Chereads / MARRIAGE BRINGS HATE: BALAS DENDAM ISTRI / Chapter 24 - PERASAAN YANG SEMAKIN BESAR

Chapter 24 - PERASAAN YANG SEMAKIN BESAR

David yang mendengar itu langsung menggelengkan kepala, sedangkan Manu yang sedari tadi hanya diam melihat kakak dan adik yang berada di hadapannya saat ini pun memalingkan wajahnya ke arah lain dengan senyumannya.

"Kau tidak akan pernah tahu bagaimana seorang pria, Celine."

"Hey, apa maksudmu?" Kening Manu berkerut. "Kau mau berusaha untuk menjelaskan bahwa aku adalah pria tidak baik kepadanya?"

"Lalu, apa masalahnya denganmu?" tanya David yang kini menoleh ke arahnya dengan satu alis yang terangkat. "Aku hanya berusaha untuk menjaga adik perempuanku agar tidak salah dalam memilih."

Kening Manu langsung berkerut setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga kini pria itu tersenyum masam sembari memalingkan wajahnya ke arah lain sebelum akhirnya menghela nafas dengan kedua tangan yang melipat di dada.

Sementara itu David kembali memandang seorang gadis yang berada di hadapannya saat ini dengan kedua tangan yang melipat di dada.

"Kau harus menuruti perkataanku, atau …" Pria itu menatap sang adik dengan salah satu jari tangannya yang menunjuk tepat di depan wajah cantik Celine.

"Atau apa?!" Celine melipat kedua tangannya dengan wajah datar sekaligus kesal sebelum akhirnya kembali berkata, "Kakak benar-benar jahat padaku."

Mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini membuat David menggelengkan kepala. Ia juga cukup terkejut dengan apa yang di dengarnya itu sehingga dirinya kini menundukkan kepala dengan kedua tangan yang berkacak pinggang.

Suasana mendadak hening dengan Manu yang juga merasa canggung setelah mendengar Celine yang berkata seperti itu kepada sahabatnya yang merupakan kakak kandungnya. Pria itu meneguk ludahnya sejenak sebelum akhirnya berjalan mendekati keduanya untuk membantu melerainya.

"David," panggil Manu dengan canggung. Satu tangannya menepuk pundak dari sang sahabat sehingga membuat seseorang yang berada di sampingnya saat ini menghela nafas. "Jangan kau terlalu memikirkan perkataannya, ya? Ku rasa …"

Manu mengalihkan pandangannya ke arah Celine yang saat ini sedang memandangnya dan David secara bergantian. "Celine tidak bermaksud untuk berbicara seperti itu kepadamu," lanjutnya.

Kemudian David pun segera pergi menuju ke mobil meninggalkan Manu dan Celine yang masih berdiam diri di tempatnya sehingga membuat keduanya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas seketika.

Manu menatap pintu yang terbuka, sedangkan seorang gadis yang berada di hadapannya saat ini menundukkan kepala dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca, bahkan hendak menangis.

"Celine," panggil pria itu yang kini memandang seseorang. Kedua tangannya berada di pundak gadis itu lalu kembali berkata, "Sebaiknya kau meminta maaf pada kakakmu itu, ya."

"Tapi kenapa?" Celine yang semula menundukkan kepala pun langsung mendongak memandang Manu yang saat ini sedang menatapnya sehingga membuat pria tersebut terpaku karena ini adalah kali pertamanya saling bertatapan dengan jarak sedekat ini. "Ku pikir Kak David selalu seperti ini terhadapmu, sebenarnya apa yang dia pikirkan tentangmu? Selama ini aku melihatmu baik-baik saja."

Tanpa sadar Manu pun menyunggingkan kedua sudut bibirnya setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga membuat Celine yang melihatnya pun langsung menaikan satu alisnya.

"Biar bagaimanapun kakakmu memiliki sebuah alasan kenapa dia bersikap seperti itu kepadamu."

Celine yang mendengarnya langsung memalingkan wajahnya ke arah lain sebelum akhirnya kembali memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini.

"Kalau begitu, aku ingin mendengarnya darimu. Menurutmu, apa alasan Kak David bersikap seperti itu kepadaku?"

Kedua alis Manu langsung terangkat bersamaan dengan senyum yang menambah pesona dari seorang pria yang berada di hadapannya saat ini. Ia terkekeh sejenak sebelumdirinya kembali berbicara untuk menjawabnya.

"Apa kau yakin bertanya seperti itu padaku?"

"Ya, memangnya apa yang salah dengan itu?" Celine menatapnya dengan kening yang berkerut. "Jawab saja, aku ingin mendengar langsung darimu."

"Menurutmu, apa yang dia lakukan?"

Celine yang mendengar itu langsung menghela nafas lalu memutar kedua bola matanya malas sebelum akhirnya kembali memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini.

"Seharusnya kau yang menjawab pertanyaanku, kenapa kau malah balik bertanya padaku?"

"Karena itu, jawabannya ada pada dirimu sendiri. Jadi, kenapa kau malah bertanya padaku? Kenyataannya kau mengetahuinya sendiri, tanpa harus kau bertanya kepadaku."

Setelahnya Celine yang mengetahui hal tersebut langsung terdiam mematung di tempatnya dengan kedua alis yang terangkat sehingga kini gadis itu menghela nafas seketika. Ia benar-benar merenung apa yang baru saja di katakan oleh pria tersebut sehingga dirinya kini menghela nafas seketika.

"Apakah aku benar-benar salah?" tanya gadis itu dengan kepala yang menunduk sebelum akhirnya kembali berkata, "Tetapi, sebenarnya aku pun tidak bermaksud apa pun. Hanya saja aku berusaha untuk menghentikan pemikiran Kak David tentangmu itu."

"Dia seperti itu karena sangat peduli padamu, Celine. Meskipun aku adalah sahabat dekatnya, tetapi tetap saja dia tidakakan membiarkan siapapun menyakiti adik kecil kesayangannya itu terluka karena seorang pria."

Kemudian suasana pun kembali hening dengan Celine yang saat ini masih terdiam merenung setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga kini gadis itu menghela nafas dengan kepala yang mengangguk seakan menyetujui dengan perkataan Manu tentang David.

"Yah, mungkin saja yang kau katakan itu memang benar kalau Kak David melakukan semua itu karena dia tidak ingin terjadi sesuatu kepadaku."

"Baguslah, jika kau memang menyadarinya."

"Tapi, apa yang harus ku lakukan saat ini?"

"Kenapa?"

"Dia pasti sekarang sedang sangat kesal padaku." Celine menatap sendu seseorang yang berada di hadapannya saat ini sebelum akhirnya kembali berkata, "Kak Manu, bisakah kau membantuku?"

"Apa kau merasa yakin kalau David benar-benar marah terhadapmu?"

Manu menaikan kedua alisnya menatap seorang gadis yang berada di hadapannya saat ini, sedangkan Celine yang mengetahui hal tersebut langsung menganggukkan kepalanya seketika.

"Iya, aku sangat yakin. Ku mohon, kau pasti bisa membantuku, kan?"

Manu yang mendengarnya pun langsung menghela nafas sebelum akhirnya pria itu menganggukkan kepala sehingga kini Celine yang melihatnya langsung menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Terima kasih, Kak Manu. Aku percaya kau adalah pria yang baik."

Berusaha untuk tidak menanggapi ucapan gadis itu, tetapi kini Manu malah menepuk puncak kepala Celine dengan senyum yang mengembang. Pria itu sangat menyayanginya, tetapi perlahan rasa sayang ini sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi perasaan yang besar.

"Awalnya ku pikir ini hanyalah perasaan sayang yang biasa hanya karena dia adalah adik dari sahabatku sendiri," jeda David dalam hati. "Tetapi ternyata aku salah, seiring berjalannya waktu perasaan ini justru tumbuh menjadi semakin besar."