Kedua alis David langsung terangkat setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Kenapa begitu?" tanya pria tersebut. "Ayah tidak menginzinkanmu tinggal bersamaku?"
Celine menganggukkan kepala lalu menunduk dengan wajah yang lesu. Sedangkan David yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafasnya seketika.
"Ayah," panggil David yang kini berjalan mendekat. "Kenapa kau melakukan itu?"
"Apa yang ku lakukan?"
David melihat seorang pria di hadapannya yang sedang menatapnya dengan wajah datar, sedangkan Celine yang berdiri di sampingnya dengan wajah yang menunduk pun membuatnya langsung menghela nafas.
"Celine tidak boleh menginap di rumahku, apa yang salah?"
"Menurutku, tidak ada yang salah karena apa yang ku lakukan itu sudah benar."
"Apa maksudmu, Ayah?"
"Mengingat berita di luar sana membuatku semakin khawatir bahwa Celine mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain, maksudku aku tidak tahu selama ini apa yang kau lakukan karena sudah bertahun-tahun lamanya kau tak tinggal satu rumah dengan kami."
Tanpa sadar kedua tangannya mengepal kuat dengan helaan nafas beratnya itu sembari menundukkan kepala. David kesal, akan tetapi ia harus bisa menahan amarah dirinya sendiri, memang kedatangannya ke sini selalu salah dan ini adalah keinginan pria tua itu sendiri.
"Apa kau pikir aku melakukan sesuatu?"
"Aku tidak pernah berbicara seperti itu, David."
David yang mendengarnya pun langsung berdecih lalu memalingkan wajahnya ke arah lain dengan senyum smirknya itu.
"Aku tahu kalau kau tidak pernah memercayaiku."
"David!" tegur seorang pria yang berada di depan sana. "Jaga bicaramu itu. Untuk apa kau memintamu menjadi penerus Perusahaan keluarga kita jika aku tidak memercayaimu, hah?!"
Semua orang yang berada di meja makan pun hanya diam, termasuk seorang wanita yang sedari tadi menatapnya dengan sendu ketika melihat David yang masih berdiri di depan sana.
"Kakak," panggil seorang gadis yang masih berdiri di sampingnya. Sedangkan pria itu yang sedang terdiam melamun pun langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya menoleh ke samping di mana adiknya tersebut berada.
"Ya, ada apa adikku?" sahut David dengan sedikit menundukkan kepalanya. "Apa kau menginginkan sesuatu?"
"Apa kau akan menginap di rumah malam ini?"
"Apakah itu bagian dari permintaanmu?"
Celine yang mendengar pun langsung menganggukkan kepala dengan senyum manisnya tersebut sehingga membuat David yang melihatnya menjadi merasa gemas dengan apa yang baru saja dilihatnya tersebut.
"Baiklah, aku akan menginap di sini malam ini."
"Yey, terima kasih Kakak!"
David yang mengetahui hal tersebut pun menyunggingkan kedua sudut bibirnya, tersenyum dengan yang sedang dilihatnya saat ini.
"Kalau begitu ayo kita duduk, semua orang sudah menunggu kita untuk makan malam bersama."
"Ayo, aku ingin kau dudukdi sampingku, Kakak!"
Pria itu terkekeh setelah mendengar perkataan Celine sehingga kini David pun menganggukkan kepala dengan senyum yang tidak pernah pudar itu.
"Celine," panggilnya membuat seorang gadis di hadapannya tersebut langsung menatapnya dengan kedua alis yang terangkat. "Kau ingin aku duduk di mana?"
"Di sini, Kakak," jawab Celine dengan senyum tipisnya. Sedangkan pria itu yang melihatnya langsung menaikkan kedua alisnya lalu terkekeh.
"Tidak bisa, Celine. Itu sudah ditempati oleh Kakakmu," ujar David tersenyum sembari menggelengkan kepala. "Sebaiknya aku duduk di sana saja, ya?"
Celine yang mengetahui hal tersebut langsung mengerutkan keningnya dengan kedua tangan yang melipat di dada serta wajah yang ditekuk ketika mengetahui bahwa David tidak duduk di sampingnya.
***
Sementara seorang wanita saat ini sedang mencoba untuk memejamkan kedua matanya, akan tetapi tidak tahu kenapa sangat sulit sehingga saat ini yang bisa dilakukannya adalah dengan menatap langit-langit kamar.
Tiba-tiba saja Jane rindu pada kedua orang tuanya, tetapi apakah mereka akan bersikap sehangat dulu kepadanya?
Wanita itu sangat merindukan sosok orang tua yang dulu sangat menyambutnya dengan hangat setiap kali ia pulang ke rumah dan dirinya yang selalu dicintai tanpa dia yang memintanya.
"Aku merindukan mereka yang dulu," gumam Jane menitikkan air matanya. "Sekarang aku merasa kesepian."
Suara ketukan pintu membuat Jane langsung menoleh ke arah pintu kamar dengan terkejutnya itu.
Keningnya langsung berkerut kala mendengar suara seseorang yang memanggil sehingga membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas seketika.
"Jane," panggil seseorang dari luar kamar.
Akhirnya ia memberanikan diri untuk bangun dari tidurnya itu, dirinya bangun dengan kedua tangan yang mengepal kuat.
Jane sudah memegang sebuah bisbol yang tersedia di sana, untuk berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang menyakitinya.
"David, apa itu kau?" tanya wanita itu dengan kening yang berkerut.
"Ya, ini aku, Jane."
Tentu saja, mendengar hal itu membuat Jane langsung mengerutkan keningnya sehingga kini wanita tersebut langsung mencari ponselnya dan memastikan sesuatu.
***
Saat ini seorang pria sedang menemani sang adik di sebuah kamar. Ia tersenyum mendengar Celine yang terus bercerita tanpa henti kepada dirinya sejak kedatangannya ke kamar tadi.
"Kakak, aku sangat berharap kau menemukan pasangan yang baik untukmu, dan juga ..." Celine menggantungkan ucapannya, gadis itu saat ini sedang menggigit bibir bawahnya karena malu. "Menyayangiku."
Kedua alis David langsung terangkat setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di sampingnya saat ini membuat pria tersebut yang mengetahuinya pun langsung menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum dengan apa yang baru saja dikatakannya.
"Aku sedang berusaha untuk menemukan pasangan yang cocok untukku sendiri, bukan orang lain. Tetapi, tentu saja berharap yang juga menyayangi adikku yang satu ini."
David berbicara sembari mencolek hidung mancung sang adik dengan gemas membuat Celine yang mengetahuinya pun langsung menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum malu.
"Aku ingin kau selalu bahagia, Kakak. Meskipun, aku tahu bahwa Ayah selalu membuatmu sakit hati."
Benar-benar sesuatu yang sangat mengejutkan ketiak mendengar adiknya yang berbicara seperti ini sehingga membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya seketika.
"Celine, sebaiknya kau tidak perlu memikirkan aku, apapun yang terjadi padaku, biarlah itu menjadi urusanku. Tetapi, jika seandainya terjadi sesuatu kepadamu, itu akan menjadi tugasku untuk menjagamu."
Bagaimana Celine tidak begitu dekat dengannya dibanding dengan adik-adiknya yang lain? David selalu memperlakukannya dengan sangat berbeda. Dari kelima adiknya, hanya dialah yang sifatnya tidak pernah berubah karena ucapan pria tua itu.
Ayahnya yang mengubah kehangatan keluarga sendiri sejak ia menginjak remaja sama dirinya dewasa saat ini. David berharap Celine tidak menerima perlakuan seperti pria itu yang memperlakukannya kepadaku.
"Kakak, jika boleh aku berkata jujur, sebenarnya aku lebih ingin tinggal bersamamu. Tidak ada yang bisa menjagaku disaat Ayah selalu memarahiku dan melarang apapun yang ku inginkan, dia hanya memintaku untuk terus belajar tanpa memikirkan perasaanku yang juga terkadang merasa jenuh."
Mendengar itu membuat David langsung membawa sang adik ke dalam pelukannya, sesekali ia mengecup kening Celine dengan sayang sebelum akhirnya dirinya menghela nafas.
"Aku akan mencoba berbicara dengan Ayah, tetapi kau harus berjanji padaku, jika seandainya kau tinggal bersamaku nanti, Celine harus belajar tanpa malas, oke?"
"Baiklah, aku berjanji!"