Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 9 - Bab 8

Chapter 9 - Bab 8

"Gisel, Lo yakin kalo Nayara bener-bener nyebarin berita itu?" Tanya Bastian yang saat ini berada di kelas bersama Gisel, Indah, dan Andre.

"Sandrina baru Lo temuin kemarin, sedangkan Nayara udah sahabatan sama Lo lebih dari 3 tahun lamanya," jelas Andre kepada Gisel.

"Kalian di pihak Gue apa Nayara?" Kata Gisel tegas.

Entah apa yang dikatakan Sandrina kepada Gisel sehingga membuat Gisel benci kepada Nayara. Gisel biasanya berbicara baik-baik kepada lawan bicaranya.

"Huh, Gue selalu ada buat Lo Sel," kata Bastian menenangkan Gisel.

"Gue mau ketemu William," kata Gisel lalu pergi keluar kelas menuju kelas William.

William dari tadi merasa khawatir terhadap Nayara. Namun, orang yang di khawatirkan nya terlihat biasa saja seolah tidak ada masalah sama sekali.

"Reihan, Rendi, Gue minta maaf sempet bentak kalian. Gue tadi emosi," kata Nayara dengan wajah datarnya.

"Santailah Nay, siapa sih yang ga emosi tiba-tiba di fitnah," kata Reihan.

"Cih! Ga usah sok baik! Dasar Iblis!" Kata Rani teman sekelas Nayara.

Rani beserta geng nya meninggalkan Nayara sambil berdecih.

"Gini ya Nay, kita percaya sama Lo bukan karena kita pingin nyontek jawaban Lo. Lo tahu kan kita pinter? Kita cuma mau temenan baik sama Lo," jelas Rendi.

"Iya makasih," lalu Nayara kembali ke tempat duduknya masih dengan tatapan Elang khasnya.

"Wih, serem anjir," Rendi dan Reihan bergidik ngeri melihat Nayara.

"Maafin Gue Will," kata Nayara kepada William namun matanya tetap melihat setiap tulisan yang tertera di bukunya.

"Ah iya, gapapa. Tapi kalo Lo butuh-," belum selesai William berkata Nayara dengan cepat memotong kata-kata William.

"Gue ga butuh Lo. Jauhin Gue. Udah Gue bilang kan?" Nayara tidak berteriak namun bisa membuat Tiara dan William tercekat.

Tiara tak sengaja ikut menyimak percakapan keduanya. Awalnya Tiara ingin mengajak ngobrol Nayara, namun niatnya diurungkan.

"William, temenin aku ke kantin ya?" Kata Gisel yang tiba-tiba datang ke kelas Nayara membuat keributan. Karena setelah ini kelas Nayara ada tes untuk olimpiade Matematika.

"Aku harus belajar Gisel. Nanti aja ya," kata William lembut.

"Tapi aku maunya sekarang," rengek Gisel dengan suara yang dibuat-buat.

"Will, temenin lah kasian Gisel abis ditikung sama sahabatnya sendiri," kata Sandrina mengikuti Gisel. Perhatian kelas terfokus pada satu orang yaitu Nayara, yang terlihat duduk tenang tanpa merasa terusik sedikit pun. Padahal Nayara tepat duduk disebelah William.

"Maaf tapi aku harus belajar," kata William. Namun Gisel terus saja merengek seperti bayi. Tentu saja hal itu membuat Tiara kesal karena kegiatan belajarnya terus saja di ganggu.

"Heh Gisel!" Teriak Tiara.

"Apa?! Ayo William sebentar aja," kata Gisel merengek makin menjadi-jadi dan tak menghiraukan teriakan Tiara. Gisel berniat membuat Nayara kesal tapi sepertinya Nayara sangat tenang, bahkan seakan-akan tuli dan buta.

"Gisel keluar Lo sekarang!" Tak sengaja William membentak Gisel.

"Maksud aku-."

"Belain aja terus iblis ini! Salahin Gue!" Teriak Gisel lalu berlari keluar kelas sambil menangis.

"Ini semua gara-gara Lo!" Sandrina menunjuk kearah Nayara lalu mengejar Gisel.

"Kuat amat sih Lo diem tenang gitu Nay!" Kini Nayara, Tiara, Reihan dan Rendi sedang berada di gudang belakang sekolah untuk merapikan alat olahraga.

"Nay, Lo ga ada niatan ngelabrak si Gisel itu?" Tanya Rendi yang mulai emosi. Entah mengapa padahal Nayara tersenyum seperti biasanya namun matanya tetap tajam seperti biasa juga. Intinya ga ada yang berubah dari tingkah laku Nayara.

Reihan duduk disebelah Tiara diikuti Rendi yang ikut duduk diantara keduanya. Nayara tetap sibuk menata bola serta lompat tali di dalam tempat yang sudah disediakan.

"Nay sini Gue bantu," kata Reihan turun dari duduknya.

"Iri gue sama Lo Nay, bisa-bisanya bersikap seolah ga terjadi apa-apa. Kalo Gue jadi Lo, Gue udah ngadu ke bunda Gue fiks," kata Tiara merasa iri.

"Belum selesai?" Tiba-tiba William datang ke gudang.

"Ngapain Lo kesini? Jauh-jauh dari Nayara!" Bentak Tiara.

"Gapapa. Biarin aja suka-suka dia," kata Nayara lalu segera keluar dari gudang.

Tiara tidak suka William karena sepertinya William dan Gisel adalah sepasang kekasih.

"Minggir Lo! Untung muka Lo ganteng, kalo nggak udah Gue cabik-cabik tuh!" Kata Tiara lalu mengikuti Nayara. Rendi dan Reihan juga keluar bersama dengan William. Bagaimana pun Reihan, Rendi, dan William tidak punya masalah satu sama lain bukan?

****

Mood Gisel hari ini benar-benar hancur. Pertama Ia bertengkar dengan Nayara, lalu Bastian, setelah itu Andre, dengan William juga. Terakhir Gisel bertengkar dengan Indah hanya karena Indah mendorong meja Gisel tak sengaja. Hal hasil seharian ini hanya Sandrina yang menemani Gisel.

"San, Gue pulang duluan ya," kata Gisel lalu menaiki mobilnya.

Didalam mobil Gisel terus merutuki kebodohannya. Seharusnya Gisel bicara baik-baik dulu dengan Nayara bukannya malah marah-marah.

Brugh!

Gisel melempar tas nya ke sembarang arah, lalu melempar tubuhnya ke atas kasur empuk yang ada di dalam kamarnya.

Tak ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang biasa dia dapat dari Nayara. Nayara biasanya menanyakan kabar Gisel, atau menanyakan Gisel sudah makan atau belum.

"Gisel bodoh! Gisel bodoh!" Katanya sambil memukul-mukul kepalanya.

Bastian membuka room chat grup Gistira. Biasanya sehabis pulang sekolah selalu saja ada keributan di grup itu.

"Kenapa bisa jadi gini sih? Padahal kita udah saling percaya selama tiga tahun. Akhh!" Bastian mengacak rambutnya frustasi.

Bastian makin frustasi setelah melihat notifikasi, "Gisel meninggalkan ruang obrolan". Bastian merasa gagal sebagai seorang sahabat untuk menyatukan kembali kedua sahabatnya. Ditambah tadi pagi Ia sempat membentak Nayara. Bastian memutuskan untuk menghubungi Gisel.

Beberapa kali Bastian memencet tombol panggilan namun tak kunjung ada jawaban dari Gisel.

"Gisel gak biasanya kaya gini. Gimana cara Sandrina ngehasut Gisel?" Kata Bastian.

Selanjutnya, Bastian mencoba menghubungi Nayara. Beberapa lama menunggu akhirnya Nayara mengangkat telfon Bastian.

"Halo Nay?" Tanya Bastian.

Nayara yang kebetulan sedang santai sambil menikmati segelas coklat hangat yang dibuatkan oleh Nathan. Membaca Novel dapat mengurangi beban pikiran Nayara. Setelah tadi Ia mencoba bertingkah baik-baik saja disekolah. Nayara tidak mau terlihat lemah, Nayara ingin semua orang tahu jika tak ada satu hal pun yang bisa membuat Nayara jatuh. Namun efek dari kelakuan Nayara adalah, kesepian yang dirasakan Nayara.

Walaupun memiliki dua orang kakak serta sahabat yang dulu berada disampingnya. Nayara tetap memendam masalahnya sendiri, mencoba memecahkan sendiri teka-teki yang hadir didalam hidupnya selama ini. Jika Nayara lelah, diary kecil kesayangannya merupakan teman terbaik untuk diajak bercerita.

Nayara melamun menatap burung yang terbang bebas, tanpa harus ada aturan-aturan yang membuat mereka terkekang.

Drrt...Drrt...

Suara ponsel membuyarkan lamunan Nayara. Nayara melihat nama Bastian muncul di layar kaca Handphone nya.

"Halo Nay?" Terdengar suara Bastian yang menjadi suara impian Nayara.

"Apa?" Tanya Nayara ketus. Padahal sebenarnya Nayara mencoba tetap tenang berhadapan dengan Bastian yang selalu saja berhasil membuat Nayara luluh.

"Ng anu, Gue minta maaf tentang yang tadi," kata Bastian dengan sangat lembut.

"Gue ga sengaja bentak Lo. Gue khawatir sama Gisel. Untuk kata-kata Gue tadi juga, kayaknya agak bikin Lo sakit hati ya?" Kata Bastian di telfon.

"Bukan agak sakit, tapi sakit banget," kata Nayara dalam hati.

Perlahan air mata Nayara jatuh membasahi pipinya. Rasa sakit yang dirasakannya kali ini, mengalahkan semua rasa sakit yang pernah dialami Nayara. Untuk pertama kalinya Nayara dibuat menangis oleh orang lain.

"Naya, Gue mau tanya. Apa bener Lo yang nyebarin berita tentang Gisel?"

Air mata Nayara semakin membanjiri pipi Nayara. Nayara menangis dalam diam, bahkan Bastian tidak sadar jika Nayara sedang menangis saat ini. Nayara mencoba menetralkan nafasnya lalu menjawab perkataan Bastian.

"Mau Lo percaya atau nggak, tapi emang bener Gue yang nyebarin," tut. Nayara memutuskan sambungan telefon.

Bastian kaget bukan main mendengar pengakuan Nayara. Kini Bastian semakin yakin jika Nayara memanglah seorang iblis.

Isakan demi isakan mulai terdengar dari mulut Nayara. Nayara tak kuasa menahan tangisnya, dipikirnya Bastian akan mempercayai Nayara. Ternyata Bastian sama saja ragu seperti teman-teman Nayara yang lainnya. Satu tangan menarik kepala Nayara untuk mendekat ke pelukan orang itu.

"Cup Cup Naya kuat, Naya boleh nangis sepuasnya dihadapan kak Niko sama kak Nathan. Tapi jangan sekali-sekali nunjukin sisi lemah kamu sama orang lain, ya?" Kata Nicholas menenangkan Nayara.

Nathan mengecek riwayat panggilan Nayara, melihat siapa orang terakhir yang menghubungi adiknya hingga membuat adiknya menangis seperti ini.

"Bastian. Dia yang bikin Lo kaya gini? Dia yang bikin Lo teriak tadi pagi?" Tanya Nathan.

Nayara sudah berhenti menangis semenjak kedatangan kedua kakaknya. Kini Nayara menoleh lalu bersandar di bangku taman rumahnya.

"Bukan kak," Kata Nayara sambil menggeleng. Nayara menceritakan semua kejadian dari awal sampai akhir dengan detail. Nayara bukannya mengadu hanya saja, disaat seperti ini dia butuh perlindungan kedua kakaknya.

"Perlu Gue hajar sekarang si Sandrina?" Tanya Nathan emosi.

"Sandrina itu cewek, emang Lo tega ngehajar cewek? Naya cuma mau kak Niko sama kak Nathan jagain Naya dari jauh. Pokoknya apapun yang terjadi Naya gamau orang-orang tahu kalo kita itu saudara," kata Nayara.

"Kenapa sih Lo gamau orang tahu kita saudara? Lebih aman kali," jawab Nathan yang dari tadi emosi mendengar cerita adiknya.

"Lagian Lo malah nyuruh William ngejauhin Lo, William suka sama Lo Nayara," kata lelaki itu.

"William suka Gisel bukan Naya! Begitupun sebaliknya! Naya minta tolong sama kalian, jagain Nayara dari jauh. Soalnya Naya ga bisa karate," jawab Nayara.

Tatapan ketiga saudara itu tampak seperti elang yang siap memangsa apapun yang ada dihadapannya.

"Oke, kita bakal jagain dari jauh," kata Nicholas lalu mengelus pucuk kepala adiknya.

"Kak Niko sama kak Nathan harus percaya kalo Naya kuat. Lebih kuat dari siapapun! Naya butuh dukungan dari kalian berdua, Naya... Naya bakal buktiin kalo Naya bukan anak bungsu manja!" Kata Nayara dengan percaya diri.

Nayara mendapatkan rasa kepercayaan diri yang kuat dari Nathan. Nathan selalu mengajarkan Nayara jika apa yang diinginkan Nayara harus bisa didapatkan. Sebaliknya, Nicholas memutuskan mengajarkan Nayara untuk tidak egois. Sehingga tercipta karakter Nayara yang mewakili kedua sifat kakak-kakaknya.