Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 11 - Bab 10

Chapter 11 - Bab 10

"Nayara itu kan yang waktu itu berantem sama Gisel?" Kata seorang murid.

"Dasar gatahu malu! Padahal kan Gisel sering bantuin Nayara belajar," imbuh yang lainnya.

Membantu belajar? Sejak kapan? Apakah Gisel menyebarkan rumor tidak berguna itu? Wah tidak bisa dipercaya, sebegitu nya kah Gisel membenci Nayara? Padahal selama ini Nayara lah yang selalu membantu Gisel belajar.

Nayara mengepalkan kedua tangannya kuat menahan amarah.

"Nay, liat sini. Ayo kita foto!" Ujar Tiara membuyarkan lamunan Nayara.

"Oh oke," Nayara dan Tiara berpose dengan jari telunjuk dan jari tengah terangkat.

"Heh Rendi, fotoin kita dong," kata Tiara menyerahkan kameranya kepada Rendi.

"Cantik banget Gue astaga," kata Tiara memuji dirinya sendiri.

"Tapi kok tetep cantikan Nayara? Nay, bagi-bagi info dong gimana caranya tetep cantik biarpun jarang senyum," kata Tiara

"Kita semua cantik, cuma cara orang ngeliat beda-beda," jawab Nayara.

Gisel yang mendengar itu mendadak tersenyum. Persis sekali Nayara sering mengatakan kalimat itu jika Gisel sedang inscure.

"Cih, iblis kok dibangga-banggain," kata salah satu murid.

"Cih! Ibu-ibu kok ikut camping," kata Reihan.

"Bhaks!" Tiara dan Rendi berusaha menahan tawanya. Seketika murid itu diam seribu bahasa.

Setelah beberapa jam di Bus, sampailah rombongan SMA Semesta di tempat camping.

"Nah anak-anak, bapak baru saja diberi pengumuman mendadak. Kalian buat kelompok anggotanya 8 orang ya anak-anak," kata Pak Arya tiba-tiba.

"Will cari orang lagi tiga," perintah Tiara sambil fokus melihat ponselnya.

"William sama kita ya kelompoknya?" Tanya Sandrina sambil menggandeng Bastian dan Gisel.

"Boleh. Tiara gue udah dapet 3 orang nih," kata William semangat.

Reihan yang dipilih menjadi ketua kelompok menghampiri William.

"Emangnya boleh beda kelas?" Tanya Reihan.

Pak Arya yang kebetulan mendengar itu menganggukan kepalanya ke arah Reihan.

"Nghokey! Yuk kumpul disana," ajak Reihan menghampiri Nayara, Tiara, dan Rendi.

"Ngapain tiga curut sialan ini disini?" Tanya Tiara bingung.

"Mulut Lo lemes bener! Mereka anggota kelompok kita!" Kata Reihan.

"Ga ada yang lain emangnya? Harus mereka?" Tanya Rendi.

"Ck! Dari pada ga dapet! Rewel Lo berdua!" Geram Reihan. Karena malas meladeni, Reihan memutuskan untuk segera mengumpulkan data anggota kelompok bersama Nayara.

"William ngapain Lo ngajakin mereka? Nayara pasti ngerasa ga nyaman," kata Tiara sedikit menjauh dari keramaian.

"Kan Gue gatau. Yah gimana dong?" William sama paniknya dengan Tiara.

"Gue juga gamau kali satu kelompok sama kalian!" Ternyata Bastian diam-diam menguping pembicaraan mereka.

"Yah, kita sebenernya mau rekrut William doang. Tapi kayaknya, William dipaksa sama Nayara deh," kata Sandrina dengan tatapan sinisnya.

"Kita ga ada maksa kok! Dari awal William ada di kelompok kita!" Kata Tiara sedikit teriak.

Seluruh perhatian mengarah kepada kelompok Reihan. Reihan yang baru kembali langsung menghampiri anggota kelompoknya itu.

"Ada apaan sih ini?" Tanya Reihan bingung.

"Tuh si Sandrina ngajak ribut mulu!" Bentak Tiara.

"Lo duluan yang jelek-jelekin kelompok Gue!" Balas Sandrina tak kalah ngegas.

"Kelompok Lo kelompok Gue juga!" Ujar Rendi.

"Lo apa-apaan bilang kalo William dipaksa sama Nayara ha?! Dari mana Lo tahu?!" Teriakan Tiara makin tak terkontrol.

"Hah! Keluarga William menjalin kerja sama sama keluarganya Nayara. Kali aja Nayara ngancem bakal nyuruh orang tuanya batalin kerja sama antara keluarga mereka!" Teriak Sandrina sambil melirik ke arah Nayara.

"Yang Lo bilang itu salah!" Kata Tiara tak terima. Tiara hendak menjambak rambut Sandrina namun ditahan Nayara.

Nayara mendekat perlahan kearah Sandrina. Sandrina memundurkan kakinya, menatap Nayara ngeri. Hingga plak! Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Sandrina. Nayara tetap diam menatap tajam ke arah Sandrina. Sementara semua orang tercengang dengan kelakuan Nayara. Nayara yang biasanya hanya mengabaikan kata-kata tidak mengenakan, kini mulai beraksi. Ditatapnya lekat wajah Sandrina, membuat Sandrina takut hingga memalingkan wajahnya.

"Nayara! Apa-apaan sih Lo!" Kini giliran Gisel yang datang lalu mendekap Sandrina. Sandrina mulai mengeluarkan air matanya di pelukan Gisel.

"Nayara ga nyangka Gue!" Bentak Bastian.

"Ga nyangka kenapa? Ga nyangka kalo Gue bisa nampar orang?" Tanya Nayara masih dengan nada rendah.

"Gue kira Lo baik Nay! Gue coba berkali-kali percaya sama Lo, tapi Lo udah ngancurin kepercayaan kita berdua sama Lo!" Gisel menatap sendu kearah Nayara.

"Siapa suruh kalian percaya sama Gue?" Masih dengan nada rendah, agar Nayara dapat mengontrol emosinya.

"Udah Gisel Gue gapapa," kata Sandrina mencegah Gisel menghadapi Nayara.

"Tunggu aja Gisel. Dan Lo Bastian," samar-samar suara Nayara namun dapat didengar oleh semua orang.

Kalimat ambigu yang tak semua orang paham akan maksudnya. Nayara kemudian menuntun seluruh anggota kelompoknya menuju tenda yang sudah disediakan.

****

Nicholas dan Nathan sedari tadi bersembunyi didalam mobil ambulance dengan alasan sakit. Hampir seharian keduanya dikejar dan diajak berfoto dengan semua penggemarnya, siswi SMA Kejora maksudnya.

"Gila capek bat," kata Nathan sambil ngos-ngosan.

"Gara-gara Nayara sih ini. Ga bisa keluar deh kita," protes Nathan.

Tuk! Tuk! Tuk!

Suara ketukan jendela membuyarkan lamunan keduanya. Menampakan biang masalah yang menimpa keduanya. Siapa lagi jika bukan si bungsu, Nayara.

"Nih, minum!" Kata Nayara menyerahkan dua botol air mineral kepada kedua kakaknya.

"Diluar sepi, keluar aja. Yang lain masih bangun tenda," Nathan dan Nicholas akhirnya keluar dari ambulance setelah sejam bersembunyi.

"Gara-gara Lo kita dikejar-kejar seharian," kata Nathan sambil menyentil kening adiknya.

"Kak Niko liat kak Nathan! Sakit gila!" Kata Nayara merengek.

"Lebay Lo!"

"Naya tadi berantem sama Gisel lagi ya?" Pertanyaan Nicholas membuat Nayara terdiam.

"Bukan sama Gisel tapi Sandrina," Nayara menceritakan seluruh kejadian kepada kedua kakaknya.

"Kayaknya si Hendra punya dendam kesumat deh sama Lo," kata Nathan sambil menyender di salah satu pohon.

"Hendra siapa gila? Sandrina maksud Lo? Jangan ngubah nama orang lah! Bingung Gue," kata Nayara yang sebelumnya ngebug karena tidak tahu siapa Hendra yang dimaksud Nathan.

"Iya Sandrina, punya dendam kali sama Lo."

"Gatau deh. Terus Gue ga sengaja nampar dia gila! Kayak refleks aja tangan Gue nampar pipi dia," kata Nayara.

Jujur, Nayara merasa bersalah kepada Sandrina karena sudah menampar pipinya. Nayara merasa seperti ada yang mengontrolnya.

"Jangan-jangan Lo tadi kerasukan lagi. Kerasukan arwah vampir," Nayara langsung memukul Nathan. Nayara tidak takut hantu kecuali vampir dan zombie. Karena jika hantu Indonesia seperti pocong, kuntilanak dan sebagainya bisa diusir dengan doa. Tapi jika zombie, kita harus berlari dan bersembunyi, dan itu agak menakutkan.

"Gini aja, sekesal-kesalnya kamu, tetep kamu gak boleh nampar orang. Malah kayak cabe-cabean kan? Nanti kamu minta maaf," kata Nicholas setelah lama membungkam mulutnya.

"Gengsi kali Nay, jangan minta maaf lawan aja. Bugh bugh," kata Nathan sambil memperagakan gaya ala orang meninju.

Nicholas segera menendang Nathan pelan.

"Jangan dikomporin bego! Ngajarin yang gak bener aja," kata Nicholas.

Ketiganya diam, bergulat dengan pikiran masing-masing. Hingga Nathan melihat seekor cacing tanah panjang yang melintas dihadapannya. Munculah ide jahilnya untuk mengerjai Nayara.

"Nay, cobak liatin tangan Lu," kata Nathan. Tanpa basa-basi Nathan langsung melilitkan cacing tanah yang tadi Ia lihat.

"Tali apaan nih?" Tanya Nayara yang belum sadar.

"Kak Nathan!!!" Pekik Nayara setelah sadar jika yang ditangannya adalah cacing tanah bukan tali. Nayara melompat sambil menggoyangkan tangannya, hingga tak sengaja jatuh ke gendongan Nicholas.

"Shit! Siapa sih tu anak!" Kata seorang gadis yang tak sengaja melihat interaksi keduanya.

"Kamu gapapa?" Tanya Nicholas lembut. Nayara menganggukan kepalanya lemas, antara syok dan jijik. Nathan dari tadi hanya bisa melepaskan tawanya dengan bebas. Hingga sesekali mengusap matanya karena mengeluarkan air.

"Haduh sama gitu aja takut Lu. Astaga sakit perut Gue," kata Nathan menahan sakit diperutnya dan sesekali menghantam keras pohon didekatnya.

"Ihh ngeselin banget sih Lo! Udah ah, Naya mau balik ke tenda aja," Nayara lalu pergi sambil menghentak-hentakan kakinya.

"Kebiasaan! Demen banget ngerjain Nayara," kata Nicholas sambil geleng-geleng kepala.

"Lucu anjir komuknya. Mana ga sadar itu cacing lagi tadi. Astaga gila," kata Nathan. Tawanya semakin menggelegar.

"Aukh! Sakit gila!" Kata Nicholas saat Nathan memukul-mukul lengannya.

"Ehh, Ray mau kema- lah kok main pergi aja?" Kata Nicholas saat melihat Raya lalu mengikuti kemana Raya pergi tanpa menghiraukan Nathan yang masih tertawa.