Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 6 - Bab 5

Chapter 6 - Bab 5

"Bastian gimana sekolahnya nak?" tanya Renata ibu Bastian.

"Biasa aja sih Bun," jawab Bastian lesu.

"Kok biasa? Kenapa? Cerita sama Bunda sini duduk," kata Renata lalu Bastian segera duduk disebelah ibunya.

Bastian hanya termenung. Bayang-bayang kedekatan antara Gisel dan William terus menghantuinya. Apalagi, tadi saat hendak mengantar Gisel pulang, dirinya malah didahului William.

Flashback:

"Gisel Lo udah pulang belum?" Ketik Bastian di ruang obrolan miliknya dan Gisel.

Tak berselang lama Gisel segera menjawab pesan dari Bastian.

"Belum anjir, supir Gue lama banget."

"Yaudah bareng gue gimana?" Bastian mengetik dengan sangat cepat.

"Ok"

Bastian yang saat ini masih berada di ruang ekskul barunya segera merapikan alat-alat tulisnya lalu segera berlari menuju parkiran. Namun ditengah-tengah Ia berlari, Bastian mendapat pesan dari Gisel.

"Maaf Bas, Gue pulang sama William hari ini. Hehe."

Seketika langkah kaki Bastian terasa berat. Bastian melihat Gisel memeluk pinggang William erat. Padahal seharusnya dia lah yang dipeluk oleh Gisel, bukan William.

"William sialan!" Kata Bastian sambil menggenggam kepalannya erat.

Flashback off.

"Bun, Bastian suka Gisel," kata Bastian berterus terang.

"Ha? Gisel? Sahabat kamu ya kalo gak salah?" Tanya Renata.

"Iya, tapi kayanya Gisel suka orang lain," jawab Bastian.

"Terus gimana?"

"Bastian pingin pacarin Gisel, tapi Bastian juga takut ujung-ujungnya malah nyakitin Gisel. Kan nggak banget," jawab Bastian.

"Yaudah sabar aja. Dulu juga Ayah kamu ngejar-ngejar Bunda tapi Bunda suka sama orang lain. Tapi Ayah kamu gak nyerah," kata Renata menggantungkan kalimatnya.

"Terus kok bisa Bunda nikah sama Ayah?" Tanya Bastian penasaran.

"Ayah kamu milih jalan lain, dia milih hamilin Bunda. Jadinya Bunda hamil kakak kamu, tapi entah kenapa Ayah kamu pergi gitu aja bawa kakak kamu ninggalin kita," kata Renata.

"Ma tahu sesuatu gak?" Tanya Bastian yang membuat Renata penasaran.

"Mama hamil diusia ke 19 tahun?" Tanya Bastian. Dengan cepat Renata menganggukan kepalanya.

"Sahabat Bastian juga orang tua nya hamil di usia 19. Mulai dari orang tua Nayara sama Gisel juga, hamidun," jelas Bastian.

"Kebetulan kali, berarti kalian cocok jadi sahabat," kata Renata sambil mengelus pucuk kepala anaknya.

"Tapi bedanya kalo Nayara orang tua nya masih utuh. Beda sama Bastian dan Gisel. Gisel orang tuanya udah cerai sekarang tinggal bareng papanya doang," kata Bastian.

Jika dilihat-lihat, Bastian sekarang mirip seperti seorang anak perempuan yang sedang curhat kepada Bundanya.

"Kenalin Bunda sama Papanya Gisel dong. Siapa tahu bisa jadian," kata Renata menggoda

"Gak boleh! Kalo Bunda nikah Bastian ga bisa nikahin Gisel lah. Gaseru! Udah ah Bastian mau kekamar. Diem disini berasa jadi anak perempuan," Bastian lalu segera menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Kamu mirip Ayah kamu nak," kata Renata mengingat wajah suami dan anaknya.

"Oi Babas!" Pekik Gisel didepan kelas.

"Apaan?" Ketus Bastian.

"Ngambek Lo ya kemarin gajadi pulang bareng? Ya maaf, jarang-jarang Gue bisa meluk si William. Hihi nginget aja bisa bikin Gue salting begini astaga," kata Gisel sambil memukul-mukul lengan Bastian.

"Sakit anjing! Gausah pake mukul-mukul!" Bentak Bastian lalu pergi keluar kelas.

"Kenapa tuh Bastian?" Tanya Gisel kepada Indah yang duduk disebelahnya.

"Tadi pagi biasa aja kok, baru Lo dateng langsung berubah gitu," jawab Indah sambil fokus menatap bukunya.

"Lo tahu dia kenapa?" Tanya Gisel kepada Andre, teman duduk Bastian.

"Cemburu kali gara-gara Lo jalan sama si... siapa tadi?" Jawab Andre berusaha mengingat nama yang Gisel sebutkan tadi.

"William maksud Lo? Masak sih?" Tanya Gisel tak percaya.

"Gatau, kan Gue ngarang," jawab Andre tak berdosa.

"Yeuh, sialan Lo!" Kata Gisel sambil menoyor belakang kepala Andre.

"Misi mau nyari Nayara," kata Bastian sopan. Karena kelas Nayara berbeda dengan kelasnya dan agak jauh juga.

Keadaan kelas Nayara begitu sunyi ketimbang kelas Bastian yang selalu berisik. Mulai dari murid perempuan marah-marah pasal piket, siswa laki-laki yang mengadakan konser dadakan, dan seperti tadi, kegiatan debat Gisel dan Andre yang hampir setiap hari Bastian dengar. Kelas Nayara sunyi karena Nayara masuk dikelas unggulan yang berisikan siswa-siswa cerdas. Jangan lupa letak kelas Nayara yang berada diujung gedung membuat suasana lebih tenang.

"Nay, gue boleh duduk disini gak?" Tanya Bastian kepada Nayara.

"Duduk aja, tapi nanti kalo William dateng Lo langsung pindah," jawab Nayara.

"Iya iya," lalu Bastian dengan tenang duduk disebelah Nayara.

"Nay, mau nanya. Ini kenapa semua orang dikelas lo pada nunduk semua sih? Pada ngantuk ya?" Tanya Bastian yang melihat semua murid tertunduk, padahal kan lagi belajar.

"Mereka belajar Bas, bukan ngantuk. Lo jangan ribut, bisa-bisa entar dimakan hidup-hidup Lo," kata Nayara menegaskan.

Tapi bagi Bastian larangan adalah sebuah perintah, jadi dengan niat jahilnya Bastian membesarkan volume HP nya dan menyetal lagu dangdut.

Seketika seluruh isi kelas menoleh ke arah Bastian dengan tatapan tajam tanpa suara. Dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya sehingga membentuk huruf V, Bastian mematikan lagunya.

"Bas tumben kesini?" Tanya laki-laki yang tiba-tiba muncul dibelakang Bastian.

Yang menjadi sumber kecemburuan Bastian kepada Gisel selama ini. Tidak lain lagi, William lah yang datang dari belakang Bastian.

"Nay, ikut gue!" Kata Bastian lalu segera menarik tangan Nayara kasar. Entah kenapa ia bisa bersikap seperti itu.

William yang dari tadi berdiri hanya menatap kearah dua mahluk yang perlahan menghilang dari balik pintu.

"Will, siapa Nayara tuh? Pacarnya?" Tanya Tiara.

"Cuma benalu yang ikut campur dalam kehidupan Nayara!" Kata William tegas.

"Kok Lo bisa duduk sama William sih?!" Pekik Bastian saat ada di taman belakang.

Tentu saja pertanyaan Bastian membuat Nayara kaget. Memangnya salah jika Nayara duduk bersebelahan dengan William? Toh guru mereka yang mengatur posisi duduk agar yang pendek tidak terhalang oleh yang tinggi, Nayara lumayan tinggi.

"Memang kenapa kalo Gue duduk sama William? Salah?" Tanya Nayara tenang. Sedangkan Bastian terlihat marah.

Bastian hanya melampiaskan kecemburuan nya kepada Nayara yang tidak tahu menahu soal perasaannya kepada Gisel.

"Gue gasuka aja Lo deket-deket William," perkataan lembut Bastian membuat Nayara berfikir kalau Bastian tengah cemburu kepadanya. Tanpa sadar Nayara tersenyum.

"Kok senyam-senyum Lo?" Tanya Bastian merasa aneh.

"Ha? Nggak, yaudah Gue masuk kelas dulu," kata Nayara lalu berlari masuk kedalam kelasnya.

Nayara tidak menyangka karena ternyata Bastian menyimpan perasaan yang sama kepada Nayara. Hingga Nayara duduk disebelah William dan tak berhenti tersenyum mengingat kejadian saat ia ditarik paksa oleh Bastian, dan melihat raut wajah cemburu milik laki-laki pujaannya.

"Kenapa Nay?" Tanya William yang merasa aneh melihat sikap Nayara.

"Nggak kok," seketika wajah Nayara mendadak dingin dan cuek seperti biasanya.

Keenam remaja itu kini sedang duduk dimeja makan kantin sekolah. Menunggu pesanan mereka jadi.

Nayara duduk disebelah Bastian, sedangkan Gisel duduk disebelah William. Bastian dan William tak henti-hentinya melontarkan tatapan singa yang siap menerkam mangsanya.

Gisel yang melihat wajah William merasakan kalau William kini tengah merasa cemburu karena Bastian sangat dekat dengan Gisel.

"Nay, Gue ambilin pesanan Lo ya," kata Bastian lalu bangkit dari kursinya.

"Punya kamu biar aku yang ambilin ya Gisel," kata William lembut, membuat Bastian semakin terbakar.

"Kalian pacaran?" Tanya Andre kepada Gisel.

"Ha? Nggak juga kok, William temen masa kecil Gue dan kita biasa manggil aku kamu. Mungkin nanti," kata Gisel malu-malu.

"Apanya yang mungkin nanti?" Tanya Indah membuat Gisel semakin malu.

"Nggak kok. Gausah dipikirin deh," kata-kata Gisel membuat Indah dan Andre bergidik ngeri.

Makanan mereka sudah datang, dengan diam mereka semua makan kecuali dua rival sejati itu. William yang sibuk memerhatikan Gisel makan membuat Bastian tak terima hingga akhirnya Bastian menyenggol tangan Nayara sehingga makanan yang ada disendok Nayara jatuh ke atas rok nya.

"Astaga Nay, maaf," Bastian langsung mengambil tisu dan mengelap bibir mungil Nayara.

"Bas, jatuhnya kan di bawah. Ngapain lu ngelap bibirnya bego?" Geram Andre.

"Astaga iya, maaf Nay," Bastian membantu membersihkan sisa makanan yang ada dimeja.

Terlihat wajah William berwarna merah padam menandakan emosi William saat ini tengah memuncak. Dengan segala kekuatannya William menarik paksa tangan Gisel persis seperti yang dilakukan Bastian.

"Sel aku mau kamu jauh-jauh dari Bastian!" Persis dengan yang dilakukan Bastian. William menumpahkan semua emosinya kepada gadis yang ada dihadapannya saat ini.

"Ke-kenapa?" Tanya Gisel bingung. Selama mereka berteman, baru pertama keli Gisel melihat raut wajah William semerah ini.

"Gue gasuka aja Lo deket-deket sama dia! Maksud gu- aku, aku gasuka liat kamu main sama Bastian. Hm?" Kata William sambil menggenggam tangan Gisel erat.

Gisel menganggukan kepalanya, tanpa sadar William menarik Gisel kedalam pelukan hangatnya membuat Gisel berharap lebih.

Disisi lain, Bastian yang melihat adegan itu menahan amarah. Bastian tadi bilang ingin ke toilet, namun sebenarnya ia mengikuti dua orang itu.