Sepanjang perjalanan David terus saja diam membuat Celine yang melihatnya pun langsung menghela nafas. Gadis itu sudah berulang kali mencoba untuk mengajaknya berbicara, akan tetapi tidak ada satu pun yang berhasil dilakukannya.
"Kak David, apakah kau akan terus seperti ini?"
"Aku benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana, Kak David. Sudah ku bilang, jangan terlalu memikirkanku, kini aku baik-baik saja bersamamu."
"Kak David …"
"Kak, ayo bicaralah padaku, jangan diam saja."
David yang sedari tadi sedang mengemudi dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari jalanan raya pun langsung menghela nafas. Pria itu berbicara membuat seseorang yang berada di sampingnya langsung menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum dengan apa yang baru saja di katakan oleh sang adik.
"Apa?"
"Ya ampun, Kak David. Setelah satu jam akhirnya Kakak mau bicara lagi sama aku!"
"Hm …"
"Kak David," panggil Celine yang kini memandang sang kakak dengan kedua alis yang terangkat.
"Apa?" sahut David dengan lembut.
"Sebenarnya apa yang sudah Kakak dengar dari Kak Sehan sampai kau menjadi seperti ini?"
Pria itu yang mendengarnya pun langsung menggelengkan kepala sembari menghela nafas. Sedangkan Celine yang melihatnya menekuk wajahnya sehingga kini gadis tersebut yang mengetahuinya langsung berdecak.
"Bukan apa-apa."
"Apa kau berniat tidak akan memberitahuku?"
"Hm …"
"Kenapa kau sangat tega terhadap adikmu sendiri?"
"Celine, tidak semuanya kau harus mengetahuinya. Lagi pula, bagiku kau masih kecil. Sebaiknya kau fokus saja pada apa yang kau inginkan. Aku sudah membawamu pergi dari rumah terkutuk itu, jadi ku harap setelah ini kau akan mengikuti perintahku."
"Apakah ini benar-benar kakakku?"
"Ya, ini adalah aku. Jadi kau harus mengikuti apa kataku."
Celine sempat terdiam sejenak setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di sampingnya tersebut sehingga kini gadis itu yang mengetahuinya pun menganggukkan kepala.
"Ada apa dengan dirimu?"
"Apa?"
"Kakak sangat berbeda dengan yang ku kenal selama ini."
Mendengar itu membuat David langsung menghela nafas, pria itu mencoba untuk meredakan emosinya sehingga kini ia pun menepikan mobilnya terlebih dahulu sebelum dirinya memutuskan untuk berbicara dengan sang adik.
"Maafkan aku, Celine. Aku sedang sedikit emosi saja setelah mendengar apa yang Sehan katakan selama ini tentangmu."
"Aku mengerti, Kak David."
"Maaf, jika saja aku tahu lebih cepat tentangmu selama ini, mungkin kau tidak harus menjadi korban kekerasan dari Ayah."
"Aku menyayangimu, Kak."
"Aku juga. Sekarang kau bisa melakukan apapun yang kau mau, itu pun kau harus menuruti perkataanku, ya. Kau harus belajar dengan benar, sekolahmu saat ini lebih penting dari pada apa pun."
"Baik, aku akan mendengarkan kata-katamu itu."
Seketika senyum pun mengembang dari seorang pria yang berada di sampingnya saat ini sehingga membuat Celine yang mengetahui hal tersebut langsung ikut tersenyum.
"Oh, iya, apakah di Mansion hanya ada Kakak saja?"
"Tidak," jawab David.
"Oh, apakah ada yang lain?"
"Tentu."
"Siapa?"
David yang mendengarnya langsung mengacak-acak rambutnya dengan gemas serta senyum yang tidak pernah pudar sehingga membuat Celine yang mengetahui hal tersebut berdecak kesal.
"Kak David!"
"Apa?"
"Kau membuat rambutku rusak!"
"Oh, ya? Baiklah, maafkan aku."
Sementara itu Celine yang mengetahui hal tersebut langsung mendengus geli sebelum akhirnya mengeluarkan kaca dan sisir untuk merapikan rambutnya yang sempat diacak oleh sang kakak.
***
Saat ini seorang pria sedang duduk seorang diri sembari menyeruput secangkir kopi yang baru saja dibuatnya itu. Ketika sedang menikmati kesendiriannya, tiba-tiba saja suara bel rumah berbunyi yang membuatnya langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut berasal.
"Oh, dia sudah datang."
Kemudian ia melangkahkan kakinya berjalan menuju ke pintu utama rumahnya hingga di mana dirinya melihat seseorang yang begitu dikenalinya tersebut berdiam diri di hadapannya saat ini.
"Hay," sapa Manu tersenyum. "Akhirnya kau datang juga."
Tidak lama kemudian keningnya langsung berkerut setelah melihat adanya sebuah kejanggalan yang membuat seorang pria yang berada di hadapannya saat ini berbicara.
"Ada apa? Siapa yang kau cari?"
Manu yang tersadar dengan yang sedang dilakukannya membuat pria itu langsung kembali berdiri tegak sembari memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini dengan dehaman yang cukup keras.
"T-tidak, bukan apa-apa, kalau begitu ayo cepat masuk."
"Hm," sahut David sembari menganggukkan kepala, lalu menoleh ke arah mobilnya sendiri di mana di sana terdapat sang adik yang sedang tertidur.
Sesampainya di dalam rumah, saat ini David sedang duduk di sebuah sofa. Pria itu menunggu sahabatnya yang sedang pergi ke dapur hingga beberapa saat kemudian seseorang yang ditunggunya pun sudah kembali datang membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas.
Manu menyimpan segelas minuman di hadapan David, kemudian pria itu mendudukkan dirinya di hadapan sahabatnya tersebut.
"Kenapa kau bertamu sangat malam?"
"Tidak boleh?"
"Tidak."
David yang mendengar jawaban dari seorang pria yang berada di hadapannya itu langsung menaikan satu alisnya. Sedangkan Manu yang melihatnya pun menutup bibirnya rapat-rapat lalu memalingkan wajahnya ke arah lain sejenak sebelum akhirnya kembali memandang sahabatnya.
"T-tidak, maksudku adalah … bukan seperti itu."
"Aku sibuk, seharusnya kau sudah mengerti dengan jawabanku."
"Oh, ya, kau benar. Tetapi bukankah masih ada waktu luang untuk …?" Manu menghentikan ucapannya ketika melihat ekspresi dari seseorang yang berada di hadapannya saat ini sebelum akhirnya berdeham lalu kembali berkata, "Lupakan saja."
Seorang pria yang berada di hadapannya langsung menghela nafas dengan kedua tangan yang melipat di dada sembari menggelengkan kepala.
"Berterus terang saja," ujarnya. "Kau ingin menanyakan tentang adikku, kan?"
Manu yang semula menundukkan kepala pun langsung mendongak dengan kedua mata yang terbelalak. Pria itu menggelengkan kepala sehingga membuat David yang melihat itu terkekeh.
"Jika memang tidak, buat aku percaya dengan yang kau katakan."
"Hah, sudahlah, sepertinya memang benar bahwa aku tidak bisa berbohong padamu."
"Tentu." David mengucapkannya dengan percaya diri.
Beberapa saat kemudian suara seorang gadis yang memanggil nama salah satu di antara mereka pun membuat kedua pria itu langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka.
Di sana terdapat Celine yang sedang memandangnya dengan tatapan yang begitu lugu sehingga membuat Manu yang sejak tadi melihatnya benar-benar merasa gemas. Pria itu terlihat salah tingkah, akan tetapi sebisa mungkin untuk menjaganya agar tidak terlihat memalukan.
Sedangkan David yang menyadari hal tersebut pun sudah mengetahuinya, dan sepertinya Manu gagal menyembunyikan salah tingkahnya itu sehingga pria itu yang melihatnya langsung menggelengkan kepala dengan senyum tipisnya.
"Kak David," panggil Celine. "Kenapa kau meninggalkanku?"
David yang mendengarnya langsung kembali memandang ke arah seorang gadis yang masih berdiam diri di ambang pintu sebelum akhirnya pria tersebut beranjak dari duduknya.