Chapter 18 - Chapter 18

Sebuah kuil usang yang dihiasi dengan cahaya dari lampu minyak tampak sangat sunyi malam itu. Odelia yang baru saja tiba di depan pintu masuk gereja menatap gereja itu sesaat sebelum ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam gereja tersebut.

"Siapa kau?"

Odelia berbalik ke belakang dan melihat seorang wanita dengan pakaian seksi sambil memegangi kipas kesayangannya, berdiri tak jauh di belakangnya.

"Lama tak berjumpa, Colubra." Balas Odelia saat mengenali identitas dari wanita tersebut.

Colubra menatap Odelia, tak tertarik, "Oh, ternyata kau, Odelia."

Odelia memasang senyuman manisnya, "Aku ingin bertemu dengan Leo, bisakah kau mengantarku padanya?"

Colubra langsung menatap tajam pada Odelia, "Kau tidak bermaksud mengganggunya dengan rayuan busukmu itu, bukan?"

"Hm? Entahlah. Mungkin aku rindu padanya sampai-sampai aku rela berkunjung kemari setelah sekian lama." Balas Odelia sambil terkekeh kecil dan tersenyum angkuh pada Colubra.

"Dasar wanita jalang...!"

Odelia berbalik dan mendorong pintu gereja tua itu sehingga menimbulkan suara berderit, "Aku tidak ada waktu untuk berdebat denganmu. Cepat bawa aku ke tempat Leo atau kau akan terbuang sebelum sempat mendapatkan hati pria yang kau cintai itu."

Colubra menekan amarahnya dan berjalan cepat mendahului Odelia. Colubra sangat tidak suka dengan Odelia karena wanita itu bermuka dua. Wanita yang berasal dari keluarga marquis di kekaisaran itu diam-diam berkhianat dari kaisar bersama dengan keluarganya, jadi mau tak mau Colubra pun harus waspada pada wanita tersebut karena siapa tau pengkhianat itu akan mengkhianati dirinya dan juga Leo, pria yang Colubra cintai.

Colubra mengantar Odelia ke tempat Leo berada. Mereka menyusuri ruangan bawah tanah tersembunyi yang terdapat di dalam gereja dan terus berjalan masuk ke dalamnya. Semakin dalam mereka melangkahkan kakinya, bau amis darah semakin menyengat ke dalam hidung mereka. Colubra sudah terbiasa dengan bau amis tersebut, namun tidak dengan Odelia.

"Ugh, kenapa tempat ini sangat bau sekali?" Gerutu Odelia sambil menutupi hidungnya dengan sapu tangan miliknya.

"Kalau kau tidak tahan, sebaiknya kau kembali saja ke rumahmu."

Mereka terus berjalan hingga sampai ke sebuah ruangan. Colubra membuka pintu ruangan tersebut dan menghampiri seorang pria yang tengah berdiri di depan seorang yang berlumuran darah. Pria itu menoleh pada Colubra.

"Ada apa, Colubra?"

Colubra mengamati penampilan pria tersebut. Walaupun darah membasahi tangannya dan cipratan darah mengotori wajahnya, pria tersebut masih tetap tampan dengan manik merahnya yang menyala di tengah kegelapan.

"Leo, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."

Pria itu mengalihkan pandangannya pada wanita yang berdiri di belakang Colubra. Odelia yang sadar jika Leo sedang mengalihkan pandangan pada dirinya segera berdiri di samping Colubra dan melambai kecil pada Leo, "Hai."

Leo memberi isyarat pada bawahannya yang lain untuk membawakannya handuk dan mulai mengelap tangannya yang penuh dengan darah. Ia berjalan menghampiri Odelia dan Colubra, "Mengapa kau kemari, Odelia?"

"Aku rindu padamu." Balas Odelia yang kemudian mendapatkan tatapan tajam dari wanita yang berdiri di sebelahnya.

Leo menyisir surai peraknya kebelakang, "Cukup dengan candaanmu, Odelia. Ada apa kau kemari?"

"Sebelum itu," Odelia menutup hidungnya kembali dengan sapu tangannya, "Tidak bisakah kita pindah? Aku tidak tahan dengan bau amis yang sangat menyengat ini."

"Sudah kubilang, kalau kau tidak tahan, kau bisa kembali ke-"

"Ayo." Balas Leo yang melangkah pergi keluar dari ruangan tersebut.

Odelia tersenyum penuh kemenangan pada Colubra. Colubra memegang kipas lipatnya dengan erat dan menatap Odelia penuh permusuhan lalu mulai membuntuti mereka dari belakang.

Leo membawa Odelia ke ruangan pribadi miliknya yang agak jauh dari ruangan yang wanita itu masuki tadi. Di sana sudah tidak ada bau amis dan hanya ada aroma parfum milik pria itu.

"Apa tak apa jika aku melihat seorang pemimpin kelompok pemberontak yang religius sedang menyiksa bawahannya seperti itu?" Tanya Odelia saat ia duduk di atas sofa yang tersedia di dalam ruangan tersebut.

"Tak apa. Lagipula kau sudah pernah melihat hal seperti ini sebelumnya, bukan?"

Odelia mengangguk mengiyakan, kemudian bertanya lagi, "Kalau boleh tahu, kenapa kau menyiksanya, Leo?"

"Dia mendirikan perkumpulan bandit menggunakan nama Black Fox."

"Karena itu?"

"Ya."

Sepertinya Odelia tahu alasan dari penyiksaan itu. Black Fox terkenal sebagai kelompok pemberontak yang religius. Walaupun namanya terdengar gelap, tak seirama dengan imej 'pemberontak religius', mereka sangat menjaga nama baik mereka dan tentu saja tidak akan terima jika nama besar mereka disalahgunakan seperti itu.

Leo mengganti kemeja yang ia gunakan dengan kemeja baru. Ia tidak peduli jika disana ada Odelia atau tidak, dan Odelia tidak peduli padanya sama sekali meskipun tubuh Leo terbentuk dengan sangat baik, kecuali jika pria yang sedang berada bersamanya saat ini adalah Charles, mungkin Odelia sudah memeluk pria itu dari belakang.

"Jadi, tujuanmu datang kemari adalah?"

"Aku ingin bertemu dengan Noelle."

"Noelle?"

"Gadis yang pernah kuculik dan kutitipkan padamu."

"Oh dia. Kau bisa mencarinya di pertambangan yang dikelola oleh temanku."

"Pertambangan?"

"Ya."

Odelia sontak menggebrak meja, "Apa kau gila?!"

Leo mengangkat sebelah alisnya, "Hm? Kenapa?"

"Kau membuatnya bekerja di tempat tambang?!"

"Kenapa? Bukankah kau yang memintaku untuk menjadikannya budak?"

Benar. Odelia lah yang menyerahkan Noelle pada Leo dan meminta Leo untuk membuat Noelle menjadi budak dengan memberikan seluruh keputusan dimana Noelle akan dipekerjakan sebagai budak kepada Leo. Jadi, seharusnya tidak masalah jika Noelle bekerja sebagai budak di pertambangan. Dulu pun ia merasa tidak masalah jika Noelle menjadi budak prostitusi atau budak di tempat buruk lainnya, sampai situasi seperti sekarang terjadi.

Odelia diam dan mencengkram meja yang ada di hadapannya hingga membuat meja itu retak. Bagaimana bisa ia membawa Noelle kehadapan Charles sekarang?

"Kalau kau ingin membawanya, datang saja ke pertambangan yang terletak di wilayah timur Kerajaan Rosalva. Temanku membangun sebuah pertambangan disana dan tak seorangpun dari kekaisaran, bahkan orang-orang dari Kerajaan Rosalva yang tahu kalau pertambangan itu dijalankan oleh seorang pemberontak. Kau akan aman saat sampai disana."

Odelia segera bergegas pergi ke pertambangan itu tanpa mengucapkan kalimat perpisahan pada Leo. Saat ini, ia sedang terburu-buru. Ia tidak punya waktu untuk berbincang dengan Leo dan orang-orang dari organisasi Black Fox.

Ia juga terpikirkan oleh laporan dari Patrick yang ia tugaskan untuk mencari orang yang menaruh racun di minumannya. Hasilnya sangat mengejutkan karena racun tersebut berasal dari teman dekatnya, Lady Irene. Odelia tidak tahu alasannya, namun ia tidak mau fokusnya terganggu karena ulah wanita itu saat ini. Prioritas utamanya adalah mencari Noelle terlebih dahulu.

-_*_-

Hari ke-12 aku tinggal di istana kekaisaran.

Saat ini, aku bersama Detrix sedang menunggu kedatangan 'teman dekat'ku, atau bisa dibilang 'sahabat Cornelia'. Aku tidak tahu apakah sahabat si Cornelia ini baik atau buruk, tapi Detrix berkata padaku bahwa ada seseorang yang mampu mengajarkanku bagaimana cara menggunakan 'kunci' yang sudah kupegang dari lahir, dan yang bisa mengajariku hanyalah orang itu.

Aku mengingat kembali percakapanku dengan Detrix tiga hari yang lalu.

"Bisakah aku menjadi wanita arogan dengan harga diri yang tinggi seperti dulu?" Tanyaku pada Detrix.

"Tentu saja bisa."

"Bagaimana caranya?"

"Kau memiliki sahabat yang sangat dekat denganmu. Kepribadianmu dan dia hampir sama-sama mirip. Kupikir dia mampu mengajarimu nanti."

...

Dengan gugup aku menunggu kedatangan orang tersebut di dalam rumah kaca milik permaisuri. Aku sudah meminta izin pada beliau untuk meminjam rumah kaca ini karena aku sedang tidak ingin berjemur di luar.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki di kejauhan dan sedang berjalan mendekat ke arahku. Aku dapat melihat siluet seorang wanita dengan surai merah muda bergelombang tengah berjalan ditemani oleh dua pengawal di belakangnya. Wanita itu semakin mendekat ke arah kami dan berdiri tepat dihadapanku dengan elegan dan angkuh.

'Siapa wanita ini?' Tanyaku dalam hati.

Manik merah muda milik wanita itu menilikku dari atas hingga ke bawah. Jujur saja, gelagatnya seperti seorang wanita jahat dari novel-novel isekai yang pernah kubaca.

"Kau..." Panggilnya sambil berjalan mendekat ke arahku.

Reflek aku melangkah mundur namun tangan milik wanita itu sudah melingkar di leherku dan memelukku dengan erat.

"Cornelia! Aku rindu padamu!"

"E-eh?!"

Aku segera menoleh pada Detrix meminta penjelasan. Apakah orang yang dimaksud sebagai sahabat Cornelia itu adalah wanita ini?

"Gracia, bisakah kau lepaskan Cornelia terlebih dahulu?" Tanya Detrix seraya memisahkan wanita bersurai merah muda ini dariku.

"Tidak mau! Aku sangat rindu padanya, tidak bisakah kau mengerti itu, Yang Mulia?"

Detrix menarik bahu wanita itu kemudian memperkenalkannya padaku, "Wanita gila ini bernama Gracia Allegra, putri dari Duke Allegra sekaligus ratu sosialita yang sangat terkenal di Kekaisaran Crescentia."

"Yang Mulia, sangat tidak sopan untuk seorang pria bangsawan menyentuh bahu seorang wanita yang bukan siapa-siapanya," Gracia menepis tangan Detrix yang memegangi bahunya, "Lalu, untuk apa kau memperkenalkanku kepada Cornelia?"

Detrix menatap datar pada Gracia, "Cornelia kehilangan ingatannya."

Seketika, kipas lipat yang dipegang oleh Gracia jatuh ke lantai dan menatap tak percaya pada Detrix, "Cornelia... Hilang ingatan?"

Detrix mengangguk, sedangkan aku menundukkan kepalaku, tak berani menatap Gracia.

"Cornelia!" Panggil Gracia yang sudah memegang kedua lenganku, "Kau tidak ingat padaku sama sekali?" Tanyanya memastikan padaku.

Aku mengangguk tanpa mau menatap kedua matanya.

Gracia terdiam dan melepaskan lenganku. Suasana terasa hening selama satu menit. Aku membiarkan wanita itu tenang dan tak berniat memberikan penjelasan padanya kecuali ia bertanya padaku. Aku merasa sangat tidak enak pada orang yang sudah menganggap Cornelia sebagai sahabat dekatnya.

"Apakah karena pria itu?" Tanya Gracia memecah keheningan di antara kami.

Aku diam, tak menjawab pertanyaannya karena aku pun bingung. Aku tidak tahu apakah aku bisa menyalahkan Charles atau tidak, tapi menurutku memang Charles patut di salahkan karena tidak mau mengurus istrinya yang sedang sakit hari itu. Andai Charles sedikit saja mau peduli pada Cornelia, mungkin wanita itu masih ada di dunia ini dan aku tidak perlu merasuki tubuhnya saat ini.

"Sudah kuduga," Geram Gracia sambil mencengkram erat kipas lipat baru yang di berikan oleh pengawalnya, sepertinya si Gracia ini membawa kipas lipat cadangan kemanapun ia pergi. "Aku tidak menyukai pria itu sejak rumor buruk tentangmu beredar di kalangan bangsawan." Lanjut Gracia lagi.

"Kau tahu?" Tanyaku spontan padanya.

"Tentu saja aku tahu! Aku adalah ratu sosialita yang sangat terkenal di kekaisaran ini, hal yang mustahil jika aku tidak mengetahui gosip-gosip panas seperti itu!"

Ah iya, dia ratu sosialita, hahaha.

"Yang Mulia, aku yakin kau memanggilku kemari bukan hanya untuk bertemu sapa dengan sahabatku yang sedang lupa ingatan ini, bukan? " Tanya Gracia langsung pada Detrix.

Detrix mengangguk, "Cornelia hilang ingatan dan ia sangat takut untuk menghadiri jamuan-jamuan para bangsawan. Aku ingin meminta tolong padamu untuk mengajari Cornelia bagaimana cara menggunakan kekuasaan yang ia miliki sehingga ia dapat berdiri di hadapan seluruh bangsawan dengan percaya diri."

Gracia membuka kipas lipatnya kemudian mengangkatnya dan menutupi bibirnya yang tersenyum di balik kipas lipatnya, "Oho, begitu, aku mengerti maksudmu," Balasnya dengan senyum elegan di wajahnya, "Dengan senang hati akan kubantu. Tapi, aku tidak akan segan-segan mengubahnya kembali menjadi wanita arogan, apa kau tidak apa, Yang Mulia?"

"Hm, lakukan sesukamu."

"Yang Mulia, balasanmu barusan terdengar seperti kau adalah orang tua Cornelia."

"Anggap saja aku adalah orang tua Cornelia."

Aku memandangi pertengkaran mereka dari samping. Apakah mereka selalu bertengkar seperti ini?Dua orang ini terlihat sangat serasi jika saja mereka menjadi sepasang kekasih.

Tapi entah mengapa, disaat aku berpikir demikian, hatiku malah terasa sakit. Rasanya... aku tidak rela jika Detrix menjadi milik wanita lain.

"Baiklah Cornelia, aku akan mengajarimu mulai besok. Aku akan menginap di sini sampai aku berhasil mengubahmu!" Seru Gracia dengan semangat yang membara.

"Me-menginap?!"

Gracia mengangguk, "Ya, menginap. Lebih efisien dan fleksibel jika aku menginap disini daripada harus menghabiskan waktu tiga jam di perjalanan untuk sampai kemari."

Oh, aku mengerti. Sepertinya jarak antara kediaman Allegra dengan istana kekaisaran ini sangat jauh karena akan menghabiskan waktu tiga jam hanya untuk diperjalanan saja.

"Baiklah, aku akan meminta pelayan menyiapkan kamar untukmu."

Sejak hari itu, pembelajaran dari Gracia pun berlangsung.