Chereads / MARRIAGE BRINGS HATE: BALAS DENDAM ISTRI / Chapter 16 - SEJAK KEDATANGAN GADIS ASING

Chapter 16 - SEJAK KEDATANGAN GADIS ASING

Pria itu tersenyum setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di sampingnya tersebut sebelum akhirnya berbicara.

"Baiklah, kalau begitu sekarang kau harus segera tidur karena sudah larut malam."

"Kakak," panggil Celine dengan wajah yang ditekuk. "Bisakah kau menemaniku sebelum kembali?"

"Apa kau masih takut tidur sendiri?"

Gadia itu menggelengkan kepalanya sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku hanya sedang merindukanmu. Setelah ini aku tidak tahu kapan kau akan kembali lagi kemari."

"Jadi apa yang kau inginkan?" tanya David dengan kedua alis yang terangkat.

"Aku ingin kau menemaniku tidur."

"Baiklah, aku akan menemani hanya sampai kau tertidur saja."

Celine menganggukkan kepalanya sembari tersenyum sebelum akhirnya mencoba untuk membenarkan posisinya itu.

"Kalau begitu, ayo cepat pejamkan kedua matamu. Kau harus segera tidur, ini sudah terlalu malam."

Gadis itu menganggukkan kepalanya dengan senyum manisnya tersebut setelah mendengarnya sehingga kini ia pun dengan perlahan mulai memejamkan kedua mata. Dirinya mencoba untuk menyelami sebuah mimpi yang sangat indah di malam ini.

David yang berada di sampingnya itu pun menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum setelah melihat adik cantiknya itu yang kini sudah mulai memejamkan kedua matanya.

Satu tangannya ia gunakan untuk mengusap puncak kepala seseorang yang berada di sampingnya saat ini sebelum dirinya memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurnya setelah merasa bahwa Celine sudah tertidur dengan pulasnya.

"Dia berkata padaku, bahwa dia sangat sulit untuk tertidur. Tetapi ternyata dia secepat itu untuk tertidur."

David menggelengkan kepalanya sembari tersenyum setelah mengetahui hal tersebut sebelum akhirnya pria itu merasakan getaran pada ponselnya membuat keningnya berkerut melihat sebuah nama yang tertera di sana.

"Halo, kenapa kau tidak datang?"

"Maaf, aku benar-benar lupa. Dipikiranku saat itu hanya ingin segera keluar dari rumah yang sebenarnya adalah sebuah penjara."

Terdengar suara tawa dari seberang sana yang membuat David menggelengkan kepala.

"David," panggil Manu. "Apa kau bertemu dengan adikmu?"

"Siapa?" ujar pria itu malas. Keningnya berkerut sejenak sebelum akhirnya kembali berkata, "Hey, tunggu. Apa kau mengencani salah satu adikku?"

"T-tidak, kenapa kau berpikir aku mengencani salah satu adikmu, hah?! Apa kau gila?" ujar Manu dengan wajah yang ditekuk. "Hanya saja aku menyukai salah satu adikmu. Apakah aku ---"

"Tidak boleh!" potong David dengan tegas. "Jika kau mau, jangan mereka---adik-adikku."

Manu yang mendengarnya pun langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya tersenyum masam.

"Dasar pelit!" ujarnya dengan kesal. "Padahal aku hanya meminta satu dari kelima adikmu itu."

"Caramu memohon padaku saja sudah seperti itu, apakah mereka adalah barang yang kau sebut dengan 'meminta'?"

Kedua mata Manu langsung terpejam setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya tersebut. Sepertinya ia kembali salah berucap sehingga dirinya kini langsung memijit pangkal hidungnya seketika.

"Ya sudahlah, lupakan saja. Oh, iya, jadi kapan kau akan datang kemari? Ada sesuatu yang harus ku bicarakan denganmu setelah kau memintaku untuk mencari tahu tentang gadis asing itu."

"Ada apa?" David sedikit mengerutkan keningnya setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya tersebut di seberang sana. "Jangan membuatku semakin penasaran. Apa kau tidak bisa membicarakannya sekarang?"

"Bisa saja, tetapi ... tidak tahu kenapa aku selalu merasa puas ketika mengetahui bahwa kau sedang tersiksa, maka dari itu ..."

Satu alis David langsung terangkat setelah mendengar sahabatnya itu yang menggantungkan ucapannya membuat pria tersebut menghela nafas.

"Apa yang kau bicarakan, Manu? Kebiasaanmu adalah membuatku penasaran, jangan membuatku mati dalam rasa penasaran."

Manu terkekeh lalu kembali berkata, "Maka dari itu, sebaiknya besok kau cepat datang kemari, oke? Kalau begitu aku akhiri saja pembicaraan kita sampai di sini. Sampai jumpa besok, bye!"

Panggilan pun telah berakhir dengan David yang kini menggelengkan kepala sembari tersenyum setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya itu.

Sempat terlintas karena merasa aneh dengan yang dikatakan oleh sahabatnya itu, tetapi pria itu hanya menganggapnya sebagai lelucon lalu menggelengkan kepala sebelum akhirnya menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat adik tersayangnya itu yang sudah tertidur begitu lelap.

Pria itu berjalan mendekati sang adik lalu dikecupnya singkat kening gadis itu. Kemudian berlalu pergi keluar kamar meninggalkan Celine seorang diri.

***

Sudah pukul 02.00 dini hari tetapi seorang wanita kini sulit untuk tertidur membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung bangun dari baringannya itu lalu berjalan menuju ke balkon untuk menikmati keindahan langit malam hari.

"Bagaimana kau akan memberitahuku? Mencintai, tetap sakit. Dicintai? Sering kali terhanyut ke dalam keserakahan. Bertahan? Terluka. Melepaskan? Lebih menyakitkan."

Jane menghela nafas sejenak sebelum akhirnya menundukkan kepala dengan kedua mata yang terpejam. "Apa yang harus ku lakukan?"

Tidak tahu kenapa tiba-tiba semuanya berubah terasa menyakitkan sejak kedatangan seorang gadis asing yang membuatnya merasa bingung dan ragu secara bersamaan.

"Apa dia benar bukan yang lain?" gumam Jane. "Tolong katakan padaku, David. Aku tidak ingin semakin terluka lebih dalam setelah mengetahui semua yang sebenarnya."

Tiba-tiba saja ponselnya berdering membuat wanita itu langsung memutar tubuhnya ke belakang di mana kamarnya tersebut berada sebelum akhirnya berjalan masuk ke dalam sana dan melihat layar ponsel yang menyala.

Terdapat sebuah notifikasi pesan chat yang masuk membuat Jane yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya memastikannya.

"Siapa yang mengirimkun pesan di malam seperti ini?" gumamnya dengan kening yang berkerut. "Apa aku akan menyesal setelah membukanya?"

Tetapi rasa penasaran wanita itu jauh lebih besar daripada resiko yang akan didapatkannya nanti sehingga membuat Jane yang mengetahui hal tersebut langsung mengambil benda tipis itu untuk melihatnya.

Jane langsung terdiam mematung di tempatnya dengan kedua mata yang terbelalak setelah melihat isi pesan yang dikirimkan oleh seseorang sehingga membuatnya langsung kembali menyimpan ponsel miliknya itu ke atas meja dengan tatapan kosongnya.

"D-dari mana dia tahu semuanya? Kenapa dia mengirimiku sebuah pesan? Apa yang sebenernya terjadi? Apa ini ada hubungannya dengan ..."

Ia langsung menggelengkan kepala dengan kedua tangan yang memegang pelipisnya sendiri sebelum dirinya menjatuhkan diri di tepi ranjang dengan isak tangis yang tidak mau berhenti sedari tadi.

***

Keesokan harinya David yang baru saja membuka kedua matanya langsung berjalan menuju kamar mandi untuk berendam.

Ia ingin segera sampai di Mansion terlebih dahulu untuk memastikan keadaan seseorang sebelum dirinya pergi menuju ke Perusahaan.

Beberapa saat kemudian David yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi pun mendengar suara pintu yang diketuk membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung berteriak.

"Siapa?!"

"Kakak, ini Celine. Ayo cepat sarapan bersama, aku ingin pergi bersamamu!"

Kedua alis David langsung terangkat setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sang adik sehingga membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung menggelengkan kepala dengan senyum manisnya itu.

"Pergi saja lebih dulu, nanti aku akan menyusul!"

"Apa kau tidak akan lama?"

"Tentu saja tidak. Sudah, pergi sana, dan tunggu aku di meja makan."

"Hm, baiklah."

Sudah tidak terdengar lagi suara gadis itu membuat David merasa yakin bahwa Celine telah pergi dari depan pintu kamarnya tersebut.