"O-oh, ku pikir kau tidak akan bangun, maafkan aku."
Celine yang mendengar itu langsung menghela nafas lalu menggelengkan kepala sebelum akhirnya melipat kedua tangannya di dada. Sepertinya gadis itu mulai merajuk sehingga membuat David yang melihatnya pun mengulum bibirnya.
Sementara itu di belakang sana seorang pria yang merupakan sahabat dari David saat ini sedang tersenyum memandang gadis di depan sana sebelum akhirnya ia tersadar lalu dirinya mulai menggelengkan kepala.
"Sudahlah," ujar Celine. "Oh, iya, kenapa kita datang ke sini? Bukankah kau bilang kita akan pulang?"
David yang mendengarnya langsung terdiam sejenak memandang seorang gadis yang berada di hadapannya saat ini, kemudian menolehkan kepalanya ke belakang di mana Manu yang sedang sibuk memandangi adiknya sebelum akhirnya pria tersebut tersadar dan menatap balas ke arahnya.
"Celine, aku masalah yang harus ku selesaikan terlebih dahulu, jadi aku datang kemari sebelum kembali pulang."
"Oh, begitu ya. Bagaimana dengan seseorang yang ada di Mansion mu? Apa kau tidak merasa kasihan padanya?"
"Dia pasti mengerti, Celine."
"Tapi Kak David, aku tidak mau membuat seseorang menunggu terlalu lama."
Pria itu menaikan kedua alisnya setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh sang adik sehingga kini David menghela nafas.
"Iya, aku mengerti maksudmu. Tenang saja, aku tidak akan terlalu lama berada di sini."
"Baiklah, tetapi kau harus berjanji kepadaku."
"Hm," sahut David tersenyum sembari menganggukkan kepala.
Suasana pun kembali hening di antara David dan Celine yang membuat Manu langsung berdeham. Keduanya yang sedang saling menatap satu sama lain langsung memusatkan perhatiannya kepada seorang pria yang baru saja mengalihkan perhatiannya itu.
"David, tidakkah kau tahu bahwa adikmu merasa pegal karena terus saja berdiri di sana?"
David yang tersadar pun langsung menoleh ke arah Celine yang saat ini sedang menghela nafas, hal tersebut membuat pria itu langsung mengajak sang adik untuk masuk ke dalam.
"Maaf, ayo masuklah, Celine."
"Kakak benar-benar …" Celine menggelengkan kepala. "Kakak yang itu lebih mengerti aku daripada dirimu sendiri."
Mendengar itu membuat Manu langsung menundukkan kepala dengan senyumannya. Pria itu sedang berusaha untuk menahan diri agar tidak salah tingkah, sedangkan David saat ini sedang menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ada apa dengan dirimu?"
"David."
"Aku sedang berbicara dengan Celine, bukan dirimu, Manu."
"Oh, jadi namanya adalah Manu." Celine tersenyum sembari menganggukkan kepala sebelum akhirnya kembali berkata, "Kalau begitu, mari berkenalan denganku."
Kedua mata David langsung terbelalak setelah mendengar apa yang baru saja di katakan olehnya sehingga kini pria itu pun menoleh ke arah Manu yang saat ini sedang terperangah karena terkejut.
"B-bolehkah?" Manu bertanya sembari memandang David yang saat ini sedang menatapnya. "David, ku harap kau tidak marah lagi padaku."
Mendengar itu membuat David langsung memutar kedua bola matanya malas sebelum akhirnya pria tersebut memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Sementara Celine yang mendengar itu pun langsung mengerutkan keningnya.
"Memangnya ada apa dengan kakakku?" tanya gadis itu. "Apa alasan dia untuk marah terhadapmu?"
Saat itu juga David yang mendengar hal tersebut langsung memejamkan kedua matanya dengan beberapa umpatan yang diberikannya untuk sang sahabat. Sedangkan Manu kini sedang menutup mulutnya sendiri dengan mata yang terbelalak.
"O-oh, bukan begitu, Celine. Maksudku adalah …" Manu benar-benar merasa gugup sekaligus takut di waktu yang bersamaan karena melihat bagaimana David yang sepertinya sedang kesal terhadapnya saat ini. "Lupakan saja, itu bukan apa-apa."
Kedua alis Celine langsung terangkat setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga kini gadis itu yang mengetahuinya pun langsung menghela nafas seketika.
"Celine," panggil David.
"Apa?"
"Duduk."
Manu hanya diam dan pria itu meneguk ludahnya sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi ke dapur membuatkan sesuatu untuk adik dari sahabatnya sendiri.
"Aku sudah membuat keputusan yang tepat untuk tidak membawamu datang ke sini, tetapi … ya sudahlah, semua sudah terjadi."
"Kak David berbicara apa?" tanya Celine yang baru saja duduk di samping pria itu dengan kedua alis yang terangkat. "Aku mendengarmu berbicara."
"Tidak, aku tak berbicara apapun," jawab David tersenyum kikuk.
"Apa mungkin?" Celine mengerutkan keningnya setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di sampingnya saat ini sebelum akhirnya kembali berkata, "Tapi aku mendengar bahwa kau berbicara sesuatu."
"Itu mungkin hanya perasaanmu saja, Celine. Aku benar-benar tidak berbicara apapun."
Celine langsung memicingkan kedua matanya setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di sampingnya tersebut.
"Benarkah?" tanyanya dengan tatapan penuh intimidasi. "Kau sedang tidak berbohong, kan?"
"Untuk apa aku berbohong kepadamu, hah? Tidak ada gunanya, Celine."
Beberapa saat kemudian datanglah seseorang yang tidak disadari oleh Celine dan David kepergiannya itu sehingga kini keduanya pun memusatkan perhatian kepadanya.
"Sejak kapan kau pergi?" tanya David dengan kening yang berkerut.
"Sudah ku duga kalau kau tidak akan menyadari kepergianku." Manu langsung menyimpan segelas minuman yang disuguhkan untuk seorang gadis yang masih saja diam memperhatikannya membuat pria tersebut tersenyum lalu berkata, "Kenapa kau terus menatapku? Aku tahu kalau aku adalah pria tampan."
"Hey!" David mengerutkan keningnya memandang sinis kepada seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
Satu alis Manu langsung terangkat setelah mendengarnya, pria itu memandang sahabatnya sendiri yang saat ini sedang menatapnya dengan sinis.
"Ada apa dengan dirimu?" tanyanya. "Apakah ada yang salah?"
"Kau ---!!!"
"Apa?"
Tatapan David terhadapnya cukup membuat Manu dibuat kikuk, sedangkan Celine yang melihat hal tersebut langsung menggelengkan kepalanya setelah mengetahui bagaimana sang kakak terhadap sahabatnya sendiri.
"Kak David, apa yang kau lakukan?"
"Dia menyebalkan, Celine."
"A-apa?" Manu terkejut. Pria itu saat ini terperangah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya. "Apakah benar begitu?"
"Ya! Kau benar-benar sangat menyebalkan, jadi jangan berusaha untuk tetap akrab dengan adikku."
Celine yang mendengar itu langsung mengerutkan keningnya setelah apa yang baru saja di katakan oleh sang kakak.
"Kak David, apa yang salah? Dia terlihat orang yang sangat baik, jadi kau tidak boleh melarangnya seperti itu."
"Tidak, kau tetap tak mengenalnya, Celine. Dia bukan orang yang baik untukmu."
Manu hanya diam melihat perdebatan di antara kakak dan adik yang berada di hadapannya saat ini. Pria itu menghela nafas sejenak sebelum akhirnya melihat seorang gadis yang berada di samping David kembali berbicara.
"Apa salahnya jika aku berteman dengan sahabatmu? Kak Manu, bagiku, dia adalah orang yang baik."