Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 16 - Bab 15

Chapter 16 - Bab 15

Fajar menyingsing, membangunkan Gisel yang tidur tepat disebelah jendela. Gisel lalu pergi ke kamar kecil untuk sekedar mencuci muka. Gisel menatap pantulan wajahnya sebentar hingga Ia mendengar suara cekikikan tawa anak kecil di kebun.

"Hayo Ido kamu lari kemana? Kakak kepung loh." terlihat Bastian yang asik bermain bersama Ido dan Ita sedangkan Nayara membantu ibu Ido memetik beberapa sayuran.

"Pagi Ido Ita," sapa Gisel.

"Pagi kak. Kakak baru abis boker ya?" Canda Ido.

"Heh enak aja! Cuma cuci muka tadi," bantah Gisel.

"Kita kapan balik ke perkemahan?" Tanya Gisel kepada Bastian.

"Kak Nicholas tadi udah hubungi pihak sekolah. Maybe nanti sore mereka jemput kita disini," jawab Bastian.

"Yang lainnya pada kemana? Kok tadi Gue bangun pada sepi," tanya Gisel.

Gisel yang paling terakhir bangun tadi. Disaat yang lainnya sudah menjelajah Desa Alasangker dirinya masih menjelajah alam mimpi wkwk.

"Mereka lagi jalan-jalan. Gue sama Nayara mutusin buat nungguin Lo, lagian Lo tidur apa ngebo sih? Lama amat," omel Bastian.

"Gimana kalau kita susul yang lainnya?" Tanya Gisel sambil mendekat kearah Nayara yang sedang mencuci beberapa sayuran bersama ibu Ido.

"Gue mau stay disini aja deh. Bantuin emak," jawab Nayara.

Gisel lalu menganggukan kepalanya. Ia, Bastian, Ido dan Ita akhirnya pergi dari gubuk dan menyusul teman mereka.

"Kok gak ikut mereka nak?" Tanya ibu Ido kepada Nayara.

"Bantuin emak aja lebih asik," jawab Nayara masih fokus terhadap sayuran didepannya.

"Seharusnya kamu lihat-lihat sekitar. Siapa tahu ini kali terakhir kamu kesini," kata ibu Ido.

"Emak kok ngomongnya gitu? Aku pasti kesini lagi kok," jawab Nayara lembut.

"Nak emak mau nanya boleh?" Tanya ibu Ido lalu meletakan sayuran diatas meja. Kini mereka sudah ada didapur.

"Nanya apa mak?"

"Apa bener kamu mau nyekolahin Ido sama Ita? Gimana caranya?" Tanya ibu Ido bingung.

Nayara tersenyum lalu memegang pundak ibu Ido, "Orang tua saya punya perusahaan amal namanya Sheri Asosiation. Nah papa sama mama orangnya memang suka sedekah gitu, jadinya saya sama kakak-kakak saya agak ketularan," jawab Nayara.

"Kakak-kakak kamu kelas berapa nak?" Tanya ibu Ido.

"Sebenarnya kakak saya yang kembar itu mak. Cuma saya ga mau temen-temen saya tahu kalau kita itu saudara," jawab Nayara.

"Kalian gak akur? Ga boleh kaya gitu. Seburuk-buruknya saudara mereka lah yang paling pertama membantu kamu," kata ibu Ido. Pantas saja Ido sering mengatakan kalimat bijak. Ternyata turun temurun dari emaknya.

"Bukan gitu mak. Waktu SD banyak yang minta dijodohin sama kakak saya. Jadinya saya agak risih. Saya juga gamau temen-temen saya pacaran sama kakak-kakak saya," jawab Nayara sambil tersenyum.

"Owh ternyata gitu. Maaf emak salah sangka hehe," kata ibu Ido.

"Gapapa mak, sekarang kita mau masak apa?" Tanya Nayara.

"Kita bakal masak sayur bening sama ikan goreng," jawab ibu Ido sambil menyiapkan segala alat masak.

"Ikan? Emang ada?" Tanya Nayara.

Tepat setelah Nayara bertanya munculah Jesse dengan 5 ekor ikan kakap bersama Wulan yang membawa beberapa belut.

"Nih ikan," kata Jesse menunjukan senyum manisnya kepada Nayara.

"Owh iya mak, kita tadi dikasih banyak belut," heboh Wulan.

"Wah kalian suka belut?" Tanya ibu Ido kepada mereka bertiga.

"Saya mah apa aja masuk mak," jawab Wulan diiringi gelak tawa.

"Eh sebentar, emak lupa. Emak mau beli micin dulu diwarung sebelah," kata ibu Ido. Nayara segera menahan ibu Ido.

"Dimana mak warungnya? Biar saya aja yang beli," kata Nayara.

"Gue ikut Lo," kata Jesse dan disetujui oleh Nayara.

"Yaudah ini uangnya, hati-hati ya nak," ibu Ido menyerahkan uang sepuluh ribuan kepada Nayara. Nayara ingin membayar namun Ia lupa membawa uang cash. Pikirnya pasti tidak akan terpakai.

****

"Woii Bastian! Sini Lu!" Teriak Rendi dari pinggir sungai.

"Bentar!" Jawab Bastian lalu segera menyusul yang lainnya.

"Widih banyak bener ikannya," heboh Gisel saat melihat ikan yang mereka tangkap sudah banyak.

"Kak Ita juga mau mencing," kata Ita mendekat ke arah Nicholas.

"Sini duduk," kata Nicholas sambil menepuk-nepuk pahanya. Ita lalu duduk dipangkuan Nicholas.

"Yang ciwi-ciwi pada kemana nih?" Tanya Gisel saat sadar Ia sendiri perempuan.

"Tuh lagi selca," jawab Reihan sambil menunjuk ke sebuah kebun.

"Gue kesana ya, bye-bye," Gisel lalu segera menyusul para gadis.

"Jesse siapanya Nayara?" Tanya Nathan kepada William.

"Temen doang kak," jawab William. Sepertinya William tak tertarik membahas tentang pria yang bernama Jesse.

"Temen-temen Nayara ga ada yang tahu kalo gue kakaknya Nayara. Cuma Lo doang yang tahu," jawab Nicholas ikut bergabung.

"Ha?" William masih bingung dengan perkataan Nicholas.

"Gue pingin Lo jagain Nayara. Nayara gampang jatuh cinta cuma dengan perlakuan baik seseorang," lanjut Nathan.

"Kalau Lo bener-bener cinta perjuangin. Gue lebih suka Lo yang dampingin Nayara," jawab Nathan lagi.

William tertegun lalu sebuah senyuman muncul diwajahnya.

"Nay udah jadi belum makanannya?" Tanya Andre saat Nayara dan Jesse beserta Wulan menghampiri mereka.

"Udah tu. Ayo kalian makan," kata Wulan.

"Yang lain mana?" Tanya Jesse.

"Tuh selca," jawab Reihan sambil merapikan alat pancingnya.

Mereka semua akhirnya menghampiri para gadis yang sedang asik berfoto. Kecuali Nayara, Nicholas, dan Nathan yang memilih untuk langsung kembali ke gubuk.

"Woi ayo makan! Foto mulu!" Teriak Andre.

"Berisik babi! Bentar," jawab Freya.

"Astaga kak galak banget jadi cewek," kata Bastian sambil mengelus dada.

"Ayok kita balik biar gak kesiangan sarapannya," ajak Raya.

"Gimana keadaan Lo kak?" Tanya Nayara kepada Nathan.

"Kayak yang Lo lihat Gue ok ok aja," jawab Nathan enteng.

"Lo kemarin ngapain sama temen Lo itu? Dia bukan kak Bella kan?" Tanya Nayara lagi.

"Ck! Emang kebiasaan Gue kalo sakit dipeluk Freya langsung sembuh," jawab Nathan lagi.

"Kalo gak dipeluk emang gak sembuh?" Tanya Nayara lagi.

"Gak," jawab Nathan singkat.

"Pantesan setiap Lu sakit keluyuran mulu. Kerumah temen Lo ternyata," kata Nayara.

"Lo punya hubungan apa sama Jesse?" Kini giliran Nathan yang bertanya.

"Menurut Lo?" Tanya Nayara balik.

"Kok malah nanya balik? Gue nanya," protes Nathan.

"Calon pacar maybe hehe," kata Nayara.

"Lo udah gasuka sama Bastian?"

"Gatau, ah pusing Gue! Jangan tanya masalah suka-sukaan deh! Hadehh," kata Nayara yang langsung berjalan meninggalkan kedua kakaknya.

"Gimana Will?" Tanya Indah kepada William.

"Gimana apanya?" Tanya William balik.

"Tentang Lo, Bastian, Nayara, sama Gisel. Tentang kemarin," kata Indah.

Indah sengaja mengajak William berjalan paling belakang. Ia bertujuan untuk membantu ke empat anak itu untuk keluar dari masalah mereka.

Kembali pada saat Indah dan William menunggu bantuan.

"William bener yang dibilang sama Andre?" Tanya Indah dengan tatapan serius.

William hanya menghiraukan ucapan Indah. Dia sedang tidak mau memikirkan masalah itu.

"Bener berarti," kata Indah dengan nada mengejek.

"Gak nyangka Gue. Gue kira selama ini Lo tulus sayang sama Gisel," lanjutnya.

"Lo udah mainin hatinya Gisel!" Pekik Indah.

William masih diam. Ia mendengar namun enggan untuk menjawab. Biarkan William berpikir sejenak. William juga ingin meluruskan masalah ini, Ia ingin Gisel dan Nayara berteman seperti dulu. Ia ingin agar Nayara tidak menjauhinya.

"Kalau Lo emang-."

"Indah stop!" Bentak William.

Indah memandang William sebentar. Melihat mata William yang sudah memerah menandakan bahwa laki-laki itu sedang menahan air matanya.

"Gue tahu Gue salah! Biarin Gue yang nyelesaiin! Lo gausah ikut campur!" Bentak William.

Mereka berdua lalu diam, sibuk bergulat dengan pikiran masing-masing.

"Jangan bilang Lo mau nyelesaiin sendiri lagi kaya kemarin?" Kata Indah sambil berjalan mengikuti William.

"Denger ya Will, kalau Lo emang bener-bener suka sama Nayara kejar Nayara jangan Gisel. Lo harus tahu apa yang Nayara suka, dan yang paling penting gimana cara Nayara ngelihat Lo," kata Indah.

"Cara Nayara ngelihat Gue? Maksud Lo?" Tanya William bingung.

"Gini-gini, kalau Nayara ngelihat Lo sebagai cowok lima puluh persen kemungkinan dia bakal suka sama Lo. Kalau dia ngelihat Lo sebagai temen ya terjebak friendzone deh," kata Indah.

"Menurut Lo Nayara mandang Gue gimana?" Tanya William.

"Gue gatahu, oh ya satu lagi. Nayara bisa jadi nganggep Lo cuma sebagai anak dari partner kerja orang tuanya," jawaban Indah kali ini membuat William sakit hati.

"Anak partner ya? Haha," tawa William terdengar dipaksakan.

"Yang dibelakang cepetan! Pacaran mulu kalian!" Teriak Freya menyadarkan mereka berdua.

"Uwah banyak banget makanannya mak," teriak Ido heboh.

"Makan yang banyak ya anak-anak," kata ibu Ido.

Mereka makan dilantai ruang tamu. Hanya beralaskan daun pisang sebagai piring, menambah rasa persatuan diantara mereka.

"Kak Sandrina udah baik-baik aja kan?" Tanya Ita kearah Sandrina.

"Cuma tinggal dikit kok. Tapi belum bisa jalan," jawab Sandrina.

Andre menatap tidak suka kearah Sandrina. Gisel yang melihat Andre menatap Sandrina langsung menyenggol lengan Andre.

"Nanti Gue dengerin penjelasan Lo bareng sama Nayara," kata Gisel berbisik. Andre menatap Gisel dengan senyuman tulus.

"Woi ngapain Lu senyam senyum ke arah Gisel?!" Pekik Bastian membuat Andre kaget.

"Wajar dong! Dari pada senyumin Elu," kata Andre.

Semua orang tertawa mendengar candaan Andre dan Gisel. Hingga Rendi menghentikan semua orang.

"Eh eh bentar-bentar Gue ada pengumuman," kata Rendi disela-sela kegiatan makan mereka.

"Penting gak?" Tanya Reihan sambil menyuapkan nasi kedalam mulutnya.

"Gausah deh mending. Capek Gue denger pengumuman," canda Tiara.

"Yaudah gajadi!" Kata Rendi kesal.

"Baperan Lu! Cepet mau ngumumin apa?" Tanya Reihan.

"Ini nih penting banget, menyangkut masa depan Gue! Gue..."

"Cepetan elah! Gue juga mau ngasih pengumuman nih," kata Reihan ikut-ikutan.

"Gue lebih penasaran sama beritanya Reihan. Cepet Rei kasih tahu!" Kata Bastian heboh.

"Nanti deh hehe," kata Reihan mengundang cemoohan dari teman-temannya.

"Yee kuda lumpia!" Teriak Bastian.

"Kalo gitu Gue juga nanti aja deh," kata Rendi. Namun respon semuanya hanya diam.

"Kok pada diem? Temen sialan!" Oceh Rendi mengundang satu pukulan halus dilengannya.

"Sayang ada anak kecil!" Bentak Wulan.

Seketika semuanya terdiam mencoba mencerna kata 'sayang' yang keluar dari mulut Wulan.

"Kalian jadian?" Tanya Gisel.

Wulan dan Rendi serempak menganggukan kepalanya.

"Owh ga heran sih. Btw ikan gorengnya enak bu, rasa ayam goreng," kata Bastian.

"Gini amat punya temen! Lagian mana ada ikan goreng rasa ayam goreng!" Teriak Rendi.

"Kita udah tahu kali dari gerak gerik kalian. Kemana-mana selalu berdua, tidur pun kalian peluk-pelukan! Emang ini rumah kalian?" Sewot Reihan.

"Heh udah-udah biasanya orang tu kalau makan diem jangan banyak omong! Nanti keselek mampus Lo semua," omel Gisel.

"Uhuk uhuk uhuk Air uhuk," setelah Gisel berkata seperti itu Jesse malah keselek akibat tulang ikan.

"Kok malah Jesse sih yang keselek? Padahal dari tadi dia diem," kata Tiara mengambilkan segelas air untuk Jesse.

Nayara menepuk-nepuk punggung Jesse yang membuat William merasa panas.

"Nak makan jangan ribut," kali ini ibu Ido yang angkat bicara. Mungkin Ia lelah tertawa akibat kelakuan para remaja ini.