Chereads / MARRIAGE BRINGS HATE: BALAS DENDAM ISTRI / Chapter 14 - AKU AKAN MENUNGGUMU

Chapter 14 - AKU AKAN MENUNGGUMU

David berjalan keluar dari dalam kantor untuk menuju ke basement mengambil mobilnya yang terparkir di sana. Pria itu merasa khawatir karena harus meninggalkan Jane seorang diri di Mansion membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas.

Ketika baru saja sampai di depan mobil, saat pria itu hendak memasukinya tiba-tiba saja getaran di saku celananya membuat David harus mengurungkan niat sehingga kini ia langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana sehingga dirinya yang mengetahui hal tersebut pun kembali menghela nafas.

"Halo."

"Kau di mana?" tanya seseorang di seberang sana.

"Aku masih berada di Perusahaan. Ada apa kau menghubungiku, Manu?"

"Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres di sini. Bisakah kau dating ke rumahku lebih dulu?"

"Baiklah, akan ku usahakan."

Kedua matanya menyiratkan kemarahan, akan tetapi David berusaha untuk tetap tenang karena ia yang teringat bahwa dirinya harus mengendara setelah ini.

Kini tujuannya adalah menuju ke rumah sahabatnya terlebih dahulu sebelum David benar-benar kembali pulang ke rumah kedua orang tuanya.

***

Selama perjalanan ia terus saja memikirkan seseorang sehingga dirinya kini yang merasa bahwa sedang merindukannya pun langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk menghubungi wanita itu.

"Halo."

Ketika mendengar suara seorang wanita yang begitu dirindukannya, semua kekesalan itu sirna dan tergantikan oleh senyum kebahagiaan saat mengetahuinya.

"Kau sedang apa?"

"Aku sedang berbaring di tempat tidur. Tunggu, ada apa kau menghubungiku?"

"Memangnya kenapa jika aku ingin menghubungimu?"

"Bukan begitu, David. Aku hanya terkejut saja setelah mengetahui bahwa yang menghubungiku adalah dirimu."

Pria itu terkekeh sejenak sebelum akhirnya berdeham lalu menggelengkan kepala sembari memerhatikan jalanan raya yang cukup padat.

"Jane," panggil David. "Aku merindukanmu."

"Hey, kita hanya tidak bertemu beberapa jam saja."

"Tapi satu hari ini kita tidak bisa bertemu dan baru bisa kembali besok."

Di seberang sana Jane yang mendengarnya pun langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya menolehkan kepalanya ke samping memandangi langit yang indah.

"Jangan seperti ini, David."

"Kenapa?" tanya pria itu dengan kedua alis yang terangkat. "Apa ada yang salah denganku?"

"Tidak, hanya saja aku tak ingin menjadi merindukanmu juga."

David yang sedang mengemudi pun seketika dibuat salah tingkah dengan kedua sudut bibirnya yang tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman.

"Bukankah itu sangat bagus?"

"Hey!" tegur Jane dengan kedua pipinya yang sudah memerah karena malu. "Jangan seperti itu."

"Itu berarti aku tidak perlu bersusah payah untuk merindukanmu, karena kau yang juga sedang merindukanku."

"Kedengarannya terlalu curang, ya. Kau benar-benar menyebalkan, David."

Senyuman pun terbit di wajah seorang wanita yang berada di kamar saat ini sedang berbaring memandangi langit-langit kamar dengan bibirnya yang melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman.

"Apa kau yakin sedang kesal?" tanya David meremehkan. "Jangan kau berpura-pura, Jane."

"Ada apa dengan dirimu, hah? Aku bersungguh-sungguh bahwa kau sangat menyebalkan."

"Kekesalanmu tidak berarti menjadi apa-apa jika kau tetap tersenyum."

Seketika Jane langsung terdiam mematung di tempatnya setelah mendengar ucapan dari pria tersebut yang membuatnya kini benar-benar merasa bahwa David sepertinya memasang sebuah CCTV yang terpasang di dalam kamarnya sendiri.

"David, cepat katakan padaku dimana kau memasangnya!"

"Apa yang kau katakan, Jane?"

Wanita itu menghela nafas sejenak sebelum akhirnya memutar kedua bola matanya malas lalu berkata, "Apa kau pikir aku tidak mengetahuinya?"

"Tunggu, apa kau berpikir aku memasang CCTV lagi?"

"Menurutmu?" ujar Jane dengan ketus. "Cepat katakan!"

Pria itu yang mendengarnya pun langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya menggelengkan kepala.

"Aku benar-benar tidak melakukannya, Jane. Coba kau pikir, untuk apa aku memasang CCTV di kamar itu?"

"David, jangan bercanda," ujar Jane malas. "Aku benar-benar sedang tidak ingin berdebat."

"Aku bersungguh-sungguh, Jane. Kau harus percaya padaku. Lagi pula, jika aku selalu berkata benar, bukankah itu berarti aku sangat mengenali dirimu melebihi dirimu sendiri?"

Seketika Jane langsung terdiam mematung di tempatnya setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di sana sehingga membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya memijit pangkal hidungnya seketika.

***

Tidak terasa selama perjalanan David berbincang dengan Jane membuat pria itu kini sudah berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah dan besar. Ia menghela nafas sejenak sebelum akhirnya dirinya pun menyunggingkan kedua sudut bibirnya kepada seseorang yang sedang berbicara dengannya di telepon.

"Jane," panggilnya kepada seseorang tersebut. "Sudah dulu, ya. Aku harus menghadapi sebuah masalah lebih dulu, semoga cepat selesai dan bisa kembali pulang besok pagi."

"Ya sudah, kalau begitu hati-hati David dan jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai kau membiarkan dirimu sendiri terluka. Aku akan menunggumu pulang."

Senyum pun terbit di wajah seorang pria yang belum mengakhiri panggilannya tersebut, ia menghela nafas sejenak ketika merasakan kembali getaran di hatinya membuat dirinya yang mengetahui hal itu kembali sedikit salah tingkah.

"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa dan selamat tidur Jane."

Setelah selesai berbincang dengan Jane, kini David langsung menghela nafas untuk mempersiapkan diri berhadapan dengan kedua orang tuanya kembali sehingga kini pria tersebut langsung memasuki area pekarangan rumah yang luas tersebut.

Kemudian David pun keluar dari dalam mobil sembari membenarkan pakaiannya terlebih dahulu lalu berdeham sebelum akhirnya melemparkan kunci kepada seseorang yang berdiri tidak jauh darinya.

Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di rumah ini lagi, dan saat ini dirinya sangat berharap bahwa tak terjadi sesuatu selama di sini.

Karena itu menjadi satu-satunya alasan mengapa David tidak ingin dating kemari, kecuali atas perintah sang ayah.

Beberapa saat kemudian setelah memasuki rumah ini, di depan sana terlihat semua orang yang sudah berkumpul di meja makan membuat David yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas seketika.

"Oh, Kakak! Apakah itu kau?!" ujar seorang gadis di sana yang sedang duduk di antara semua orang.

"Ya, ini aku, Celine." David tersenyum kepada adik perempuan terakhirnya itu, pria tersebut sangat menyayanginya melebihi dirinya sendiri sehingga kini saat melihat gadis tersebut berlari ke arahnya membuatnya langsung merentangkan kedua tangannya dengan bermaksud membawanya ke dalam pelukan.

"Apa kau tahu, Kakak?"

"Apa?" tanya David dengan kedua alis yang terangkat.

"Aku merindukanmu!"

David yang mendengarnya pun langsung terkekeh sebelum akhirnya menggelengkan kepala. Pria itu melihat Celine yang sedikit merajuk membuatnya yang mengetahui hal tersebut pun menghela nafas.

"Oh, ya? Apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin tinggal bersama Kakak."

Pria itu menyunggingkan kedua sudut bibirnya setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.

"Celine harus meminta izin dulu pada ayah, baru kau boleh ikut bersamaku."

"Ayah pasti tidak akan mengizinkanku lagi," ujarnya sedikit menundukkan kepalanya dengan lesu. "Bisakah kau membantuku?"