Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 15 - Bab 14

Chapter 15 - Bab 14

"Gue mau kekamar mandi bentar ya," kata Gisel.

"Emang ada kamar mandi?" Tanya Bastian.

"Tuh ada warung. Siapa tahu ada, Gue kesana bentar ya," Gisel segera berlari ke arah warkop yang ada didekat sana.

Sambil menunggu mereka memilih untuk duduk dipinggir jurang yang tidak terlalu dalam.

"Will Gue takut banget," kata Sandrina sambil memegang lengan William erat.

"San lepasin tangan Gue. Berat," kata William.

"Gue berat?" Tanya Sandrina kaget.

"Bukan Lo nya. Gue bawa tas, ditambah Lo gelantungan di tangan Gue, sakit," kata William dengan wajah memelas.

"San! Lo gausah banyak drama deh! Jujur! Lo kan yang sebenarnya ngejebak Nayara?" Kata Andre tiba-tiba dengan sorot mata tajam.

"Maksud Lo? Apa-apaan sih!" Kata Sandrina sedikit panik.

"Lo yang sebenarnya nyebarin gosip tentang orang tua nya Gisel. Lo iri sama Nayara kan? Lo suka William tapi William suka sama Nayara!" Sambung Andre.

Sandrina sedikit terlihat panik. Ia membantah segala tuduhan Andre dengan berbagai macam alasan.

"William Lo suka Nayara dan bukan Gisel kan? Dan Lo Bastian! Lo suka Gisel bukan suka Nayara! Gisel sama Nayara jadi korban dari keegoisan kalian bertiga!" Kata Andre.

Bastian dan William terdiam. Mereka tidak bisa menjawab pertanyaan Andre karena semua yang dikatakannya adalah fakta. Fakta bahwa mereka mengikut sertakan dua gadis yang tulus menyayangi mereka.

"Andre dari mana Lo tahu kalau itu Sandrina?" Tanya Indah yang masih tidak percaya.

"Gue diem-diem ngehack akun sekolah kita. Dan Nayara gak ikut gabung. Gue yakin kalau akun palsu itu punya Sandrina karena alamat rumahnya cocok," jelas Andre.

"Lo salah! Itu bukan Gue!" Kata Sandrina tetap membantah.

"Bukan Gue! Gue! Gue gak salah! Lo salah Andre!" Kata Sandrina sambil memukul-mukul dada Andre.

"Sandrina sakit!" Sandrina tak sengaja melihat Gisel. Sandrina langsung lompat ke jurang untuk mengelabui Gisel.

Gisel yang melihat Andre mendorong Sandrina langsung lari kearah mereka.

"Andre ngapain Lo dorong Sandrina?!" Teriak Gisel.

"Nggak Sel Gue bisa jelasin. Lo dijebak sama Sandrina!" Kata Andre berusaha menjelaskan.

"Jelasin apa lagi? Jelas-jelas Gue lihat Lo dorong Sandrina!"

"Will, Bas jelasin ke Gisel apa yang udah kalian lakuin," kata Andre dengan tatapan memohon. Namun William dan Bastian hanya menundukkan kepala mereka.

"Gisel Sandrina udah jebak Lo. Mereka berdua juga," kata Indah membela sahabatnya.

"Kalian berdua bener-bener!" Gisel lalu berjalan menuruni jurang mencari Sandrina yang sudah terkapar lemas.

Mau tidak mau yang lainnya juga ikut menghampiri Gisel kecuali William dan Indah. Yang memilih untuk mencari bantuan.

"Fey dingin," kata Nathan sambil memeluk tas nya.

Freya sudah tahu Nathan akan demam saat ini. Freya, Nicholas, dan juga Raya ikut menemani Nathan. Mereka ber-empat sengaja menjauh dari rombongan.

"Dibilangin Lo sih! Nyusahin banget jadi anak!" Kata Freya.

"Dingin," hanya itu satu-satunya kata yang sanggup diucapkan Nathan.

"Nathan bertahan sebentar lagi. Gue coba cari signal," kata Raya sambil mengangkat Handphone nya tinggi-tinggi.

"Gimana Ray ada signal gak?" Tanya Nicholas.

"Gak ada Nik. Susah signal," kata Raya sambil mengutak-atik Handphonenya.

"Fey buka baju Lo," kata Nathan.

"Hah?!" Nicholas, Raya, dan Freya kaget mendengar ucapan Nathan. Mana mungkin Freya membuka baju ditempat umum seperti ini. Walaupun di hutan tapi bisa saja ada pendaki lain kan?

"Gila Lo Nath! Makanya kalau dikasih tahu jangan ngeyel! Nyusahin kan," omel Freya.

"Dingin Fey," kata Nathan dengan mata sayu.

"Gabisa Nathan! Freya cewek!" Pekik Raya.

Nicholas dengan cepat membuka jaketnya lalu segera menyelimuti Nathan.

"Perjalanan masih jauh Gue coba cari rumah warga deket-deket sini. Fey Gue titip Nathan," kata Nicholas.

"Gue juga ikut cari," Raya dan Nicholas lalu segera meninggalkan Freya dan Nathan ditengah hutan.

"Jangan tutup mata Lo Nath!" Kata Freya sambil menggosok-gosok tangan Nathan.

Beberapa lama berjalan Raya dan Nicholas akhirnya menemukan sebuah gubuk tua. Mereka lalu mendekat kearah gubuk tua itu.

"Ihh Nik jangan disini ya? Nanti ada kanibal lagi," kata Raya namun tetap mengikuti Nicholas.

"Permisi. Kami butuh bantuan," kata Nicholas didepan gubuk tua itu.

Tak berselang lama keluarlah dua anak kecil dan seorang wanita paruh baya.

"Iya ada apa nak?" Tanya wanita itu.

"Misi buk, saudara saya demam apa boleh saya ajak kesini?" Tanya Nicholas to the point. Karena sudah sangat khawatir dengan kondisi Nathan.

"Ayo bawa aja kesini. Dimana dia nak?" Tanya wanita paruh baya itu.

Nicholas dan Raya segera menyusul Nathan dan juga Freya. Mereka membawa Nathan ke gubuk tua itu.

"Ini teh hangat diminum dulu," kata wanita itu sambil menyajikan beberapa cangkir teh.

"Terima kasih bu," kata Nicholas.

Nicholas kembali lagi untuk menjemput Nathan dan Freya.

"Gimana Nik? Ada?" Tanya Freya.

"Ada, deket sini. Biar Gue yang gendong Nathan."

Mereka bertiga lalu pergi ke gubuk tua itu. Disana, Nathan sudah di berikan teh hangat dan juga selimut hangat.

"Kakak-kakak semua pasti dari SMA Semesta kan?" Tanya anak perempuan.

"Kok kamu tahu?" Tanya Raya lembut.

"Tadi ada kakak perempuan cantik plus baik bilang kalau dia dari rombongan SMA Semesta," sambung anak perempuan itu.

"Oh ya? Siapa nama kakaknya?" Tanya Raya lagi.

"Kita ga dikasih tahu. Katanya kalau ketemu lagi bakal dikasih tahu," kata anak perempuan itu.

"Nama kamu siapa dek?" Tanya Freya penasaran.

"Nama aku Ita nama dia Ido. Kita kembar," kata anak perempuan yang ternyata adalah Ita. Anak kecil yang bersama Nayara tadi.

"Kakak juga kembar loh sama kakak yang sakit tadi," jawab Nicholas.

"Jangan-jangan kakak yang dimaksud sama kakak tadi lagi. Dia juga bilang punya kakak kembar," jawab Ido semangat.

"Kakak tadi janji bakal nyekolahin kita, yakan?" Kata Ita lalu diangguki oleh Ido.

Awalnya Nicholas ragu jika yang dimaksud oleh kedua anak itu adalah Nayara. Namun sekarang Ia yakin kalau Nayara lah orangnya.

"Dia baik banget ya mau nyekolahin kamu," kata Raya.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu didepan rumah mengagetkan mereka. Nicholas bangkit lalu membuka pintu. Nicholas kaget karena yang datang adalah kelompok Nayara, sambil membopong gadis yang sudah dilumuri darah.

"Astaga kalian kenapa?" Teriak Nicholas didepan pintu.

Dengan cepat Sandrina dibawa masuk dan diobati lukanya oleh ibu Ido. Setelah selesai diobati, Sandrina diminta untuk istirahat disebelah kamar Nathan, tepatnya dikamar Ido dan Ita.

"Kenapa kalian bisa disini?" Tanya Nicholas kepada William.

Flashback

"William! Ngapain Lo disini? Yang lain mana?" Tanya Reihan yang kebetulan lewat bersama dengan Tim 2 tak lama setelah Sandrina jatuh.

William melihat kearah bawah, sudah terlihat Gisel berlumuran darah Sandrina.

"Astaga Gisel! Bastian!" Pekik Nayara.

Tanpa berfikir dua kali Nayara langsung berlari menuruni jurang yang tak terlalu curam tepatnya kearah Gisel. Reihan, Rendi, Tiara, William, dan Indah ikut mendekat kearah Gisel juga.

"Gisel! Lo gapapa? Mana yang sakit?" Tanya Nayara sambil menyentuh tangan Gisel perlahan.

Gisel melihat ke mata Nayara, melihat sebuah kekhawatiran layaknya orang tua yang takut anaknya kenapa-napa.

"Gisel jawab! Lo gapapa?" Teriak Nayara tepat didepan wajah Gisel.

Gisel terlonjak dan menggelengkan kepalanya. Nayara langsung membawa Gisel kepelukannya.

"Gue ga kenapa-napa Nayara. Sandrina yang luka," Perkataan Gisel membuat semua orang tersadar dari lamunannya. Lalu segera membantu Sandrina dan menemukan gubuk tua didekat sana.

Flashback off

"Kamu gapapa Nay?" Tanya Nicholas panik.

Nathan yang masih mencoba memulihkan tenaganya langsung bangkit setelah mendengar nama Nayara.

"Nay Lo gapapa?" Tanya Nathan yang masih sakit.

"Gue gapapa lepas," Nayara masih bersikap dingin agar tak ketahuan jika mereka bertiga memilki hubungan darah.

"Nathan Lo masih sakit cepet masuk lagi!" Perintah Freya. Nathan dengan terpaksa masuk kembali kedalam kamar.

Setelah semuanya tenang dan keadaan juga sudah terkendali. Diam-diam Nicholas bertemu dengan Nayara diteras rumah.

"Jelasin ke kakak, kelompok kamu kenapa?" Tanya Nicholas sambil melihat kearah Nayara.

Nayara menceritakan kejadian dari awal sampai akhir. Nicholas menarik nafas lega karena adiknya aman.

"Tadi kamu ketemu Ido sama Ita ya?" Pertanyaan Nicholas membuat Nayara kaget.

"Kok kakak bisa tahu mereka?" Tanya Nayara penasaran.

"Ini rumah mereka. Kamu juga janjiin sekolah kan? Anak baik," kata Nicholas sambil mengecup kening adiknya.

"Loh? Kakak roti!?" Pekik Ido didepan rumahnya.

"Hai Ido Hai Ita," sapa Nayara ramah.

"Wah ketemu lagi yeay," kata Ita gembira.

"Kalian ngapain malem-malem main ditengah hutan? Bahaya tahu," kata Nayara.

"Kita bantuin orang-orang kak. Kayak temen kakak itu," jawab Ido.

Nayara sekali lagi tersentuh dengan ucapan Ido. Nayara lalu mengacak rambut Ido dan Ita bergantian.

"Oh iya, kalian inget gak kakak bilang kakak punya saudara kembar?" Tanya Nayara dan diangguki oleh Ido dan Ita.

"Nah ini kakak pertama terus kakak yang satunya didalem masih sakit. Tapi kalian harus rahasiain ini ya, jangan dikasih tahu siapa siapa. Shhtt!" Kata Nayara dan diangguki oleh mereka berdua lagi.

"Anak-anak ayo masuk kedalem udah malem," kata ibu Ido. Dengan cepat mereka ber-empat masuk bersama-sama.

"Kalian mendingan nginep disini dulu aja sampe besok ya? Besok ibu carikan bantuan," kata ibu Ido.

"Kira-kira pos 1 jauh gak dari sini?" Tanya Nayara.

"Pos 1 jaraknya 12 km dari sini nak. Kamu mau kesana?" Tanya ibu Ido khawatir.

"Ngadi-ngadi Lo Nay! Jangan gila!" Bentak Bastian.

"Tapi kita juga gabisa nunggu sampai besok. Demam kak Nathan tinggi, Sandrina lukanya harus ditangani lebih lanjut," jawab Gisel.

"Gue bakal temenin Nayara kalau emang Nayara mau ke pos 1," kata Jesse angkat bicara.

"Gue juga," jawab William.

"Jangan nak, bahaya! Udah jam 8 nanti kalian kenapa-napa," kata ibu Ido mencoba mencegah Nayara.

"Kak, kata emak malem-malem banyak vampir tahu," perkataan Ita sukses membuat Nayara terdiam.

Hal yang paling ditakuti Nayara, Vampir dan zombie. Nayara kembali duduk di tempat duduknya semula. Nicholas yang melihat Nayara hanya tersenyum gemas.

"Gajadi Nay?" Tanya William. Namun Nayara hanya diam.

"Udah besok aja. Besok kakak yang berangkat pagi-pagi nyari bantuan oke?" Kata Nicholas menenangkan semuanya.

Akhirnya mereka semua memutuskan untuk bermalam di rumah Ido.

Hari sudah menjelang malam, Gisel pergi ke kebun belakang rumah Ido. Kebunnya tampak terawat dan indah. Gisel berdiri sambil memandang bintang-bintang. Tersenyum karena melihat keindahan mereka.

"Gisel," terdengar suara yang familiar di telinga Gisel. Gisel membalikan tubuhnya menghadap ke orang yang memanggil namanya.

"Eh Nay," kata Gisel kikuk.

"Gue...," kata keduanya bersamaan.

"Lo duluan," kata Gisel lalu diangguki Nayara.

"Beruntung banget bukan Lo yang jatuh," kata Nayara.

"Maafin Gue tentang yang waktu ini," kata Gisel.

Nayara memandang hangat mata Gisel. Melihat cairan bening yang keluar dari mata Gisel.

"Gapapa Gisel. Jangan nangis," kata Nayara.

"Maafin Gue Nay," kata Gisel tak kuasa menhan tangisnya.

"Nggak Gue yang minta maaf," kata Nayara.

Mereka lalu menatap satu sama lain. Lalu tertawa bersama. Tanpa mereka sadari ada dua laki-laki yang sedang menatap bahagia kearah mereka berdua.

"Ekhem! Gak ngajak baikan nih?" Tanya Bastian berjalan mendekat kearah dua gadis itu diikuti William.

"Maafin Gue Nay," satu kata dari Bastian membuat Nayara terdiam.

"Lo belum tidur?" Tanya Gisel disebelah telinga Bastian.

"Sialan Lu! Budek Gue!" Kata Bastian.

"Oh iya Nay, Jesse pacar Lo bukan?" Tanya Gisel. Nayara hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Gisel.

"Maybe soon," kata Nayara sambil tersenyum.

"Ga suka Gue lagi nih? Yah Nay," kata Bastian bernada manja.

"Astaga Naya kita udah gede Bas," kata Gisel loncat-loncat kegirangan.

Hanya William yang tidak gembira. William kesal karena Nayara malah jatuh cinta ke orang lain bukan ke dirinya.

"Tapi menurut Gue Lo cocok sih sama Jesse. Jesse kayaknya ketua voli deh?" Kata Gisel.

"Oh ya? Gue gak tahu. Baru kemarin kita ketemu soalnya," kata Nayara tersipu.

Selama tiga jam mereka bertiga bercanda diluar. Dan tentu saja William hanya menanggapi dan tersenyum seadanya saja.

Menikmati malam bersama sahabat memanglah asik bukan? Sepertinya masalah mereka sudah diselesaikan.