Chapter 24 - Chapter 24

Kriet. Pintu kamar yang dibuka oleh Dariel menimbulkan suara berderit di tengah malam. Ia membawa roti yang ia beli tadi siang dan berjalan keluar dari penginapan. Lorong penginapan sangat sunyi sehingga menimbulkan suara ketika ia melangkahkan kakinya. Orang-orang sudah pada tidur sehingga ia berjalan dengan sangat hati-hati.

Namun, ketika ia sampai di pintu keluar penginapan, ia merasakan kehadiran seseorang. Orang itu tampak sedang mengawasinya. Dariel tidak terlalu memedulikan hal itu karena tidak ada tanda-tanda haus darah dari orang yang mengawasinya itu. Ia membuka pintu dan berjalan keluar, pergi menuju hutan. Ia terus berjalan hingga ia dapat mendengar suara air terjun di kejauhan. Sesampainya di air terjun, ia dapat melihat seorang wanita muda yang sedang duduk meringkuk memeluk lutut dengan jaket yang menyelimuti tubuhnya. Dariel tersenyum dan berjalan menuju wanita itu.

"Halo." Sapanya saat ia sampai kehadapan Noelle.

"Ha... Halo..." Balas wanita itu dengan suara yang kecil.

Dariel berjongkok kemudian menyodorkan sebungkus roti dan juga botol minum kepada Noelle, "Makanlah." Pintanya pada Noelle.

Noelle menatap sebungkus roti dan juga botol minum yang disodorkan oleh laki-laki itu, kemudian menatap mata laki-laki itu. Mata biru segelap langit itu bersinar dengan indah dan hangat padanya. Perlahan, Noelle meraih sebungkus roti dan botol minum yang disodorkan oleh pria itu menggunakan kedua tangannya. Tangannya sangat kurus hingga tulang pun bentuknya terlihat di balik kulit pucatnya. Dariel yang melihat tangan itu pun mengernyit dan perasaan kesal muncul di dalam hatinya. Rasanya, ia ingin membawa pergi Noelle dari tempat itu sekarang juga.

"Terimakasih..." Ucap Noelle pada Dariel.

Dariel membalasnya dengan tersenyum. Ia kemudian duduk disamping Noelle dan menemani wanita itu makan. Walaupun mereka berdua tidak banyak berbicara setelahnya, namun keduanya merasa nyaman satu sama lain. Noelle yang selama ini berpikir bahwa ia hanya perlu menunggu kematiannya pun tak menyangka akan datang orang yang membawakannya pakaian hangat dan makanan untuknya.

"Noelle, apa kau tidak ingin pergi dari tempat itu?"

Noelle menoleh pada Dariel dan menatapnya dengan terkejut, "Apa kau tahu aku ada dimana?"

Dariel mengangguk. Ia dulu pernah melihat banyak budak seperti Noelle. Tubuh mereka sangat kurus dan kecil, hingga Dariel pun kesulitan menebak umur mereka. Ia sempat berteman dengan mereka dan membawakan makanan untuk mereka, namun keesokan harinya mereka mati dibunuh satu persatu akibat mereka ketahuan bertemu orang luar di waktu istirahat mereka. Mereka tidak diizinkan untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan kecil sekalipun di dalam hidup mereka.

"Aku ingin pergi, tapi aku tidak bisa," Noelle menunjukkan tanda sihir di lehernya, namun Dariel tak sengaja melihat segel lain yang tergambar di dekat dada kirinya. Ada dua segel sihir berbeda yang ditanamkan pada dirinya, "Jika aku kabur dari pertambangan, sihir yang ada di leherku ini akan meledakkan kepalaku."

"Lalu yang di dekat dada kiri itu?"

"Ini adalah segel kutukan dari seseorang yang dulunya sangat kupercayai." Balasnya dengan wajah datar dan dingin, "Aku tidak tahu bagaimana sihir kutukan ini bekerja, tapi aku yakin, segel ini akan membunuhku juga suatu saat nanti."

"Ah."

Dariel mengangguk mengerti. Ia sudah menduga bahwa untuk membawa Noelle kabur itu tidaklah mudah. Ia pun menatap air yang mengalir di air terjun itu dalam diam, sampai ia merasakan kehadiran orang lain tak jauh dari mereka.

"Noelle! Akhirnya aku menemukanmu!" Seru Odelia, wanita yang selalu menatap Dariel dengan penuh selidik dan permusuhan.

Dariel segera berdiri dan memicingkan matanya pada Odelia. Ia merasakan firasat buruk saat melihat Odelia yang muncul dari balik pohon. Sejak awal mereka bertemu hingga sekarang, ia merasakan firasat buruk dari wanita itu.

Tug. Dariel merasakan sentuhan dibalik punggungnya dan melirik kebelakang. Ia mendapati Noelle bersembunyi dibalik punggungnya dan menatap Odelia dengan penuh permusuhan, walaupun tubuhnya bergetar ketakutan.

"Apa kau kenal dengannya?" Tanya Dariel pada Noelle.

"Dialah yang membuatku menjadi seperti ini, dan dialah yang memberi sihir kutukan itu di dadaku." Balas Noelle dengan suara bergetar.

Dariel berbalik menatap Odelia yang mendekat pada mereka dengan sangat dingin. Firasatnya benar, pasti wanita itu adalah orang yang berbahaya. Dariel berdiri tegak sambil melindungi Noelle yang berada di belakangnya, "Berhenti disana." Perintah Dariel pada Odelia.

Odelia memiringkan kepalanya, "Kau siapa dengan beraninya memerintahkanku untuk berhenti? Lagipula aku ada perlu dengan wanita yang ada dibelakangmu."

"Sepertinya, orang yang kau cari tidak ingin bertemu denganmu."

"Oh? Benarkah itu Noelle?" Tanya Odelia yang berdiri tak jauh dari mereka.

Noelle tak menjawab. Ia sangat membenci wanita itu dan ingin membunuhnya kalau bisa, tetapi dia sangat lemah dan kutukan yang ditanamkan di dadanya menghalanginya untuk membalas dendam pada wanita itu. Ia tidak tahu kutukan apa yang di tanamkan oleh Odelia, tapi ia tahu nyawanya sedang dalam keadaan baik-baik saja karena kutukan itu. Cengkraman tangannya pada baju Dariel semakin erat, ia tidak ingin menjawab pertanyaan Odelia.

"Noelle?" Tanya Odelia yang mulai tersenyum menakutkan pada Noelle.

Dariel memerhatikan Noelle yang semakin mencengkram erat bajunya, wanita itu menatap Odelia dari belakang tubuhnya dengan sangat gelisah. Dariel pun segera menggenggam tangan kecil Noelle untuk memberitahu wanita itu bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Sepertinya jawabannya sudah jelas kalau Noelle tidak ingin bertemu denganmu, nona."

"Oh? Baiklah kalau begitu." Balas Odelia dengan senyuman menakutkan dan Noelle jatuh terduduk secara tiba-tiba sembari mencengkram dada kirinya yang kesakitan.

"A-akh!" Noelle menjerit kesakitan dan mulai menangis. Jantungnya terasa seperti di tusuk oleh ribuan jarum dan terasa akan berhenti berdetak saat itu juga. Rasanya sangat menyakitkan hingga ia berpikir ia ingin mati saat itu juga.

"Noelle!!!" Panggil Dariel dan dengan cekatan ia menopang tubuh Noelle dengan memegang kedua bahu wanita itu, "Ada apa?!"

Noelle menatap Dariel dengan air mata yang mengalir deras dari matanya, "Dadaku... Sakit..."

Dariel mengalihkan pandangannya pada segel kutukan yang tergambar di dada wanita itu menyala merah. Ia segera menoleh ke belakang dan menatap Odelia yang tersenyum angkuh.

"Seharusnya kau menyambutku dengan ramah, Noelle."

"Hentikan kutukan itu sekarang juga!" Pinta Dariel pada Odelia.

"Hm, bagaimana ya?" Balas Odelia dengan memasang ekspresi sedih di wajahnya, "Aku ingin menghukum budak itu karena ia tidak ingin menyambut majikannya dengan ramah."

"Jalang sialan...!" Dariel mulai mengeluarkan tekanan kuat yang selalu ia gunakan saat ia mulai serius bertarung dengan seseorang.

Odelia mulai merasakan tekanan kuat dan menusuk jantungnya, kakinya tidak sanggup menopang tubuhnya dan jatuh terduduk saat itu juga. Ia sadar kalau tekanan mematikan itu berasal dari pria yang mirip dengan wanita yang sangat ia benci, namun tetap saja senyuman tidak menghilang dari wajahnya.

"A-akh!!! Sakit!!!" Teriak Noelle yang semakin kesakitan.

"Noelle!"

"Pria bodoh, lanjutkan jika kau ingin budak itu mati." Seringai Odelia sambil menatap Dariel dengan senyuman angkuh, senyuman yang selalu terlukis di wajah seorang psikopat.

Dariel menggertakkan giginya dan menghentikan tekanan yang ia pancarkan.

Odelia mengatur napasnya dan kembali berdiri, kemudian ia berjalan mendekat pada Dariel dan Noelle, "Maaf, tapi aku ada urusan dengan budak ini. Lebih baik kau kembali ke penginapan, tuan." Ucap Odelia pada Dariel dan membawa Noelle pergi dari hutan itu.

***

Setelah kejadian di pagi buta waktu itu, wanita yang bernama Odelia itu sudah pergi dari penginapan. Dariel juga tidak dapat menemukan Noelle di air terjun itu lagi dan hari ini adalah hari dimana ia dan rombongan Reinhardt akan kembali ke kekaisaran. Dariel meletakkan makanan yang ia bawa dibawah pohon yang tumbuh di dekat air terjun. Ia berharap dapat melihat Noelle untuk yang terakhir kalinya dan mengucapkan salam perpisahan, namun sepertinya penyihir jahat itu sudah membawa Noelle pergi dari tempat itu.

"Semoga kau baik-baik saja, Noelle." Gumam Dariel sambil menatap kosong air terjun. Setelah beberapa saat ia memandang kosong ke arah air terjun, ia pun berjalan kembali ke penginapan dan pulang ke kekaisaran ketika matahari terbit.