Gisel turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke halaman sekolah. Gisel nampak heran karena tiba-tiba saja halaman sekolah dihiasi dengan balon berwarna pink serta putih.
"Gisel," sapa William.
"Hai, ini ada apaan ya kok banyak balon-balon gini?" Tanya Gisel yang masih tampak kebingungan.
"Jadi disekolah ini, sebelum ngadain kegiatan perkemahan. Mereka pasti milih pasangan ter sweet gitu, kaya couple goals. Nanti di perkemahan disediain tenda khusus mereka berdua," jelas William. Gisel hanya ber-oh saja.
Gisel mulai membayangkan jika dirinya dan William menjadi couple goals disekolah ini. Bayangin aja dulu.
"Ayo, aku anter kamu ke kelas," ajak William. Mereka berdua berjalan berdampingan.
"Masuk gih, aku pergi setelah kamu duduk," masih sama, sikap pengertian William yang membuat Gisel takluk.
"Makin deket aja nih," ejek Andre.
"Gue sikut nih!" Geram Gisel. Bastian yang melihat itu hanya bisa mengumpati William dalam hati. William yang melihat Bastian merasa puas dan memilih kembali ke kelasnya.
Semua murid berkumpul di halaman sekolah pada saat jam istirahat. Mereka semua penasaran siapa yang akan menjadi couple ter sweet tahun ini.
"Kira-kira siapa yang jadi couple goals tahun ini ya?" Tanya Raya kepada Nicholas.
"Kan Lo udah tahu Ray, Lo yang milih 'kan?" Kata Nicholas.
Raya yang bertugas menyeleksi semua pasangan yang ada di sekolah ini.
"Liat aja, kaget Lu pasti," kata Raya terkekeh.
"Jangan-jangan kita berdua yang Lo jadiin couple goals."
"Sejak kapan kita pacaran?" Pertanyaan Raya seakan menusuk dada Nicholas entah apa alasannya.
"Bercanda kali bego!" Kata Raya lalu berjalan ke atas panggung.
"Oke pada penasaran kan siapa couple goals kali ini?" Kata Raya sebagai MC.
Sorak sorai suara penonton memenuhi halaman, hingga Nayara yang benci keramaian memutuskan untuk pergi dari lapangan dan diikuti William.
"Nay tunggu," kata William menahan tangan Nayara.
"Kenapa?"
"Hmm, Gue temenin Lo ya?" Kata William.
"William Gue mau minta sesuatu sama Lo," kata Nayara dengan tatapan tajamnya.
"Minta apaan?" Tanya William dengan senyum merekah.
"Jauhin Gue!" Kata Nayara dingin.
Seketika William merasa dihantam ribuan batu mengenai tubuhnya hingga seluruh badannya melemas. William merasa seakan-akan ditolak cintanya, padahal Nayara sendiri tidak tahu perasaan William yang sebenarnya.
"Kenapa Nay? Lo bercanda kan?" Tanya William berusaha tegar.
"Bukan karena Lo jahat atau Lo buruk rupa. Gue cuma pingin Bastian percaya sama Gue, kalo cinta Gue cuma buat Bastian," jelas Nayara lalu pergi meninggalkan William yang masih membatu ditempatnya.
"Bastian liat aja nanti! Gue bakal lakuin hal yang sama dengan lo!" Kata William sambil mengepalkan tangannya.
Semenjak hari itu, Gisel dan William berasa semakin dekat dan Gisel rasa sudah dekat saatnya ia akan menjadi kekasih William.
Sementara Bastian dan Nayara, tetap sering pergi keluar. Bastian sering menjemput Nayara untuk mengantarkan Nayara ke perpustakaan. Begitu terus hampir setiap hari.
Masalah diantara William dan Bastian semakin hari semakin menjadi. Tanpa sadar kedua lelaki itu memberi harapan palsu kepada dua perempuan yang tidak tahu menahu masalah perasaan William dan Bastian.
Akhir pekan ini Nayara merasa sangat bosan. Ia hanya tidur disofa depan tv tanpa ada niat melakukan apapun. Bastian bilang hari ini dia ada pertemuan bersama rekan-rekan kerja ibunya. Sementara Gisel, ya pastinya jalan bersama William. Kebetulan kedua kakak kembar Nayara sedang tinggal dirumah.
"Kak tumben Lu dirumah," kata Nayara kepada Nathan saat hendak mengambil air didapur.
"Nanti ada tamu spesial yang dateng kesini. Lo jangan ganggu," kata Nathan lalu meneguk semua air yang ada di gelasnya.
"Jalang lagi? Gak capek apa Lo nyakitin perempuan-perempuan itu?" Kini giliran Nicholas yang bersuara lalu duduk disebelah Nayara diikuti oleh Nathan.
"Ck! Gue bayar dia asal kalian tahu! Lagian dia yang nawarin diri dia, rezeki kan ga boleh ditolak," bantah Nathan.
Nathan memang sering menyetubuhi wanita dirumahnya. Namun Nathan merupakan seorang anak yang berprestasi dan sangat menyayangi keluarganya. Nathan mungkin butuh pelampiasan untuk menghilangkan stresnya begitu pikir Nicholas. Jadi Nicholas tidak pernah mengadukan kelakuan bejad kembarannya itu.
"Siapa yang jadi couple goals?" Tanya Nayara sambil memakan cookies favoritnya.
Nicholas mengarahkan dagunya kearah Nathan yang tengah asik memainkan ponselnya.
"Emang kak Nathan ada pacar? Ngadi-ngadi kakak," kata Nayara tak percaya.
"Nathan punya pacar namanya Bella. Tapi Nathan macarin Bella biar gak diikutin sama cewek-cewek centil sekolah," jelas Nicholas.
"Kak Bella itu yang dicium kak Nathan waktu penyambutan siswa baru bukan sih?" Nayara memang melihat Nathan mencium bibir seorang gadis. Tapi waktu itu Ia tidak merasa penasaran sama sekali.
"Apaan Lu ngata-ngatain gue ciuman?" Kata Nathan yang tak sengaja mendengar perkataan Nayara.
"Mana coba liat foto pacar kak Nathan, cantikan Naya apa dia?" Kata Nayara membuat Nicholas gemas.
"Nih, cantikan Lo sih menurut Gue. Tapi kata orang-orang Bella tuh cantik padahal mah B aja," kata Nathan.
"Terus ngapain Lo pacarin bego?" Kata Nayara mengundang slepetan di keningnya dari Nathan.
"Bego mata Lo! Sopan ya ngomong sama abang kaya gitu!" Bentak Nathan.
"Dih najis! Pake abang-abangan! Lo bukan kakak gue! Lo anak pungut!" Teriak Nayara tak kalah ngegas.
"Mulai lagi deh," kata Nicholas pasrah sambil setia menonton kedua saudaranya bertengkar.
"Lo yang anak pungut! Mama ga tega liat Lo nangis-nangis di depan gerbang! Makanya disuruh tinggal disini!" Kata Nathan sambil berdiri.
Seketika Nayara menangis seperti anak kecil yang kalah berantem dengan temannya. Nicholas hanya terkekeh lalu mendekap adik kecilnya itu. Menurut Nicholas dan Nathan Nayara masih seperti bayi. Hanya saja cara menyalurkan kasih sayang kedua kakak ini kepada Nayara sangatlah berbeda.
Nicholas akan memeluk dan selalu ada disisi Nayara ketika Nayara sedih. Lain halnya dengan Nathan yang langsung mengahajar orang yang menyakiti adiknya itu.
"Udah udah jangan nangis Nayara. Nathan cuma bercanda," kata Nicholas sambil tertawa tak tertahan.
"Dianya ngatain anak pungut duluan! Giliran dikatain balik malah nangis," kata Nathan lalu menyisir rambutnya kebelakang.
"Diem Lo anak pungut! hiks," kata Nayara sambil menangis sejadi-jadinya.
"Sssttt. Kak Nathan cuma bercanda Nayara, jangan dimasukin ke hati," kata Nicholas masih setia mendekap adik perempuannya itu.
"Yaudah, maafin Gue. Gue ambilin cookie kesukaan Lo. Jadi jangan nangis," Nathan lalu berjalan kearah kulkas dan mengambil stoples cookie favorit Nayara.
"Nih," Nathan menyerahkan cookie itu, namun Nayara sok jual mahal.
"Gamau? Yaudah Gue habisin," dengan sigap Nayara langsung meraih stoples cookie dari tangan Nathan.
"Aaaciiieeee disogok pake cookie aja mau!" Ejek Nathan.
Nayara menendang kaki Nathan sambil tertawa setelah banyak mengeluarkan air mata. Indah nya persaudaraan keluarga ini.
"Kak Niko inget Bastian kan?" Tanya Nayara yang kini tiduran di paha Nicholas.
"Sahabat kamu yang sering liburan di desa itu?" Tanya Nicholas.
"Ho'oh, Naya suka sama dia," jawab Nayara terus terang.
"Apa? Apa? Ga denger tadi Gue tutup mata. Ulang-ulang," kata Nathan mencerna kata-kata adiknya.
"Ish, mana ada sih orang budek matanya bermasalah! Gue suka sama sahabat Gue, Bastian!" Jawab Nayara. Entah kenapa setiap Nayara berkomunikasi dengan Nathan, selalu saja dengan nada yang tinggi.
"Emang apa yang spesial dari Bastian?" Tanya Nicholas. Kini Nayara bangkit dari tidurnya lalu mengambil posisi duduk yang nyaman.
"Bastian emang gak ganteng-ganteng amat sih, tapi kelakuan dia ke Naya tuh kayak spesial banget. Dia kemarin bilang Gue gasuka Lo deket-deket sama William," kata Nayara sambil menirukan cara berbicara Bastian.
"William? Pewaris Ackerley kan?" Tanya Nathan. Nayara menanggapi dengan anggukan andalannya.
"Hati-hati loh Nay, siapa tahu Bastian cuma jadiin Lo sebagai pelampiasannya doang," kata Nathan.
"Mana mungkin! Buktinya setiap Gue deket-deket ama William mata Bastian pasti kaya orang cemburu gitu," jawab Nayara.
"Yakan siapa tahu. Tapi tenang aja, kalo Bastian beneran jadiin Lo pelampiasan, kakak Lo yang tamvan ini bakalan ngehajar si Bajingan itu!" Kata Nathan berlagak sok keren.
Nayara yang lelah dengan sikap Nathan memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Nayara memutuskan untuk membaca Novel dipinggir jendela kamarnya, sambil melihat matahari terbenam.