Tidak pernah terpikirkan sebelumnya tentang apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga membuat David saat ini langsung menoleh ke arah dalam ruangan di mana sang adik berada.
"Aku tahu kalau kau akan terkejut seperti ini," ujar Jane tersenyum. "Yang kau katakan itu memang benar, dia hanya takut segala perhatian yang kau berikan padanya akan menghilang karena aku."
"Aku akan berbicara dengannya." David yang mendengarnya langsung menggelengkan kepala dengan kedua tangan yang saat ini berada di atas pundak gadis tersebut. "Bagaimanapun juga Celine harus meminta maaf padamu."
"David ..."
"Jane, dengarkan aku, jika Celine dibiarkan bersikap seperti itu sama saja dengan membiarkan gadis itu perlahan demi perlahan akan membencimu."
"Tapi aku tidak peduli, jika memang seperti itu, maka aku harus berjuang untuk adikmu."
Tatapan David saat ini begitu dalam sehingga membuat Jane yang melihatnya langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya salah satu di antara mereka berbicara.
"Kenapa kau seperti ini padaku, Jane?" tanya pria itu dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
"Apa? Apa yang sudah ku lakukan terhadapmu?" Kening Jane berkerut setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh sahabatnya tersebut.
"Kenapa Jane?" lirih David lalu menundukkan kepala dengan mata yang terpejam.
Hal tersebut membuat Jane sedikit terpancing emosi karena ia yang membenci suasana seperti ini. Dirinya juga dibuat bingung oleh sikap seorang pria yang berada di hadapannya saat ini karena ucapannya itu.
Hingga pada akhirnya Jane mengguncang pundak David yang saat ini terlihat lesu dari sebelumnya.
"DAVID!" panggilnya dengan emosi yang tertahan. "CEPAT KATAKAN PADAKU APA YANG BARU SAJA KAU KATAKAN?!"
David hanya diam saja sehingga membuat Jane benar-benar merasa kesal.
Bahkan suasana pun mendadak hening karena tidak adanya lagi pembicaraan di antara David dan Jane. Mereka seakan saling diam dengan pemikirannya masing-masing.
Beberapa saat kemudian David langsung mendongak memandang seorang wanita yang ternyata masih setia menatapnya sehingga membuat pria tersebut yang mengetahuinya langsung menghela nafas seketika.
"Apa kau tahu kenapa aku jatuh cinta padamu?" tanya pria itu dengan tersenyum. "Apa kau tahu apa yang membuatku jatuh cinta padamu?"
"Apa? Aku hanya melakukan apa yang seharusnya ku lakukan saja, David. Tidak ada yang istimewa dariku, lagi pula aku melakukannya karena Celine adalah adikmu."
Seketika David terdiam merenung dengan apa yang baru saja di dengarnya tersebut sehingga kini pria itu menghela nafas sejenak sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih padamu, Jane. Karena kau sangat peduli padanya, tetapi bagiku, tidak ada yang harus dibenarkan jika itu memang salah, maka akan tetap salah. Seandainya itu benar, maka akan aku benarkan dengan apa pun caranya."
Kemudian ia tersenyum memandang seorang wanita yang berada di hadapannya saat ini sebelum dirinya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Jadi kau tidak seharusnya seperti ini. Aku benar-benar tidak mengerti, mengapa dirimu begitu sangat membelanya yang padahal memang sudah jelas bahwa Celine bersalah karena sudah bersikap kasar kepadamu. Dia harus hormat padamu bukan karena kau adalah sahabatku, tetapi karena kau lebih tua darinya, Jane."
Wanita itu merasa terharu dengan yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga kini Jane pun tersenyum, meskipun sebenarnya kedua matanya sudah berkaca-kaca seakan sudah bersiap untuk menitikkan air matanya.
"Aku tahu maksudmu, David. Tetapi kau tidak bisa memaksakannya begitu saja dengan mudah, kau pun harus memahaminya."
"Apa yang harus aku pahami? Aku tentu sudah sangat paham dengannya, Jane." Pria itu menatapnya dengan teduh. "Karena dia adalah adikku."
Jane yang mendengarnya langsung menggelengkan kepala.
"Tidak, kau sama sekali tak mengerti tentangnya, David. Sudah bertahun-tahun kau berpisah tempat tinggal dengan Celine, jadi mana mungkin kau tahu dan mengerti tentang perasaannya."
David kembali dibuat termenung hanya dengan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas seketika.
"Aku tidak mengerti, Jane. Sebenarnya apa yang sedang coba kau katakan kepadaku? Apa yang tidak aku pahami tentangnya? Apa?"
"Perlu kau ketahui, David. Aku mengatakan ini karena aku memahami perasaan adikmu sendiri, aku mengerti maksud dari sikap yang ditunjukkan oleh Celine kepadaku. Tidakkah kau melihat adanya kesedihan yang terpendam dari gadis itu?"
Tentu saja mendengar hal tersebut membuat David langsung mengerutkan keningnya setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh sahabatnya itu. Kemudian pria itu sekali lagi memalingkan wajahnya ke arah di mana Celine sedang berbaring di dalam ruangan sana sebelum akhirnya kembali menatap ke arah Jane yang masih memandangnya dengan tersenyum.
"Kesedihan?" tanya David dengan kedua alis yang terangkat. "Kesedihan apa yang dipendam olehnya? Tetapi aku tidak melihatnya bersedih sama sekali dalam diri Celine."
Yang dikatakan oleh David membuat Jane langsung terkekeh sembari menggelengkan kepala sebelum akhirnya tersenyum dengan pandangannya yang sedari tadi tidak pernah lepas dari pandangan seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
Berbeda dengan pria itu yang justru saat ini terlihat kebingungan dengan seseorang yang berada di hadapannya saat ini. Jane terlihat tertawa yang membuat David mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan yang terjadi kepada wanita tersebut.
"Hey, kenapa kau malah tertawa?"
"Kau sangat terlihat lucu, David. Mungkin memang benar kalau kau adalah pria idaman wanita dan juga sosok yang bertanggung jawab untuk keluarga dan orang-orang yang kau sayangi. Tetapi ternyata aku masih melihat kekurangan yang ada dalam dirimu."
"Benarkah?" David masi bertahan dengan kerutan di keningnya itu. Pria tersebut masih mencari maksud dan letak dari kesalahan yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini. "Seorang David Ryan masih memiliki kekurangan? Tidak mungkin. Aku adalah pria tanpa kekurangan, Jane."
Karena hal itu membuat Jane langsung tersenyum masam dengan kedua bola mata yang memutar malas. Sedangkan David masih dengan kepercayaan dirinya dan tidak menerima apa yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut.
Hingga di mana tiba-tiba saja David memikirkan sesuatu yang membuat pria tersebut langsung kembali memandang Jane yang masih bersamanya saat ini.
"Tapi Jane," jeda pria itu dengan tatapannya yang begitu serius. "Dari mana kau tahu itu semua? Kenapa kau begitu yakin dengan yang kau katakan itu, hah?"
Mendengar hal itu membuat Jane langsung terdiam tidak bisa berkutik. Tidak mungkin wanita itu memberitahukan kebenarannya karena wanita itu sama seperti Celine yang memiliki kesedihan yang terpendam.
Akhirnya ia mencari cara dengan mencoba membuat David untuk tidak melanjutkan pembicaraan ini lagi sehingga dirinya kini merasa terintimidasi oleh tatapan pria itu sendiri.
"Apa kau sungguh tidak menyadarinya, David?" tanya Jane dengan kepala yang menggeleng seolah menyayangkan pria itu.
"Tidak, cepat katakan padaku agar aku mengetahuinya!" ujar David.
"Aku bisa melihat kesedihannya itu dari kedua bola matanya," jawab Jane. "Di sana ada begitu banyak kesedihan yang mendalam dialami oleh Celine, adikmu sendiri. Tetapi sepertinya dia tidak ingin kau mengetahuinya atau mungkin saja belum siap untuk mengatakannya kepadamu."