Chereads / MARRIAGE BRINGS HATE: BALAS DENDAM ISTRI / Chapter 13 - MEMENDAM KEKECEWAAN

Chapter 13 - MEMENDAM KEKECEWAAN

Suara seseorang yang begitu keras cukup membuat pria tua itu terkejut. Ia langsung menatap tajam putranya yang saat ini berada dihadapannya, dirinya melihat David yang baru saja membentaknya membuat pria itu yang mengetahuinya pun langsung memandangnya dengan kecewa.

"Apa yang baru saja kau lakukan, David?" ujarnya dengan kepala yang menggeleng. "Kau baru saja membentakku, ayahmu sendiri!"

David yang mendengarnya pun langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya menundukkan kepala dengan kedua mata yang terpejam. Ia juga tahu bahwa dirinya bersalah, akan tetapi jika saja pria tua itu tidak memancing amarahnya, mungkin tak akan terjadi seperti ini.

"Ayah, lebih baik kau kembali saja. Aku tidak ingin ada pertengkaran di antara kita seperti ini di kantor."

"Tetap saja kau baru saja membentakku, David. Kenapa kau lakukan itu, hah? Apa kau lebih membela wanita miskin itu daripada aku? KATAKAN!"

Kembali David dibuat kesal dengan apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di belakangnya saat ini sehingga membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas seketika.

"Ayah, ku mohon padamu untuk segera berhenti sekarang juga. Sudah cukup kau berbicara, jangan kembali membuat suasana semakin tegang."

"Apa sekarang kau ingin menyalahkanku? Aku adalah ayahmu, David!"

"Harus bagaimana aku memberitahumu kalau aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu, Ayah?"

Tidak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu yang berasal dari luar ruangan membuat kedua pria tersebut yang mendengarnya langsung saling membenarkan pakaian hingga salah satu di antara mereka pin berbicara.

"Baiklah, sebaiknya malam ini kau pulang saja ke rumah. Jangan kembali ke Mansion atau aku akan mengusir wanita itu dari sana, kau mengerti?!"

David yang sedari tadi menundukkan kepalanya pun langsung mendongak memandang kepergian dari sang ayah dengan kepala yang menggeleng setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh pria tua tersebut sebelum akhirnya pintu pun terbuka.

Terlihat sopirnya yang sedang berdiam diri di depan pintu dengan sesuatu yang dibawanya membuat David yang mengetahui hal tersebut langsung menyunggingkan kedua sudut bibirnya ke atas sehingga membentuk sebuah senyuman setelah mengetahui apa yang baru saja dilihatnya tersebut.

"Maaf, mungkin saya mengganggu tuan muda."

Sopir itu sedikit menundukkan kepalanya dengan kedua tangannya yang masih menenteng sesuatu membuat David yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas seketika.

"Tidak apa-apa, justru saya yang seharusnya berterima kasih kepadamu, karena kau telah menyelamatkan hidupku."

Mendengar itu membuat seseorang yang berada di hadapannya itu pun diam-diam menyunggingkan kedua sudut bibirnya sehingga membuatnya saat ini langsung menyimpan pesanan David ke atas meja.

"Ini pesananmu, Tuan muda."

"Terima kasih banyak, Pak." David menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum sembari melihat isi di dalam sebuah kantung tersebut sebelum akhirnya kembali mendongak memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini. "Oh, iya, apa kau sudah makan siang?"

"Saya akan makan siang nanti di kantin kantor," jawab pria di hadapannya tersebut. "Kalau begitu saya permisi."

David yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya berkata, "Hey, tunggu dulu. Apa kau tidak bisa menemaniku di sini?"

"Maaf, tetapi saya merasa tidak pantas berada di sini, Tuan muda."

Pria itu menghela nafas sejenak sebelum akhirnya berkata, "Ini adalah bagian dari perintahku, jadi kau harus menurutinya," ujar David kepada sopir pribadinya tersebut.

"B-baiklah," sahut pria itu dengan sedikit membungkukkan tubuhnya lalu kembali berkata, "Saya akan menemani tuan muda."

"Bagus." David tersenyum.

***

Hari sudah hampir malam dan saat ini David sedang berada di dalam lift. Pria itu merasakan ponselnya yang bergetar membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung mengeluarkan benda tipis itu dari dalam saku celananya.

Seulas senyum pun terbit di wajah seorang pria yang itu ketika mengetahui bahwa ternyata yang menghubunginya adalah Jane, sahabatnya sendiri. Tanpa pikir Panjang David langsung menjawabnya dengan senyum yang tidak pernah pudar.

"Halo, Jane."

"Halo, David Kenapa kau belum kembali?"

"Aku masih berada di kantor," jawab David tersenyum. "Ada apa?"

Suasana mendadak hening dengan pria itu yang saat ini langsung mengerutkan kening setelah mengetahui tidak ada respon kembali dari seseorang yang berada di depan sana sehingga membuatnya yang mengetahui hal tersebut pun berbicara.

"Tidak ada, tetapi jika kau sudah kembali, tolong beritahu aku."

"Hm, baiklah," ujar David dengan kedua alisnya yang terangkat serta senyum yang tidak pernah pudar. "Oh, iya, Jane. Ada yang ingin ku katakana kepadamu."

"Ada apa?" tanyanya. "Cepat katakana kepadaku."

David yang mendengar itu langsung terkekeh sebelum akhirnya menundukkan kepala dengan senyum masih sama sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak akan pulang ke Mansion malam ini. Jadi kau tak perlu menungguku, ya," ujarnya dengan senyum manisnya tersebut.

"O-oh, begitu, ya. Baiklah, tidak apa-apa."

Merasa bahwa ucapannya seperti mengecewakan wanita itu membuat David langsung menaikkan kedua alisnya.

"Jane," panggilnya lalu menghela nafas sejenak lalu kembali berkata, "Are you okay?"

"Y-ya, aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir."

David yang mendengarnya langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepala sebelum akhirnya pria tersebut berkata, "Jane, kau tidak apa-apa kan sendirian di Mansion?" tanyanya dengan kedua alis yang terangkat.

"Jika kau takut, aku tidak akan membiarkan para pekerja untuk pulang."

"Hey, jangan seperti itu David. Mereka harus beristirahat dan pulang ke rumah yang menjadi tempat ternyamannya."

"Bagaimana dengan dirimu?"

Jane menghela nafas dengan kedua mata yang terpejam sejenak sebelum akhirnya wanita tersebut menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di sana.

"Kau tidak pernah berubah, ya, David."

"Apa salahnya aku peduli padamu?"

"Tapi bukan berarti kau harus mengorbankan orang lain."

Setelah Jane berkata seperti itu, akhirnya David pun menghela nafas sejenak sebelum akhirnya pria tersebut berkata. "Lalu apa yang harus ku lakukan?"

"Kau tidak perlu melakukan apapun, David. Aku di sini baik-baik saja, lagi pula … bukankah hanya satu malam saja?"

"Ya, akan ku pastikan hanya malam ini saja."

Terdengar meragukan, akan tetapi Jane tetap mengiyakan ucapan dari seseorang yang berada di seberang sana. Wanita tersebut tersenyum sebelum akhirnya menghela nafas bertanya. Ia menutupi sesuatu yang sesak di hati, dirinya berusaha untuk tetap tersenyum, meskipun kenyataannya memang sedikit kecewa.

"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa besok David."

"Ya, sampai jumpa."

***

Setelah itu panggilan telepon pun telah berakhir dengan Jane yang saat ini memandangi beberapa masakan untuk makan malamnya bersama David yang sudah tersaji begitu banyak di depannya membuat wanita tersebut menghela nafas. "Aku akan makan malam bersama siapa?" gumam Jane dengan wajah lesunya itu. Kemudian terdengar suara seseorang yang berjalan membuat wanita tersebut langsung menoleh lalu berkata, "Bibi!"

Wanita tua itu yang mendengarnya pun langsung menaikkan kedua alisnya dan berkata, "Iya, Nona. Ada apa kau memanggilku?" ujarnya.

"Apa Bibi sudah makan malam?" tanya Jane. Sedangkan seseorang yang berada di hadapannya saat ini menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum sembari menggelengkan kepala.

Jane yang mengetahui hal tersebut langsung tersenyum, kemudian berkata, "Kalau begitu makan bersamaku saja. David tidak pulang malam ini."

Hening beberapa saat sebelum akhirnya Jane melihat seorang wanita tua yang berada di hadapannya itu saat ini menganggukkan kepalanya tersenyum.