Masih ada sangat banyak aktifitas di jalanan walaupun ini sudah malam, kereta-kereta kuda masih sangat aktif berlalu-lalang, terutama karena saat ini sedang turun gerimis, jadi penggunaan kereta kuda mengalami peningkatan, namun tidak sedikit juga orang yang tetap memilih untuk berjalan kaki menuju tempat yang sedang mereka tuju, termasuk Daniella dan Margaret, yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju gedung teater paling besar dan paling terkenal di kota ini untuk menonton sebuah pertunjukan drama di dalamnya.
"Jadi ... besok sudah musim gugur, ya? Benar-benar tidak terasa," ucap Margaret, dia memecah keheningan di antara dirinya dan Daniella, mereka berdua memang sejak berangkat hanya diam dan fokus berjalan, sebab jalanan cukup licin akibat gerimis yang belum juga reda, memaksa siapapun untuk sangat berhati-hati dalam berakitfitas di atas jalanan-jalanan di kota ini.
Daniella menunjukkan senyum lebar usai mendengar apa yang diucapkan oleh wanita yang juga tinggal di boarding house yang sama dengannya itu. Walaupun mereka berdua baru saling kenal selama beberapa hari, tetapi keduanya mampu membangun hubungan pertemanan yang dekat dalam waktu singkat.
Wajah Margaret yang sedang memerah ditatap dengan tatapan penuh godaan oleh Daniella. Pada awalnya Margaret tidak menyadari tatapan itu, namun tidak lama kemudian dia menoleh ke gadis tersebut dan akhirnya menyadarinya.
"Eh?! Ada apa?!" tanya Margaret yang mulai salah tingkah, dirinya lalu buru-buru memalingkan wajahnya dari Daniella.
"Hahahaha, aku akan sangat merindukanmu, Meg. Rasanya kita seperti sudah berteman sangat lama dan aku tidak siap jika kau akan meninggalkanku untuk pindah ke daerah perdesaan bersama suamimu. Tapi ... di satu sisi aku juga bisa merasakan kebahagiaanmu yang sejak menikah di awal musim panas kemarin masih belum bisa benar-benar menikmati momen-momen manis dengan suamimu, aku rasa keputusannya untuk berhenti menjadi bagian dari sirkus adalah hal yang tepat, aku juga sangat mendukung kalian untuk memulai kehidupan baru bersama 'anak-anak' kalian di daerah perdesaan dengan cara bertani, aku yakin kalian akan sukses besar," kata Daniella, setelahnya, Margaret dengan warna wajah yang kembali normal berhenti memalingkan wajahnya dari gadis itu.
"Terima kasih," ujar Margaret kepada sang gadis dengan sebuah senyuman manis di bibirnya. Daniella kemudian merangkul pundak wanita yang lebih pendek darinya itu selama beberapa detik sambil tersenyum kecil, sebelum akhirnya ia melepaskan pundak Margaret sebab keduanya telah sampai di gedung teater tempat tujuan mereka.
Ada sangat banyak orang di gedung teater ini, baik di dalamnya, di luarnya, maupun di sekitarnya. Gerimis dan jalanan yang licin benar-benar tidak menjadi penghalang bagi segala aktifitas di Kota Nadem pada malam ini.
Daniella mengedarkan pandangannya untuk melihat-lihat situasi di sekitar sini sambil menutup payungnya yang telah melindunginya dan Margaret dari gerimis sejak tadi, sementara Margaret melepas dan melipat capenya. Ada banyak bangunan-bangunan lainnya di sekitar sini, sebagian besar di antaranya adalah tempat untuk pusat keramaian, seperti contohnya adalah sebuah bar yang terletak tepat di sebrang gedung teater ini.
Ramainya manusia yang berada di daerah ini tentunya sebanding dengan banyaknya jumlah kereta kuda yang berlalu-lalang. Ya, ada sangat banyak kereta kuda di sini, bahkan mungkin daerah ini merupakan daerah yang memiliki aktifitas kereta kuda tersibuk yang pernah dilihat oleh Daniella, padahal ini malam dan gerimis sedang turun.
"Ada banyak sekali kereta kuda di sini, sepertinya ini adalah daerah dengan aktifitas kereta kuda terbanyak yang pernah aku lihat," ucap Daniella dengan nada bicara yang menunjukkan bahwa dirinya cukup terpukau dengan banyaknya kereta kuda yang berlalu-lalang di sekitar sini, dia lantas memberikan payungnya yang sudah ia tutup dengan baik kepada Margaret agar dirinya bisa melepaskan dan melipat capenya juga seperti wanita itu.
"Begitulah. Wajar saja sebenarnya, karena gedung teater ini salah satu pusat dari kota ini," sahut Margaret seraya menerima payung itu dari tangan Daniella.
"Aku jadi semakin tidak sabar untuk menonton pertunjukan drama di dalamnya," kata Daniella sembari melipat capenya, dia terlihat sangat antusias untuk masuk ke dalam gedung teater ini.
Dari arah belakang mereka, Daniella dan Margaret sama-sama tidak menyadari bahwa ada seorang pria bertubuh tinggi yang juga memakai sebuah cape yang menutupi setengah dari setelan pakaiannya yang sangat rapi sedang turun dari kereta kuda yang ditumpanginya. Kereta kuda tersebut langsung pergi dari sana begitu sang pria turun, sementara pria muda yang memakai kacamata dan topi hitam itu kemudian masuk ke dalam gedung teater ini dengan berlari dan sama sekali tidak berhati-hati. Dia sepertinya sedang terburu-buru.
Keterburu-buruannya tersebut membuat sang pria secara tidak sengaja menabrak Daniella yang baru saja selesai melipat capenya dan akan masuk ke bagian yang lebih dalam dari gedung teater ini bersama Margaret.
Untungnya, Daniella tidak sampai terjatuh ke bawah walaupun ia sempat terpeleset karena tubuhnya yang lebih pendek dari tubuh pria itu ditabrak olehnya tadi. Namun, tidak jatuhnya sang gadis juga dikarenakan pria tersebut secara sigap menangkap tubuh gadis yang lebih pendek darinya itu.
Tidak ada banyak drama yang terjadi setelahnya, si pria benar-benar terlihat sangat terburu-buru.
"Maafkan aku, kau baik-baik saja, kan?" ucap pria berkulit putih-kecoklatan ini dengan cukup dingin kepada Daniella sembari membantunya untuk berdiri dengan normal lagi. Pandangan dingin dari kedua bola mata coklat pria itu bahkan tidak berfokus kepada orang yang baru saja dia tabrak.
"Y-ya ... aku baik-baik saja," jawab Daniella dengan kerutan di keningnya yang langsung terbentuk bersamaan dengan terarahkannya tatapan penasaran dari kedua manik matanya yang indah terhadap sang pria.
"Baiklah, mohon maaf sekali lagi," ujar pria yang bisa dibilang cukup misterius dan juga dingin itu. Tampaknya keterburu-buruannya adalah hal yang sangat penting, sampai-sampai setelah percakapan singkatnya dengan Daniella barusan, dia langsung berniat untuk melanjutkan langkahnya menuju bagian yang lebih dalam dari gedung teater ini.
"Tunggu!" tapi Daniella dengan rasa penasarannya terhadap pria itu menahannya untuk pergi, sang gadis bahkan sampai menarik tangan si pria agar benar-benar bisa memastikannya tidak pergi. Hal ini tentu memaksa pria tersebut untuk berbalik menghadap ke Daniella dan Margaret lagi, mau tidak mau.
"Ya?" sahut pria ini dengan dingin, ia akhirnya melakukan kontak mata dengan gadis yang dia tabrak beberapa detik lalu itu, setelah sebelumnya dirinya sama sekali tidak melirik Daniella.
Daniella dan pria tersebut sama-sama langsung membeku usai kedua bola mata mereka bertemu, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, terutama karena Daniella yang sudah 'menyelidiki' pria ini dengan tatapannya sejak dia ditabrak olehnya tadi langsung mengenali siapa sosok dingin ini sebenarnya.
"Pak Andrew?" kata Daniella, dengan kening yang masih mengerut.