Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 13 - Bab 12

Chapter 13 - Bab 12

"Astaga hutannya serem banget. Gue takut," kata Sandrina sambil memeluk tangan William.

"Jalan sama Gue aja San," Gisel hendak menggandeng Sandrina namun Sandrina pura-pura berteriak dan semakin mengeratkan pelukan ditangan William.

"Akh William Gue takut," pekik Sandrina membuat heboh.

"Sandrina please lah jangan berisik! Nanti setannya malah keganggu!" Kata Andre karena sudah kesal.

"Itu kayaknya deh Bas, liat kan diatas pohon?" Kata Indah melihat salah satu nama OSIS.

"Indri Wulandari," Bastian membaca nama anggota OSIS yang berhasil Ia temukan.

"Oke kita cari lagi," Indah dan Bastian dari tadi sibuk melihat kesana kemari mencari nama-nama OSIS dan sudah menemukan 3 nama. Sementara itu, Sandrina sibuk mendekati William sedangkan Andre dan Gisel sibuk mengobrol.

"Kalian bantu kek! Malah asik sendiri! Liatin juga kanan-kiri kalian!" kata Indah kesal.

"Iya iya Indah kita cari. Bawel amat sih Lo," sewot Andre.

"Pokoknya kita harus menang! Lo Sandrina! Gausah meluk-meluk William! William punya Gisel," kata Indah.

"Andre diatas sana!" Teriak Gisel mengarahkan senter keatas pohon.

"Oh ada satu tapi tinggi Sel, Gue pendek gabisa," jawab Andre. Tinggi Andre 172 cm.

Tiba-tiba William mengangkat Gisel lalu menyuruh Gisel mengambil nama yang ada diatas pohon. Gisel segera meraih kertas nama tersebut.

"Freya Keisya Anastasiya," Gisel membaca nama yang tertulis dikertas itu.

"Udah berapa berarti kita dapet?" Tanya Indah yang dari tadi fokus mencari kertas.

"Totalnya udah ada 4. Yuk lanjut," Tim 1 melanjutkan perjalanan mereka.

"Ih Reihan Lu pendek banget sih!" Omel Tiara karena dari tadi mereka mencoba mengambil sebuah kertas yang berada diatas pohon tinggi.

"Sabar Tiara Gue lagi berusaha nih! Jangan bawel!" Kata Reihan sambil memanjat.

"Udah ah Gue mau tik tokan," Tiara lalu mengambil ponselnya.

"Yah signal nya ngilang. Elu sih gara-gara," kata Tiara sambil menunjuk kearah Reihan.

"Kok Gue mulu? Lo ngapain aja emang dari tadi?" Pekik Reihan tak kalah keras.

"Gue nemenin Lu! Gue tahu Lo takut gelap 'kan? Cepet ihh serem dibawah sini sendirian!" Kata Tiara merinding.

Tim 2 memutuskan untuk membagi tim menjadi tiga sesuai pasangan yang didapat. Tujuan mereka agar mendapat lebih banyak nama. Reihan dan Tiara memutuskan mencari ditengah hutan.

"Hihihihihi Tiara kembalikan bayiku hihihihi," terdengar bisikan menyeramkan disamping Tiara. Tiara menarik kaki Reihan membuat Reihan jatuh. Tiara dengan cepat memeluk Reihan erat.

"Apaan Tiara? Lu jangan bikin Gue panik gila," kata Reihan yang sangat takut saat ini.

"Reihan kembalikan bayiku hihihihihi," Reihan merasakan bulu kuduknya merinding. Reihan dengan berani menjawab.

"Bukan kita yang ngambil bayi Lo! Kali aja Lo titipin di tempat penitipan anak tapi lupa jemput. Udah sana jangan ganggu AAAAA!!!" Tepat disebelah Reihan gadis berambut panjang sedang berdiri dan memakai baju putih.

"Ampun mbak kunti Gue aku saya salah nih makan Tiara aja, saya kurus mbak," mohon Reihan sambil tetap mendekap Tiara.

"Sialan! Reihan aja mbak. Saya jomblo huwa bunda," kata Tiara semakin mengeratkan pelukannya.

"Bwahahahhahah," terdengar suara tawa yang begitu menggelegar dan familiar di telinga Tiara dan Reihan.

"Ish kalian bikin takut aja!" Bentak Tiara setelah tahu yang menjadi mbak kunti adalah Wulan dan Rendi.

"Ga tahan Gue denger Tiara ngomong Gue jomblo yaudah Gue ngakak," kata Rendi masih dengan suara tawanya.

"Ren Lu kan tinggi nih. Coba ambil kertas yang ada diatas pohon," kata Reihan kepada Rendi.

Rendi dengan cepat mengambil kertas tanpa memanjat pohon membuat Reihan sedikit iri.

"Lu sebenernya tinggi cuma otak Lo gak kepake! Percuma pinter!" Kata Rendi mengejek Reihan.

"Biarin! Nayara mana? Ngilang mulu perasaan tuh anak," kata Reihan.

"Aneh banget tahu kalo Nayara udah gitu. Oh ya pasangannya tadi siapa?" Tanya Tiara.

"Jesse siapa gitu lupa Gue. Anak berandalan," jawab Wulan.

"Ayo kita cari Nayara takut dia diapa-apain," kata Tiara dengan wajah khawatir.

"Gapapa, Nayara bisa jaga diri pasti. Eh nama dikertas siapa?" Kata Reihan.

"Raya Nevalda," jawab Wulan.

"Oke, udah berapa banyak?" Tanya Rendi.

"Baru satu!" Bentak Wulan lalu berjalan mendahului mereka.

Sementara itu Nayara dan Jesse sudah mendapatkan lebih dari 10 kertas yang mereka temukan dijalan.

Selama perjalanan Nayara hanya fokus melihat kesekeliling tanpa berniat mengobrol dengan Jesse. Jesse yang berjalan dibelakangnya merasa kesal karena terus saja dihiraukan.

"Nay Lo udah punya pacar?" Tanya Jesse. Nayara merespon dengan gelengan kepala saja.

"Masalah Lo sama Gisel udah kelar?" Lagi Nayara hanya merespon dengan gelengan.

"Lo mau ketempat bagus gak? Tempat kumpul Gue ada dideket sini. Disana ada danau," Jesse mencoba mengajak Nayara kesana.

"Danau?" Akhirnya setelah beberapa kali bertanya Jesse dapat mendengar suara milik Nayara.

"Iya, mau kesana?" Jesse mengajak Nayara dengan lembut. Nayara lalu mengangguk dan mengikuti Jesse.

Jesse membuka sebuah goa dan berjalan masuk kedalamnya. Mereka berjalan menyusuri goa, goa itu beralaskan air yang mengalir akibat trembesan dari batu. Suasana gelap membuat Nayara sedikit takut tanpa Nayara sadari Ia mencengkram kuat baju Jesse. Didalam goa itu terdapat lukisan-lukisan kuno yang indah.

"Nay abis ini ada tanjakan dikit tempatnya terang kok. Kalau Lo gakuat Gue bisa gendong Lo," kata Jesse lalu diangguki oleh Nayara.

Setelah keluar dari goa, terdapat hamparan rumput hijau yang indah apalagi dipagi atau siang hari. Nayara sampai tak mengedipkan mata pertama kali melihat hal seindah ini didalam hidupnya. Mereka berdua lalu mendaki sebuah bukit yang agak tinggi.

"Wow dari mana Lo tahu tempat kaya gini?" Tanya Nayara sambil berjalan.

"Sebenarnya rumah nenek Gue dideket sini. Kapan-kapan Gue ajak Lo kesana. Kalo sekarang gelap nanti kita guling-guling lagi hehe," Jesse berencana membuat lelucon. Namun sepertinya Nayara tidak tertarik. Jesse hanya tersenyum miris.

"Dulu waktu kecil Gue sering main didanau ini," kata Jesse berhenti diatas sebuah jembatan kecil.

"Hah gatau kapan lagi Gue bisa ngulang waktu Gue sama temen-temen Gue main disini lagi," kata Jesse. Sepertinya Jesse akan menangis.

"Dulu waktu kecil bahkan sampe sekarang Gue juga sering liburan di desa bareng nenek Gue," kata Nayara sambil tetap melihat pantulan bulan didanau.

"Gue ngerasa bebas setiap ngeliat alam. Serasa Gue bisa ngelupain semua hal buruk yang Gue alami selama ini," kata Nayara. Kini Nayara mulai menatap Jesse. Mata keduanya bertemu hingga beberapa saat saling menatap mata satu sama lain.

Jesse memberanikan diri untuk mendekat kearah Nayara. Mengambil tangan gadis itu lalu meletakan tangan mungil itu dipinggangnya. Perlahan Jesse mengangkat tengkuk Nayara lalu menempelkan bibir nya ke bibir Nayara. Jesse menggigit kecil bibir Nayara lalu mulai melumat lembut bibir Nayara.

Nayara merasakan perasaan yang Ia rasakan saat bersama Bastian. Apakah Ia terbuai oleh perlakuan Jesse? Laki-laki yang baru Ia temui? Nayara mengangkat tangannya lalu dilingkarkan disekitar leher Jesse. Sementara Jesse melingkarkan tangan besarnya di pinggang Nayara. Nayara melepas ciumannya sepihak membuat Jesse sedikit memundurkan langkahnya.

"Maaf Gue kelepasan," kata Jesse.

Nayara hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali mneghadap danau. Tersenyum melihat pantulan dirinya di air. Jesse memeluk Nayara dari belakang meletakan kepalanya di sela-sela leher Nayara. Nayara dengan cepat melepas pelukan Jesse.

"Maaf Jes, kita harus balik nanti takutnya dicariin yang lain," kata Nayara lalu diangguki Jesse.

"Gue tahu jalan pintas. Biar lebih cepet nyampe ditempat camping," kata Jesse memimpin perjalanan.

Dibawah jembatan terdapat sebuah goa tepatnya pintu lain dari goa yang mereka lewati tadi. Keduanya langsung masuk kedalam dan kembali ke perkemahan.

"Nah ini dia si Nayara," kata Tiara yang tak sengaja berpapasan dengan Nayara.

"Lo ga ngapa-ngapain temen gue kan?" Bentak Tiara kearah Jesse.

"Santai aja. Gue jagain kok," kata Jesse santai.

"Lo gapapa kan Nay?" Tanya William Kini Tim 1 juga mendekat kearah Nayara.

"Udah sekarang ayo balik. Kalian dapet nama berapa?" Tanya Reihan kepada Tim 1 dan Nayara.

"Kita dapet 4," jawab Indah.

"Kita dapet 11," jawab Nayara.

Nayara mengambil kertas yang Ia kumpulkan.

"Widih banyak banget. Bagus-bagus," kata Rendi lalu mengambil semua kertas yang dipegang Nayara. Sebelum permainan dimulai Nayara sudah diberi tahu tempat kertas oleh Nathan. Makanya Nayara dapat mengumpulkan banyak nama.

"Kalian ngumpulin berapa?" Tanya Indah kepada Tiara.

"Satu hehe," kata Reihan cengengesan.

"Astaga ngapain aja waktu 2 jam cuma dapet satu!" Bentak Indah.

"Ini salahin Reihan! Ngambil nama aja butuh satu jam!" Tiara menunggu Reihan mengambil kertas diatas pohon selama satu jam.

"Yaudah ayo balik udah malem. Nanti ada mbak kunti lagi," ajak Rendi kemudian diangguki teman-temannya.

"Nah waktunya pengumuman pemenang dari game kali ini," kata Raya memimpin acara

"Ayo pasti pada penasaran kan?" Kata Raya.

"Kelompok Reihan pasti," kata Rendi dengan percaya diri.

"Pemenangnya adalah.... Kelompok Mawar!" Suara sorakan terdengar gemuruh. Kelompok mawar maju dan menerima hadiah berupa sekotak momogi.

"Kelompok mawar menang dengan total kertas yang ditemukan 8 kertas," kata Raya.

"Ha? Banyakan kita kali kak! Nayara berhasil ngumpulin 11 terus Gisel 4 terus saya 1. Totalnya 16 kertas kok bisa kelompok mereka yang menang?" Protes Reihan.

"Kelompok kamu kebanyakan zonk! Kertas yang berisi nama samaran semua ada dikelompok kalian. Artinya nama OSIS yang kalian pegang cuma 6. Akhirnya kelompok kalian ada diposisi terakhir," kata Raya.

Nayara lalu menatap tajam kearah Nathan yang dari tadi sudah gak tahan menahan tawa melihat adiknya.

Nayara tadi hanya mengambil kertas tanpa melihat nama yang tertulis didalamnya. Nayara menyesal telah mempercayai omongan Nathan.