"Daniella Miller adalah stok identitas palsumu yang terakhir, jadi setelah misi ini berakhir kau akan menikmati waktu istirahat yang panjang sebelum aku akan memiliki waktu untuk membuatkan identitas yang baru lagi bagimu, itulah alasan aku percaya kalau kau adalah orang yang paling tepat untuk melaksanakan misi ini, terlebih lagi karena kau selalu menyukai tantangan baru, kan?" kata Tim kepada Rebekah.
"Kau berpikir membunuh orang adalah tantangan bagiku? Apa kau sudah gila?" ucap Rebekah.
"Rebekah, dengar-"
"Tidak, Tim, kita memang sering menipu dan merampas harta orang-orang kaya, tapi itu bukan berarti kita juga bisa tanpa ragu membunuh orang yang belum tentu bersalah!" tegas Rebekah.
"Kalau begitu, kau lebih memilih aku yang mati dan membuat anak-anak di dalam rumah itu juga terancam nyawanya?" tanya Tim kepada sang adik. Rebekah terdiam begitu mendengar pertanyaan Tim.
"Lagi pula pembunuhan yang akan kau lakukan kepada Andrew tidak ada bedanya dengan perampasan harta dan penipuan yang sudah kau lakukan ke Leonardo dan James juga keluarga mereka, kita selalu melakukan hal yang buruk terhadap orang-orang yang melakukan hal yang kira-kira sama buruknya juga, dan bukan maksudku untuk membuat diri kita seolah-olah suci, tapi ... kita melakukan ini semua demi anak-anak itu, kita harus melakukan apapun untuk mereka," sambung Tim.
"Bagaimana jika ternyata bukan Andrew yang membunuh Dorothea? Kau juga tidak mengenal siapa orang yang sudah memberikan misi ini kepadamu, kan? Besar kemungkinannya kalau orang itu adalah saingan bisnis Billy Lawrence, jangan mudah termakan hal-hal yang tidak jelas seperti itu, setidaknya cari tahulah dulu siapa orang yang memberikan misi ini," kata Alan kepada Tim.
"Kita tidak perlu mengetahui siapa orang itu jika keinginannya sudah jelas dan dia sudah langsung memberikan bayaran untuk kita, jika kita melakukan keinginannya, dia akan puas, dan jika kita tidak melakukannya dia akan membunuh kita, dan sejujurnya aku pun tidak peduli jika orang itu adalah saingan bisnis Billy atau bukan, aku berpendapat kalau Andrew memang orang yang telah membunuh Dorothea dan pantas untuk mendapatkan bayaran yang setimpal untuk apa yang telah diperbuatnya kepada orang yang tidak bersalah. Sebenarnya aku sangat ingin melakukan hal itu langsung tanpa menjadikannya sebagai tugas Rebekah, tapi tidak akan ada satupun dari kalian yang bisa melakukan pekerjaanku jika aku yang menjalani misinya. Kita tidak memiliki pilihan lain, Rebekah harus melakukannya, lalu aku akan kembali bepergian untuk mencari stok misi, sementara kau dan Laura akan tetap mengasuh anak-anak di sini seperti biasa," ucap Tim, namun Alan dan Rebekah sama-sama diam.
"Huft." Tim pun kemudian menghela napasnya.
"Rebekah, kau berangkat ke Kota Nadem besok pagi dan sebisa mungkin kau harus bisa untuk tidak menjadi buruan bagi orang-orang di Daysra selama perjalananmu ke Nadem, tinggallah di sebuah boarding house ketika kau sudah sampai di Kota Nadem, kebetulan perkebunan milik Billy sedang membutuhkan pekerja baru, jadi kau harus segera melamar bekerja di sana ketika kau sudah sampai di Kota Nadem," lanjut Tim.
"Aku bahkan belum memberikan jawaban apakah aku menolak misi ini atau tidak," ujar Rebekah kepada Tim.
"Kau harus menerimanya, saat ini satu-satunya harapan kita adalah kau, Stephen sudah tidak memberikan kabar apapun selama lebih dari satu tahun, Susan juga sudah tidak memberikan kabar apapun selama tiga bulan, kemungkinan yang paling besar adalah mereka tidak akan kembali kepada kita apapun alasannya, Roger dan Patricia sama-sama menjelaskan kalau paling tidak mereka masih butuh waktu berbulan-bulan lagi sampai mereka bisa menarik diri dari korban-korban mereka saat ini dan kembali kepada kita, uang yang kau dapatkan dari keluarga Green dan sisa uang yang terakhir kali kita terima dari Susan tidak akan cukup untuk menghidupi anak-anak sampai Patricia dan Roger kembali, tapi tentunya uang dari misi pembunuhan Andrew ini akan mencukupi semuanya, walaupun uang dari misi pembunuhan Andrew sudah ada di tangan kita, tapi aku tidak mau kalau kita bermain api dengan orang yang sudah membayar kita untuk melakukan pembunuhan terhadap Andrew, resikonya terlalu besar, percayalah. Aku sudah mempertimbangkan semuanya, ada empat puluh anak yang kita asuh, membunuh Andrew adalah langkah yang paling tepat," jelas Tim. Penjelasannya ini membuat Alan dan Rebekah tidak bisa berkutik lagi, semua yang dikatakan oleh Tim masuk akal, dan keputusan terbaik bagi Rebekah memang menerima misi ini dan membunuh Andrew Lawrence.
Rebekah lalu menarik dalam dalam, kemudian menghembuskannya dengan berat. "Baiklah, aku akan melakukannya," kata Rebekah.
"Rebekah ..." lirih Alan, dengan berat hati Alan terpaksa harus menyetujui jalannya misi ini juga.
"Jadi yang harus aku lakukan hanyalah membunuh Andrew Lawrence, bukan?" tanya Rebekah kepada Tim.
"Ya, tapi orang yang membayar kita ini meminta agar tidak akan ada keributan dan kecurigaan apapun setelah kau membunuh Andrew," jawab Tim.
"Maksudmu aku harus membuat pembunuhannya terkesan seperti kasus bunuh diri?"
"Orang itu tidak menjelaskannya secara rinci, tapi menurutku dia tidak ingin mayat Andrew ditemukan agar kasusnya tidak menjadi berlarut-larut seperti kasus kematian Dorothea, dan dia tidak ingin kau sampai terseret ke dalam kasus kematian Andrew nanti sehingga identitas dia pun tidak akan terbongkar bagi siapapun," papar Tim.
"Itu terdengar sangat sulit, tapi aku akan melakukan yang terbaik," ujar Rebekah.
"Tapi masih ada satu hal lain lagi."
Rebekah dan Alan sama-sama mengerutkan dahi mereka begitu Tim mengatakan hal itu.
"Aku ingin kau melakukan hal lain di luar misi ini, ini adalah misi dariku agar kita bisa mendapatkan uang lebih banyak," sambung Tim.
"Tim, sebaiknya jangan jadi tamak." Alan memperingati Tim.
"Aku tahu, tapi misi dariku ini layak untuk dicoba walaupun resikonya sangat tinggi. Rebekah, cobalah terikat dalam hubungan pernikahan tersembunyi dengan Andrew," ucap Tim kepada Rebekah.
"Apa ...?" lirih Rebekah.
***
"Astaga, apa lehermu tidak sakit karena terus-terusan menatap ke arah peternakan? Tuan Muda tidak bisa terlihat, dia sedang makan, berhentilah menoleh ke arah peternakan dulu," kata Karen kepada Daniella yang sejak tadi memang tidak berhenti menoleh dan menatap ke arah peternakan, tapi gadis itu melakukannya bukan untuk melihat Andrew, melainkan karena dirinya hanyut dalam ingatannya.
"Ahahaha, tidak, Bibi, aku bukan sedang berusaha melihat Tuan Muda, aku hanya sedang mengasihani kudanya. Kenapa dia membiarkan kudanya berpanas-panasan seperti itu?" Daniella menyahuti Karen sambil akhirnya berhenti menoleh ke arah peternakan dan kembali melihat ke Petani lainnya.
"Mungkin Tuan Muda memang sengaja menjemur kudanya seperti itu karena dia ingin tulang-tulang kudanya menjadi semakin kuat." Petani lainnya, Robert, berbicara.
"Berjemur bisa membuat tulang menjadi semakin kuat?" tanya Daniella kepada Robert.
"Aku tidak tahu soal itu, tapi aku merasa tulang-tulangku selalu menjadi lebih kuat kalau aku berjemur," jawab Robert.
"Hmmm, aku akan pergi ke sana menemani kudanya, kasihan sekali kudanya," kata gadis tersebut.
"Hatimu memang lembut sekali." Karen memuji Daniella, mereka kemudian sama-sama tersenyum sebelum akhirnya Daniella yang sudah menghabiskan makan siangnya berjalan menghampiri kuda Andrew yang diikat ke pagar pembatas antara kebun dan peternakan sapinya.
Daniella lantas mengelus-elus kepala kuda itu dan merasa sangat kasihan kepadanya. Sang gadis kemudian mencabuti cukup banyak rumput yang lantas dmasukkannya ke dalam mulut kuda itu sedikit demi sedikit.
"Kasihan sekali dirimu, majikanmu sama sekali tidak berperikemanusiaan dengan menjemurmu seperti ini, tapi ... kau adalah kuda, bukan manusia, jadi apa ya istilah yang pas untuk mendeskripsikan rasa tega Andrew?" Daniella berbicara kepada kudanya Andrew dan berbicara pada dirinya sendiri disaat yang bersamaan.
"Hmmm, lupakan saja, dia memang tidak waras, apa yang memangnya bisa kita harapkan dari orang yang memiliki gangguan jiwa? Dia membunuh istrinya, jadi sepertinya membiarkanmu terpanggang dibawah panasnya sinar Matahari adalah hal yang kecil baginya," sambung sang gadis usai sempat terdiam selama beberapa detik tadi.
Ketika rumput ditangannya sudah habis dimakan oleh kuda tersebut, Daniella berniat untuk mencabuti rumput-rumput lain, tetapi rumput yang terdekat jaraknya cukup jauh dari dirinya saat ini, jadi dia pun terpaksa harus meninggalkan kuda milik Andrew itu.
Namun, ketika baru berjalan beberapa langkah saja, Daniella menyadari bahwa ada seseorang dengan tubuh tinggi dan tegap, wajah dingin, topi koboi, dan dengan dua tangan yang dilipat ke dadanya sedang berdiri dekat dari kudanya. Pria itu juga memberikan tatapan yang sangat dingin kepada Daniella.
Ya, dia adalah,
Andrew Lawrence.