Kini sudah waktunya untuk acara api unggun. Nicholas menyalakan api di bantu oleh Raya.
"Sini Ray biar Gue aja," kata Nicholas mengambil alih kayu yang dipegang Raya.
"Wah asik banget gila pertama kali Gue ikutan acara begini," kata Tiara.
"Serius Lo baru pertama kali?" Tanya Reihan dengan tatapan mengejek.
"Iya! Emang kenapa? Masalah?" Teriak Tiara tak terima.
"Sama Gue juga kok," kata Reihan sambil tertawa.
Tiara memukul bahu Reihan membuat Reihan mengaduh kesakitan. Teman-teman yang lain yang melihat interaksi mereka hanya bisa tersenyum sambil sesekali menertawakan Reihan.
"Heh heh udah udah jangan diterusin," kata Rendi memisahkan keduanya.
Mereka semua duduk melingkari api unggun sambil sesekali bernyanyi dan memainkan game.
"Mari kita sambut couple goals SMA Kejora! Nathan Ganendra dan Bella Calista!" Teriak salah satu anggota OSIS dan disambut dengan tepuk tangan meriah dari semua orang.
Nathan dengan setelan jas dan Bella dengan dress putih tampak serasi berjalan menuju tengah.
"Ada acara gininya ya ternyata. Berasa jadi tamu diacara nikahan Gue," kata Tiara sambil memotret wajah Nathan.
Bastian membayangkan bagaimana Ia dan Gisel berada diposisi itu. Bergandengan tangan layaknya pasangan yang akan menikah. Tanpa sadar Bastian tersenyum sambil menundukkan kepalanya.
"Nah sekarang kita akan memilih pasangan lain lagi yang akan berdansa menemani couple goals kita malam ini," kata pembawa acara.
Seluruh siswa heboh ingin maju namun tak memiliki pasangan. Jesse mengangkat tangannya lalu berdiri dari tempat duduknya.
"Nah Iya kamu cowok yang pake baju hitam. Sini kedepan sama pasangan kamu," kata pembawa acara.
Jesse berjalan kearah Nayara menatap lekat gadis yang duduk dibawahnya. Perlahan Jesse mengulurkan tangan Nayara menuntunnya untuk bergabung dengannya. Nayara menerima uluran tangan Jesse dan berjalan mengikuti laki-laki yang membuatnya jatuh hati setelah disakiti oleh Bastian.
William yang melihat kejadian itu segera menarik tangan Sandrina kasar. Menarik pinggang Sandrina dan berdansa dengannya. Sandrina terlihat senang karena sudah berhasil mendapatkan hati William pikirnya.
Ketiga pasangan itu menari dibawah rembulan layaknya lampu sorot panggung. Nayara dan Jesse berdansa dengan mata yang tak terlepas satu sama lain. Danau indah yang menjadi saksi bahwa ciuman pertama Nayara telah direnggut oleh Jesse kembali muncul diingatan Nayara.
William semakin kesal melihat Nayara dan Jesse yang nampak bahagia berdansa bersama. William sengaja menabrak Nayara dengan niat menjatuhkan Jesse. Namun yang terjadi malah Nayara jatuh ke pelukan Jesse, bahkan Jesse memeluk Nayara erat seolah-olah tak akan melepaskan gadis itu.
"Widih Nayara udah punya gebetan nih cie cie," kata Reihan heboh.
Nayara hanya menanggapi dengan senyuman tanpa berniat menjawab sedikitpun. Tiara lalu memeluk temannya itu dan memajukan bibirnya.
"Nay gue iri sama Lo. Semua orang pada suka sama Lo, sedangkan Gue? Bahkan ga ada yang tahu kalo Gue hidup didunia hiks," kata Tiara berakting seolah-olah dirinya menangis.
"Uuu lebay Lu mak lampir!" Kata Reihan memisahkan Nayara dan Tiara.
"Udah waktunya tidur. Buruan kalian masuk ke tenda, kita juga mau balik," kata Rendi lalu meninggalkan Nayara dan Tiara.
"Gisel aku mau balik ke tenda aku ya. Maaf tadi aku salah narik tangan," kata William.
"Gapapa kamu yang nyenyak tidurnya ya Will," kata Gisel lalu mengelus kepala William.
"Gisel Gue mau balik. Jangan kangen Lu sama Gue," kata Bastian menghampiri Gisel.
"Gak akan! Udah sana hush hush," kata Gisel mengusir.
Matahari membangunkan seluruh siswa dari mimpi indah mereka. Satu persatu bersiap untuk melanjutkan kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Dijadwalkan hari ini para siswa akan mendaki gunung yang berada di utara perkemahan.
"Nathan Lo ga usah ikut ya? Lo sakit gini nanti malah ngerepotin yang lain lagi," kata Freya sambil membantu Nathan berdiri.
"Pacar Gue ga ada yang jagain nanti," kata Nathan.
Setelah acara dansa kemarin Nathan merasa Bella adalah gadis yang tepat untuknya. Bisa dibilang Nathan semakin jatuh cinta kepada Bella.
"Banyak kali yang jagain Bella. Ada Nicholas, Gue, mak lampir juga kan?" Kata Freya. Mak lampir yang Freya maksud adalah Raya.
"Gabisa! Lagian kalo Gue kenapa-napa Gue gabakal ngerepotin Lu kok!" Kata Nathan hendak berdiri.
"Lo ga inget? Setiap Lo demam pasti pingin peluk gue bahkan pingin ciuman gue. Lu ngerepotin lah! Selama ini kita ngelakuinnya diem-diem," kata Freya.
Sudah menjadi hal biasa bagi Freya untuk jadi tempat pelarian disaat Nathan sakit. Freya biasanya akan memeluk Nathan dalam keadaan naked dan tidak butuh waktu lama segala penyakit yang diderita Nathan akan sembuh dengan sendirinya. Selama tiga tahun selalu begitu.
"Ck! Gue ga akan sakit tenang aja!" Kata Nathan lalu keluar dari tenda.
"Awas aja tu bocah! Ga bakal Gue tolongin! Biarin aja mati sekalian!" Kata Freya kesal.
"Eh astaga ga boleh ngomong gitu! Freya astaga," kata Freya sambil sesekali menampar bibirnya pelan.
Semua siswa sudah siap dengan peralatan mendaki mereka. Rute yang dilalui kali ini agak jauh karena jalan yang biasa dilewati terjadi longsor. Sehingga mereka mengambil jalan memutar yang agak jauh.
Jesse menghampiri tenda Nayara lalu menggendong tas Nayara. Nayara menatap Jesse heran.
"Apa?" Tanya Jesse saat ditatap oleh Nayara.
"Gue bisa bawa sendiri tas Gue," kata Nayara.
"Gue kuat kok tenang aja. Kalo Gue ga kuat gantian bawanya," kata Jesse yang sudah siap dengan dua tas dipunggungnya.
"Ng siniin kotak makan Lo biar Gue yang bawa," kata Nayara lalu memasukan bekal Jesse ke dalam tas ransel khusus makanan miliknya.
"Yuk jalan," ajak Jesse Nayara lalu mengangguk dan mengikuti Jesse.
"Nayara makin lengket deh sama si Jesse itu," kata Reihan yang seperti biasa bergosip bersama Tiara.
"Wah harus dikawal ampe kawin nih," kata Tiara asal.
"Kalo dilihat-lihat mereka berdua cocok juga ya," kata Rendi ikut bergabung.
Semenjak perkemahan ini ketiganya sangat dekat sampai-sampai mereka dipanggil sebagai trio kwek-kwek SMA Semesta karena tingkah lucu mereka.
Mereka mulai mendaki sesuai kelompok yang dibagi kemarin. Nayara, Jesse, William, dan Sandrina bertugas membawa segala perlengkapan seperti stok makanan yang ada diransel Nayara. Gisel, Andre, Indah dan Bastian bertugas membantu anggota yang sakit serta membawa lentera, obat-obatan, dan lain-lain. Sementara Reihan, Tiara, Rendi, dan Wulan bertugas mengikuti peta dan penunjuk arah.
"Wah lumayan tinggi juga bukitnya," kata Sandrina sambil menatap ke arah bukit.
"Ayok semangat! Kita pasti bisa!" Kata Reihan sebagai pemimpin tim.
"Hah Gue capek istirahat disini dulu," kata Tiara yang langsung duduk disalah satu akar pohon yang muncul.
"Lo perasaan ga bawa apa-apa deh, cuma bawa badan doang! Lihat noh Nayara sama Gisel bawa tas segede gaban ga ngeluh," kata Rendi sambil duduk disebelah Tiara.
"Yaudah kalian duluan aja," kata Tiara.
"Serius? Yaudah ayok guys," kata Rendi hendak bangkit tapi duduk lagi karena ditahan oleh Tiara.
"Bercanda bambang! Sebentar aja ya? Rei? Nay?" Kata Tiara memohon.
Nayara menganggukan kepalanya lalu mencari tempat nyaman untuk duduk. Mereka semua mengambil satu bungkus roti sobek masing-masing satu.
"Ini kita cuma bisa makan satu doang?" Tanya Tiara.
Mereka dijatahkan 3 roti per orang selama perjalanan dan beberapa botol air minum.
"Cerewet Lu astaga. Perjalanannya masih panjang. Kalau habis sekarang nanti Lo mau makan angin?" Kata Reihan sambil menggigit rotinya.
"Yaudah kalau Lo gamau kasih Gue aja sini rotinya. Dasar gak bersyukur!" Sewot Sandrina.
"Lo!" Tiara hendak menghampiri Sandrina namun ditahan Reihan. Reihan menggelengkan kepalanya kearah Tiara. Tiara langsung duduk dan memakan rotinya sambil sedikit mengomel.
"Nay nih," kata Jesse menyerahkan sebotol air.
"Makasih," kata Nayara dengan senyum.
Nayara melihat kearah dua anak kecil yang menatap kelompok mereka. Sepertinya mereka kakak adik. Nayara langsung menghampiri mereka dan membawa semua roti miliknya.
"Hai," sapa Nayara.
Kedua anak itu terlonjak kaget melihat Nayara. Nayara hanya tersenyum lalu mengelus rambut anak perempuan kecil itu.
"Kakak siapa?! Jangan pegang Ita!" Kata anak laki-laki yang ada disebelahnya.
"Tenang aja, kakak baik kok. Oh ya kalian mau roti gak? Enak loh," kata Nayara sambil menyerahkan 2 rotinya kepada kedua anak itu.
Mereka mengamati Nayara dengan wajah serius. Nayara gemas dengan tingkah mereka lalu tersenyum geli.
"Ambil aja. Sini duduk," kata Nayara mengajak kedua anak itu duduk disebelahnya. Kedua anak itu pun menuruti Nayara.
"Kalian saudara ya?" Tanya Nayara.
"Aku Ido terus dia Ita. Kita saudara kembar," kata anak laki-laki yang bernama Ido.
"Kembar? Kakak juga punya dua kakak kembar ganteng," kata Nayara.
"Gantengnya sama kayak Ido gak kak?" Tanya Ita.
"Gantengan kakak kembar kakak sih," kata Nayara sambil sedikit tertawa.
"Aku pinter! Kalau kakak kembar kakak pinter gak?" Tanya Ido menyombongkan dirinya.
"Pinter lah. Dapet juara satu dikelas, Ido juara berapa hayo?" Tanya Nayara. Tampak senyum Ido dan Ita sedikit memudar. Sepertinya mereka tidak bersekolah.
"Kalian gak sekolah ya? Mau sekolah?" Tanya Nayara.
"Kita bisa sekolah?" Tanya Ido dengan semangat.
"Bisa dong. Mau gak?" Tanya Nayara lagi.
"Tapi emak aku ga punya uang," kata Ido sambil menunduk.
"Kan kalau Ido pinter terus dapet beasiswa gaperlu bayar sekolah," kata Nayara.
"Oh iya! Berarti aku sama Ita cuma harus belajar giat terus jadi anak pinter kan?" Tanya Ido dengan mata berbinar.
"Sama jadi anak baik," kata Nayara dengan senyuman.
"Yess!!" Kedua anak itu berdiri lalu melompat-lompat menandakan senang. Nayara juga ikut senang. Nayara akan membiayai sekolah kedua anak itu mulai sekarang.
"Nayara ayo kita harus jalan," kata Jesse menghampiri Nayara.
Nayara melihat kearah teman-temannya yang sudah siap untuk melanjutkan perjalanan. Perlahan senyum yang tadi terlihat mulai menghilang. Nayara sedih harus berpisah dengan kedua anak itu.
"Ido, Ita, rumah kalian dimana?" Tanya Nayara sebelum pergi.
"Didesa Alasangker kak. Di kaki bukit," kata Ido.
"Oke kapan-kapan kakak bakal main sama kalian ya. Tapi sekarang kakak harus pulang dulu," kata Nayara menggenggam tangan Ido dan Ita.
"Kakak hati-hati dijalan y. Nanti kita main lagi," kata Ita.
"Kalian gak sedih kakak tinggal?" Tanya Nayara yang hampir mengeluarkan air matanya.
"Kata emak disetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Setelah perpisahan pasti bertemu lagi. Kita percaya kalau kakak bakal datengin kita lagi," kata Ido.
Nayara terharu mendengar penuturan Ido. Ia langsung memeluk erat kedua anak itu lalu bangkit.
"Nanti kalo kakak dateng jangan lupa kasih tahu nama kakak ya?" Ido dan Ita segera berlari menuju desa mereka.
Nayara menatap kepergian dua anak kecil itu. Nayara mempunyai kebiasaan jika melihat orang yang sedang kesusahan akan langsung ditolongnya. Orang tua beserta kakak-kakaknya juga memilki kebiasaan itu.
"Nayara ayo cepet!" Teriakan melengking milik Tiara sukses membuat Nayara tersadar. Nayara dan Jesse segera menghampiri teman-temen mereka.
"Siapa Lo Nay?" Tanya Reihan.
"Bukan siapa-siapa Gue. Yang lain mana?" Tanya Nayara.
"Biasa si Sandrina segala phobia ketinggian lagi. Jadi ya mereka jalan duluan," kata Tiara sambil memutar bola matanya.
"Yaudah ayok lanjut jalan. Biar cepet nyampenya," kata Reihan memimpin.
Akhirnya Tim 2 melanjutkan perjalanan mereka mendaki bukit.