kamar.
Aneh sekali dia pikir fitting baju sempat semalam. Benar-benar menyebalkan, batin Bianca.
Bianca mengganti pakaiannya dengan cepat bahkan sangat cepat. Dia hanya memakai pakaian simpel dengan riasan seadanya. Tiba di depan pintu Nick mengantarnya sampai di depan namun, dia menatap kearah Benny yang berada di dalam mobil dengan tatapan tajam bahkan mereka saling beradu pandang.
Bianca tidak menyadarinya, ia langsung memasuki mobil itu tapi, belum selesai pintu mobil ditutup olehnya, Benny langsung menancapkan gas tanpa berkata apapun hingga membuat Bianca kaget.
Huuf apa dia sengaja ingin membuat jantungku copot? Benar-benar kelewatan, batinnya Bianca sembari memicingkan mata dengan tatapan tajam.
"Apa seperti itu caramu memandang atasanmu?" tanya Benny tanpa melirik lawannya bicara.
"Hah? Maksudnya, Pak?" Bianca terlihat seperti orang linglung.
Benny tidak menjawab. Ia bahkan tidak ingin mengulang kembali pertanyaannya namun, justru dirinya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi tanpa berkata apapun padahal Bianca belum memakai sabuk pengamannya.
Apa dia sengaja ingin membunuhku? Batinnya Bianca.
Tiba di tempat tujuan. Bianca kebingungan menatap rumah begitu megah bak istana. Ia pun keheranan sebab dirinya hanya tahu jika akan di bawa fitting baju tapi, saat ini justru dirinya tiba di kediaman milik Benny.
Untuk apa dia membawaku kesini? Batinnya Bianca sembari berdiri diluar teras sambil memandangi kediaman itu.
"Ayo cepat jalan jangan ngelamun di sana," ketus Benny hingga membuat lamunan Bianca buyar.
"Ah iya baik, Pak." Sambil menundukkan kepalanya ia pun melangkah mengikuti jalannya Benny di belakang.
Benny terus melangkah ke depan lalu saat itu ia berhenti di sebuah ruangan khusus pakaian milik Arabella yang sama sekali tidak ia buang bahkan dengan sengaja menjadikannya sebuah kenangan apalagi jika dia sedang merindukan mendiang istrinya tentu saja pakaian tempatnya melampiaskan kerinduan. Bahkan pakaian yang terakhir kali mendingan istrinya pakai tidak ia cuci padahal penuh dengan noda darah. Meskipun begitu ia sama sekali tidak merasa jijik. Justru sebuah kegembiraan untuknya saat memeluk pakaian terakhir milik sang istri.
Benny pun membuka lemari lalu ia mengambil sebuah gaun yang dipakai Arabella dulu saat menikah dengannya. Ia menatap gaun itu dengan mata berkaca-kaca.
Baby, izinkan aku memakaikan pakaianmu kepada Ibu sambung anak kita. Maafkan aku tapi, aku sengaja. Semoga dengan begini kasih sayangmu bisa ikut bersama Bianca untuk anak kita. Aku mencintaimu, Bella, batinnya Benny lalu membawa gaun itu kedalam pelukannya sebelum akhirnya diserahkan kepada tangan Bianca.
Bianca menatap keheranan lalu menerima gaun pemberian Benny. Ia tidak berani mengatakan apapun meskipun ia memiliki seribu pertanyaan yang hanya bisa di sembunyikan.
"Ini gaun istriku saat kami sedang menikah dulu. Kamu bisa memakainya besok. Oh ya sebelum memakainya kamu bisa meminta izin kepadanya dulu dalam hatimu. Lalu setelah pernikahan selesai sebaiknya cuci gaun ini dan pakaikan harum pewangi yang biasa istriku pakaikan. Nanti kamu bisa menanyakannya langsung kepada pelayan di sini. Dan satu lagi acara pernikahan akan di gelar besok pagi jadi aku mau kamu menginap di sini supaya tidak terlambat. Setelah itu kamu bisa langsung ke kamar anakku dan tidurlah di sana selama kamu menjadi istriku. Ya sudah sepertinya cukup jelas aku pergi tidur dulu jika butuh sesuatu panggil saja pelayan." Usai mengatakan itu Benny langsung beranjak pergi tanpa menunggu jawaban dari lawannya bicara.
Mata Bianca berkaca-kaca saat mendengar semua ucapan yang keluar itu selesai diucapkan oleh Benny. Ia pun menoleh kebelakang setelah Benny benar-benar pergi dari tempat itu. Ia lalu menatap gaun pengantin yang berada di tangannya.
Haruskah aku menikah dengan memakai gaun wanita lain bahkan orang itu sudah meninggal? Meskipun sah-sah saja tapi, ini membuat hatiku tersakiti. Di mana pernikahan menjadi momen yang indah bahkan menjadi ratu yang membuat wanita begitu bahagia dengan kenangan di hari pernikahan. Lalu bagaimana denganku? Apa diriku sangat tidak berharga? Hingga sebuah gaun dengan sengaja memakai milik orang lain yang sudah pergi. Dia sangat kaya tapi, kenapa satu pakaian tidak mau dibelikan untukku padahal ini hari kebahagiaanku bisa menjadi ratu. Tapi, justru aku hanya menjadi patung untuk mengisi sosok istrinya yang telah tiada, batin Bianca yang sudah terduduk dalam tangisan.
Namun, saat dirinya sedang menangis tiba-tiba sebuah cahaya putih keluar dari balik pakaian yang salah satu masih meninggalkan noda darah. Bianca pun terkejut lalu dirinya tiba-tiba pingsan. Cahaya itu masuk kedalam mimpinya. Arabella tersenyum menatap Bianca yang sedang menangis di sebuah ditengah hutan lebat. Lalu Arabella perlahan mendekatinya hingga Arabella berdiri sekitar satu meter dengan dirinya.
"Si-siapa kamu?!" tanya Bianca dengan penuh ketakutan melihat wajah pucat Arabella yang sedang tersenyum kearahnya.
"Namaku Bella, istri dari calon suamimu. Jangan bersedih, Bianca. Aku sudah melihat semua jejak hidupmu meskipun kamu tidak bisa melihatku. Tapi, aku mohon tolong rawat anakku seperti anakmu juga, dan jaga suamiku seperti kamu menjaga orang yang kamu cintai. Aku percaya bahwa kamu bisa menjadi istri dan Ibu yang baik untuk mereka," ucap Arabella sambil terus melangkah mendekati Bianca hingga akhirnya Bella memberikan pelukan kepada Bianca.
Dengan sangat terpaksa Bianca membalas pelukan Arabella hingga akhirnya tiba-tiba Bianca tersadar setelah ia pingsan. Lalu dengan cepat Bianca melepaskan gaun pengantin itu dan berlari keluar dari ruangan tersebut. Hingga saat ia berlari ia sampai menabrak seorang pelayan yang baru saja pergi menutup pintu.
"Aaa ... setan!" Bianca berteriak saat melihat wajah pelayan itu yang sedang memakai masker wajah hingga membuat mereka sama-sama berteriak.
"Aduh jangan bikin kaget dong! Nanti Tuan Putri bisa-bisa bangun. Yang ada saya capek tidurin lagi," ketus Lena itu sembari mengepaskan masker wajahnya.