Chereads / MARRIAGE BRINGS HATE: BALAS DENDAM ISTRI / Chapter 29 - KETAKUTAN CELINE TERHADAP JANE

Chapter 29 - KETAKUTAN CELINE TERHADAP JANE

"Jika boleh aku mengetahuinya, apa yang baru saja kau ketahui itu?"

Kedua tangan Jane kini berada pada pundak seorang pria yang berada di sampingnya. Wanita itu memberikan usapan lembut di punggung David dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan.

David yang mendengar itu langsung menoleh ke samping di mana seseorang tersebut berada sebelum akhirnya menghela nafas. Pria itu kembali menundukkan kepala dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya.

"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang," ujarnya. "Maafkan aku."

"Ya sudah, jika memang kau belum siap untuk menceritakannya, aku tidak masalah. Tetapi, ku mohon padamu untuk berhenti menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi kepada adikmu saat ini."

"Tapi aku adalah kakak yang gagal, Jane."

"Tidak, kau sudah melakukan yang terbaik selama ini untuk adikmu sendiri dan aku sangat percaya akan hal itu."

Setelahnya suara dering ponsel membuat David yang semula sedang bersedih pun harus menjawab panggilan masuk terlebih dahulu. Pria itu langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana sebelum akhirnya berdiri dari duduknya.

"Pergilah," ujar Jane tersenyum. "Biar aku yang menjaganya."

David yang masih terdiam mematung di tempatnya setelah mengetahui siapa yang baru saja menghubunginya pun langsung menoleh menatap sahabatnya sebelum akhirnya berbicara.

"Baiklah, terima kasih atas perhatianmu. Aku titipkan Celine padamu, ya."

Mendengar itu membuat Jane langsung menganggukkan kepalanya sehingga kini wanita tersebut melihat seseorang yang begitu dicintainya itu saat ini tersenyum begitu tulus kepadanya hingga pada akhirnya ia mengangguk lalu dirinya melambaikan tangan kepada David yang sudah berlalu pergi begitu saja dari hadapannya itu.

Jane menghela nafas kembali, kemudian melihat pintu ruangan yang terbuka menandakan bahwa Celine sudah selesai diperiksakan keadaannya oleh dokter. Wanita itu tersenyum ramah dan sangat menantikannya.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanyanya.

"Syukurlah, untuk saat ini perkembangannya sudah cukup baik dan tidak seperti sebelumnya. Namun, dia harus tetap menjaga kesehatannya agar cepat sembuh."

"Baiklah, kalau begitu terima kasih banyak."

"Ya, sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu, ya."

"Iya, Dok."

Setelah beberapa saat kepergian dokter dan suster, akhirnya Jane pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan rawat di mana adik dari sahabatnya sendiri berada.

***

Sementara itu saat ini seorang pria sedang berada di depan sebuah lift. Ia berhenti tepat di sana untuk menghindari keramaian hingga dirinya tanpa pikir panjang langsung menghubungi kembali yang baru saja menghubunginya.

"Halo, ada apa Ayah menghubungiku?"

Keningnya langsung berkerut setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang di seberang sana sehingga membuat David yang mengetahui hal tersebut tanpa sadar mengepalkan satu tangannya.

"Ayah, cukup, aku tidak mau lagi!"

"Kau harus mendengarkan aku, David. Karena kau adalah harapanku."

"Aku hanya akan mendengarmu, jika kau berhenti mengusik kehidupan pribadiku, Ayah!"

Terdengar helaan nafas dari seberang sana yang membuat David langsung menaikan satu alisnya.

"David," panggil pria tua. "Aku tunggu kau di rumah besok malam, megerti?!"

"Tapi Ayah?!" ujar David terbata-bata. "AYAH!"

Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya, ternyata sang ayah sudah berbicara sebelum akhirnya memutus sambungan panggilan tersebut. Mengetahui hal itu membuat David langsung menatap layer ponselnya lalu berdecak kesal.

"Sebenarnya sangat malas jika seandainya aku harus menghadirinya, tetapi pria tua itu tidak memberiku kesempatan sekali saja."

David benar-benar merasa pusing memikirkan sang ayah yang terus berbuat semaunya hingga pada akhirnya pria tersebut memutuskan untuk kembali ke ruangan di mana adiknya dirawat.

***

Tatapan Celine sedari tadi tidak pernah lepas dari seseorang yang berada di hadapannya saat ini yang sedang menyiapkan sesuatu untuknya.

"Celine, kau pasti lapar kan?" ujar Jane. "Aku sudah membawakan sesuatu untukmu, ku harap kau pun menyukainya."

Sempat hening beberapa saat hingga akhirnya jawaban mengejutkan yang baru saja keluar dari mulut seorang gadis yang berbaring di brankar saat ini mampu membuat Jane terkejut.

"Aku tidak lapar, sebaiknya kau pergi saja."

Jane yang mendengar itu hanya diam mematung di tempatnya setelah mengetahui bahwa Celine ternyata tidak menyukai keberadaannya di sini.

"Celine!"

Suara seseorang yang memanggilnya membuat Jane dan Celine langsung mengalihkan pandangannya kepada seorang pria yang saat ini sedang berdiri di ambang pintu. Ada sesuatu yang berbeda darinya sehingga membuat kedua perempuan tersebut terkejut.

Tatapan David kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya sehingga membuat Jane khawatir bahwa sahabatnya itu akan memarahi gadis itu.

"Kakak," sahut Celine tersenyum. "Dari mana saja kau? Aku sudah lama menunggumu."

"Apa yang kau lakukan?"

"Apa?"

David langsung menggelengkan kepala setelah mengetahui bahwa ternyata Celine bersikap seakan tidak terjadi apa pun di hadapannya.

"Cepat minta maaf padanya."

Kening Celine berkerut mendengarnya. "Apa maksudmu? Kenapa aku harus meminta maaf kepadanya?"

"Celine." David berusaha menahan amarahnya ketika sang adik menolak perintahnya dengan memejamkan kedua mata sebelum akhirnya kembali menatap seorang gadis yang berada di hadapannya saat ini. "Cepat lakukan!"

"Tch!" Celine berdecih lalu memalingkan wajahnya ke arah lain dengan kesal.

Berbeda dengan seorang wanita yang berada di belakang sana yang melihat itu langsung merasa khawatir.

"David, sudahlah, tidak perlu kau seperti itu kepadanya. Lagi pula aku memakluminya, mungkin butuh waktu untukku bisa dekat dengan Celine."

"Tidak bisa, Jane. Aku tak suka melihat sikapnya yang seperti ini."

"David."

Setelah itu pria tersebut yang mendengarnya langsung menghampiri Jane yang saat ini sedang memohon kepadanya dengan wajah yang memelas sebelum akhirnya ia menghela nafas lalu dirinya menarik pergelangan tangan dari seorang wanita yang berada di hadapannya saat ini untuk berjalan keluar ruangan.

***

"Kau tidak bisa seperti ini, Jane. Bagaimanapun juga kau adalah orang yang harus dihormati oleh adikku. Sikap dia terhadapmu tadi benar-benar kelewatan dan aku tak menyukainya."

Mendengar itu membuat Jane langsung tersenyum tipis lalu menggelengkan kepala sebelum akhirnya kedua tangannya menyentuh pundak seseorang yang berada di hadapannya saat ini.

"Aku mengerti perasaanmu, David. Tetapi ku mohon padamu untuk percaya padaku bahwa Celine hanya butuh waktu untuk saat ini."

"Jane, aku benar-benar tidak mengerti denganmu, kenapa kau malah membelanya?"

Tatapan Jane tidak pernah lepas memandang kedua bola mata indah yang berwarna coklat terang itu membuat seorang pria yang berada di hadapannya langsung melunak seketika.

"Karena dia adalah Celine, aku bisa merasakan adanya ketakutan dalam dirinya dari cara gadis itu menatapku."

"Apa maksudmu dengan takut?" tanya David dengan kening yang berkerut. "Apakah Celine memiliki trauma begitu katamu?"

"Entahlah, tetapi aku merasakan bahwa Celine takut kehilangan orang yang disayanginya pergi meninggalkannya. Maka dari itu dia bersikap seperti itu kepadaku."

"Maksudmu, dia takut kalau kau akan merebut perhatiannya darimu?"

Jane yang mendengar itu langsung menganggukkan kepala sembari tersenyum yang membuat David menundukkan kepalanya dengan lesu.