Saat ini Jane sedang menunggu seseorang di depan pintu kamarnya sendiri hingga akhirnya wanita paruh baya pun datang mendekat ke arahnya.
"Nona," panggil wanita tersebut. "Kenapa tidak sarapan? Makanannya sudah siap."
"O-oh, terima kasih Bibi. Nanti aku akan segera turun."
Setelah itu wanita paruh baya itu masih diam memandangi Jane yang sepertinya terlihat sedang menunggu seseorang.
"Apa terjadi sesuatu?" tanyanya kepada wanita muda yang berada di hadapannya saat ini. "Sepertinya Nona sedang menunggu seseorang."
"Aku ... sedang menunggu David, Bibi."
"Oh, Tuan muda. Baiklah, kalau begitu aku akan kembali ke dapur."
"Iya, Bi."
Sementara itu saat ini David yang baru saja sampai pun langsung keluar dari dalam mobil. Pria itu melangkahkan kakinya memasuki Mansion untuk melihat seseorang hingga di mana ketika ia baru saja sampai di ruangan tengah, dirinya tidak sengaja bertemu dengan wanita paruh baya yang sudah lama bekerja dengannya.
"Bibi," panggil pria itu. Sedangkan wanita paruh baya tersebut yang sedang membereskan barang-barang pun menoleh lalu berjalan mendekat ketika melihat seseorang yang begitu dikenalinya tersebut baru saja memanggilnya.
"Iya, Tuan."
"Apa kau melihat Jane?"
"Oh, Nona tadi menunggu di depan kamarnya."
David yang mengetahui hal tersebut langsung menaikan kedua alisnya, lalu menghela nafas sejenak sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Apakah dia sudah sarapan?"
"Belum, Tuan muda."
"Baiklah, terima kasih Bi, kalau begitu aku akan menemuinya lebih dulu."
Wanita paruh baya tersebut langsung menganggukkan kepala setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Jane," panggil David ketika melihat wanita itu yang berdiam diri di depan pintu kamarnya. "Sedang apa kau di sini?"
"Oh, hay, David. Kau sudah pulang? Aku ... menunggumu di sini."
Kening David langsung berkerut setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga kini pria tersebut menghela nafas.
"Kenapa tidak menunggu di bawah saja?"
"Aku merasa kalau kau akan pergi ke kamar lebih dulu."
Seketika pria itu terdiam, ia menatap Jane yang saat ini sedang memandangnya membuat dirinya yang mengetahui hal tersebut langsung menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum dengan apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Kau benar," ujar David tersenyum. "Ya sudah, aku akan berganti pakaian lebih dulu. Sebaiknya kau segera pergi ke meja makan lebih dulu."
"Baiklah, aku akan menunggumu di meja makan."
David mengangguk, kini pria tersebut menatap kepergian dari wanita itu yang baru saja menuruni tangga sebelum akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Dirinya merasa senang ketika melihat kembali suasana kamarnya yang selalu menjadi tempatnya untuk pulang.
Berbeda dengan Jane yang baru saja menuruni tangga, wanita itu terus saja tersenyum tanpa henti hingga akhirnya sampai di meja makan. Tidak tahu kenapa ia sangat menantikan kedatangan David, tidak seperti biasanya atau mungkina karena dirinya yang sudah lama tak bertemu dengan pria itu.
"Jane," panggil seseorang dari belakang.
"David, kau sudah selesai?"
"Ya, seperti yang kau lihat," jawab David tersenyum lalu menarik kursi yang berada di hadapannya saat ini untuk duduk. "Bagaimana harimu kemarin di sini? Maaf, aku harus menginap di rumah orang tuaku tadi malam."
"Hariku baik." Jane tersenyum. "Jika untuk itu, kau tenang saja, aku bisa mengerti."
Perbincangan pun berakhir dan hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang memenuhi ruangan ini hingga akhirnya salah satu di antara mereka pun berbicara.
"Baiklah, karena sekarang sudah selesai, sebaiknya kau berjalan-jalan, Jane. Jangan hanya di Mansion saja."
"Untuk apa?"
"Memangnya kau tidak merasa bosan datang ke indonesia dan tidak pergi kemana-mana?"
"Jika ada dirimu, aku tak menginginkan apapun selain bersamamu."
David yang mendengarnya pun langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya pria tersebut memalingkan wajahnya ke arah lain dengan senyum yang tertahankan. Kemudian ia kembali memandang seorang wanita yang duduk berhadapan dengan dirinya tersebut.
"Jangan membuatku semakin tidak ingin pergi, Jane. Kau tahu bahwa sebenarnya aku sedang berusaha untuk menyelesaikan pekerjaanku agar bisa bersama denganmu lebih lama dan hanya berdua saja?"
"Ya, aku sangat tahu itu," ujar Jane tersenyum. "Tetapi, kau juga jangan terlalu memaksakan dirimu sendiri, karena aku di sini juga masih lama dan keluargaku belum memintaki untuk kembali, jadi rasanya kau sebaiknya bekerja dengan tenang saja lebih dulu."
Pria itu berdeham setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya tersebut sehingga kini ia pun mengangguk, kemudian dirinya mulai beranjak dari kursi bersama dengan Jane yang saat ini tersenyum kepadanya.
"Aku akan berusaha untuk pulang lebih cepat, supaya kita bisa pergi berdua bersama ke suatu tempat."
"Baiklah, aku akan menunggu, jika memang itu yang kau mau."
"Tentu, aku sangat menginginkannya."
Kemudian Jane pun berjalan mengikuti David yang berada di depannya melangkahkan kaki keluar dari Mansion. Wanita itu tersenyum saat melihat pria itu yang sudah kembali memasuki mobilnya sendiri hingga akhirnya ia mendapatinya yang melambaikan tangan kepadanya membuat dirinya yang mengetahui hal tersebut langsung membalas lambaian tangannya itu.
"Jane," panggil David.
"Iya, David."
"Aku pergi dulu, ya. Kau jaga diri baik-baik di sini, jika terjadi sesuatu, cepat hubungi aku saja."
"Hm, baiklah, aku akan mengingat perkataanmu."
David tersenyum kepada wanita itu sebelum akhirnya benar-benar berlalu pergi meninggalkannya seorang diri yang saat ini sedang memandang kepergiannya tersebut.
Sementara itu saat ini Celine yang sedang berada di dalam kamar pun merenung karena David tiba-tiba saja pergi meninggalkannya, padahal pria itu sudah berjanji untuk mengajaknya tinggal bersama di Mansion.
Hingga akhirnya sebuah suara ketukan pintu pun terdengar yang membuat anak gadis itu langsung beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju ke pintu dan membukanya. Terliat Sean yang sedang menatap ke arahnya membuat ia mempersilakan untuk dirinya masuk ke dalam sana.
"Ada apa kau kemari?"
"Aku hanya ingin melihat adikku yang cantik ini, apakah ada yang salah?"
"Tidak, tetapi kau tak biasanya seperti ini."
"Hey, jangan seperti itu kepadaku. Aku ini adalah Kakakmu, Celine."
"Ya, aku tahu Kak Sean, hanya saja ... kau sedikit menyebalkan."
Sean langsung menarik kedua sudut bibirnya tersebut ke atas sehingga membentuk sebuah senyuman setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga kini laki-laki tersebut melipat kedua tangannya di dada.
"Tidak masalah jika kau berkata seperti itu, karena faktanya hanya kau yang berani mengatakan kalau aku adalah kakak menyebalkan menurutmu."
Gadis itu yang semula membuang muka pun, kini menatap ke arah seorang laki-laki yang berada di hadapannya tersebut dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. "Itu memang benar, selama ini kau tidak pernah peduli padaku setiap kali Ayah menyiksaku."