"Aku memaafkanmu, tapi lain kali, jika kau berbicara kepadaku, apa lagi untuk meminta maaf, lihat aku, tatap wajahku, kau meminta maaf padaku, bukan kepada tanah itu, lalu jelaskan alasanmu meminta maaf kepadaku, tidak peduli meskipun aku sudah tahu apa alasanmu melakukannya," kata Andrew kepada Daniella. Walaupun kata-katanya itu tidak disampaikannya dengan amarah, tetapi jelas sekali kalau pria tersebut kurang menyukai sikap Daniella.
"B-baik, Pak, saya ... se-sekali lagi saya meminta maaf kepada Bapak karena saya bersikap kurang baik sebelumnya, saya berjanji tidak akan mengulanginya," ucap Daniella kepada Andrew, dan kali ini dia berbicara kepadanya sambil menatap wajahnya, sesuai dengan masukan yang diberikan oleh pria itu tadi kepadanya.
"Baiklah," sahut Andrew, dia dan Daniella lalu sama-sama kembali terdiam.
Sudah tidak ada yang ingin dikatakan oleh Daniella lagi, jadi sang gadis berniat untuk pergi dari sana, kembali kepada Karen dan Daisy, namun dirinya merasa tidak enak kalau harus meninggalkan Andrew begitu saja, bukan hanya karena merasa tidak enak, Daniella juga takut kalau hal tersebut akan dianggap tidak sopan oleh pria tersebut, jadi gadis itupun memutuskan untuk tetap di sana, menunggu Andrew pergi lebih dulu ke bagian yang lebih jauh lagi dari peternakan sapinya, tetapi yang terjadi justru Andrew juga berdiam di posisinya sama seperti Daniella.
'Kenapa dia tidak pergi?! Astaga, apa aku melakukan kesalahan lagi?! Aku tidak akan pergi sebelum dia pergi, aku tidak mau kalau sikapku semakin buruk dalam opininya hanya karena aku pergi meninggalkannya dan kembali ke bibi Karen dan bibi Daisy. Sial, ini benar-benar sangat merepotkan,' keluh gadis tersebut di dalam hatinya.
Uniknya, selain sama-sama terdiam di posisi masing-masing, mereka berdua juga sama-sama tidak saling menatap satu sama lain. Ya, selama saling terdiam seperti itu, keduanya menatap ke sembarang arah karena alasan yang sama: untuk menghindari terjadinya aksi saling bertatapan di antara keduanya.
Untuk Daniella, alasan lebih rincinya adalah ia tidak ingin merasa ketakutan lagi dan membuat detak jantung serta pernapasannya menjadi sangat kencang karena menatap wajah Andrew yang dingin itu, lagi pula akan sangat aneh jika berdiam disana sambil menatap wajah sang pria sementara tidak ada hal lain lagi yang ingin dibicarakannya dengannya, oleh karena itulah Daniella memilih untuk melihat ke sembarang arah terkecuali ke Andrew. Sesekali gadis tersebut juga bersiul. Keringatnya sudah sangat banyak, padahal ia belum lanjut bekerja lagi, berdiri dibawah teriknya panas Matahari sejak tadi membuatnya mulai merasa sangat jengkel kepada Andrew sekarang sebab dialah penyebab dari hal itu.
Sementara Andrew sebenarnya masih ingin berbicara kepada Daniella, dirinya memiliki sebuah hal untuk dikatakan kepada sang gadis, namun pria itu merasa bingung bagaimana cara mengatakannya tanpa ada janggalan-janggalan akan rasa apapun, Andrew ingin mengatakan hal tersebut kepada Daniella tanpa ada beban dari perasaan apapun, dan sekarang penghalang terbesar untuknya adalah kegengsian, itulah kenapa dia masih terdiam di posisinya saat ini.
'Sialan, kalau seperti ini terus aku akan terpanggang, aku juga harus lanjut bekerja, dan aku sudah mengeluarkan sangat banyak keringat hanya karena berdiri mematung seperti ini, aku tidak memiliki pilihan lain selain mengakhiri semua ini, aku harus kembali bekerja, semoga saja ini bukan langkah yang salah,' pikir Daniella.
"Pak, maaf, saya ... saya kembali bekerja, ya, Pak, pe-permisi," ucap gadis itu selang 3 detik kemudian kepada Andrew. Setelahnya, Daniella yang sudah dibanjiri akan keringatnya sendiri berniat untuk langsung pergi dari sana dan kembali kepada Karen serta Daisy, namun pada saat dirinya baru saja berbalik badan, secara mengejutkan Andrew menahannya untuk pergi.
"Eh, tunggu!" ujar Andrew dengan sedikit berseru.
"Ya, Pak?" Daniella langsung menyahuti pria tersebut dan kembali menghadap ke dia.
"Uh ..." Andrew yang belum berhasil mengusir rasa gengsinya mau tidak mau harus mengatakan hal yang dia ingin katakan kepada Daniella itu sekarang juga, ia sudah tidak memiliki waktu lagi.
"Aku ... aku masih belum menjelaskan alasanku meminta maaf kepadamu tadi," lanjut sang pria.
Daniella langsung berusaha untuk mengingat permintaan maaf Andrew kepadanya yang terjadi beberapa menit sebelumnya, dan tentu saja gadis itu hanya butuh waktu yang singkat untuk mengingatnya.
"Uh ... baik, Pak, saya ... saya akan ... mendengarkan," kata Daniella sebagai respon untuk Andrew, dia mengatakannya dengan beberapa jeda kecil.
"Aku ... aku meminta maaf kepadamu karena aku tidak mengacuhkanmu tadi, aku diam ketika kau mengajakku berbicara dengan sangat baik, kurasa tidak seharusnya aku bersikap seperti itu kepada orang yang tidak mengetahui bagaimana standar sikap yang sopan dan baik untukku, aku cukup keterlaluan tadi, jadi ... sekali lagi, maafkan aku," jelas Andrew, tentunya dia menjelaskan alasan dibalik permintaan maafnya kepada Daniella itu dengan menatap wajah si gadis, karena memang begitulah cara yang benar untuknya.
'Apa yang baru saja aku dengar?! Pria ini ... dia ... dia tidak sekejam itu,' pikir Daniella, gadis tersebut menatap Andrew dengan tatapan sedikit takjub sekarang.
'Dia bahkan tidak gengsi untuk meminta maaf kepadaku yang hanya anak buahnya?' sambung sang gadis.
'Tapi ... itu bukan berarti dia bukanlah orang yang sudah membunuh istrinya, bukan? Aku tidak bisa menganggapnya sebagai orang baik hanya karena hal sekecil ini.' Dengan pemikiran akhir yang seperti itu, Daniella akhirnya berhenti menatap Andrew dengan tatapan takjub, tak tersisa sedikitpun ketakjuban di dalam tatapannya kepada pria tersebut sekarang.
"Ah ... hahaha, tidak apa-apa, Pak, itu bukan sebuah hal yang harus membuat Bapak meminta maaf kepada saya, tidak apa-apa, saya sudah paham dengan situasinya," ujar Daniella kepada Andrew.
"Kau yakin itu tidak apa-apa?" Andrew memastikannya kepada Daniella.
"Ya, tentu saja, Pak," jawab gadis itu dengan mantap. Usai mendengar jawaban Daniella, Andrew pun menghembuskan napas leganya dan terlihat lebih tenang sekarang.
"Baiklah, sekarang, mari kita lanjutkan pekerjaan kita masing-masing, waktu berjalan terus, sudah cukup berjemurnya," kata Andrew.
"Ah, iya, benar sekali, Pak," sahut Daniella. Andrew lantas tersenyum kepada gadis itu sebelum pergi menjauhinya, berjalan menuju bagian yang lebih jauh dari peternakan sapinya. Senyumannya tentu saja membuat sang gadis terkejut karena ia tidak menyangka kalau Andrew akan tersenyum kepadanya. Daniella pun langsung membalas senyuman tersebut dengan senyuman terbaiknya.
'Pertama dia jadi lebih banyak berbicara, dan tiba-tiba dia tersenyum kepadaku, bagaimana bisa dia adalah sosok yang dingin dan ramah disaat yang bersamaan?' gadis itu bertanya-tanya di dalam hatinya.
'Oh, tunggu dulu, jadi alasan dia mematung tadi adalah karena dia sedang menjemur dirinya sendiri?! Dan dia juga sebenarnya memang sengaja menjemur kudanya?! Huft, kenapa aku tidak menyadarinya sejak tadi?!'