Aku mengerutkan keningku sambil menatap kosong pada pepohonan yang ada dihadapanku.
Satu jam berlalu sejak aku bertemu dengan laki-laki yang sangat mirip dengan Cornelia.
Siapa dia? Apakah dia anak haram kaisar?
Tidak, sepertinya bukan.
Tidak mungkin anak haram memiliki gen yang sangat sama dengan tubuh ini! Maksudku, lihatlah parasnya yang sangat mirip dengan tubuh yang kurasuki ini!
"Cornelia, laki-laki itu sangat mirip denganmu!" Seru Gracia yang duduk bersebrangan denganku.
"Ya, aku tahu." Balasku seadanya.
"Siapa dia? Kenapa dia sangat mirip denganmu?"
"Kalau aku tahu siapa dia, aku tidak akan termenung seperti orang bodoh seperti ini."
"Benar juga." Balas Gracia yang kembali menyeruput teh miliknya dengan anggun.
Apakah Cornelia asli tahu tentang ini? Sepertinya dia juga tidak tahu.
Sepertinya aku harus menunggu kabar dari Detrix atau kaisar. Laki-laki itu datang kemari karena di panggil oleh kaisar melalui Rei yang menjadi perantara, alasannya adalah karena Rei merupakan orang yang mempekerjakan laki-laki itu beberapa waktu yang lalu.
Sore harinya, di Istana Dandelion (tempat dimana para keluarga kekaisaran tinggal untuk makan bersama keluarga dan tidur), para pelayan sibuk berlalu lalang dengan cepat.
"Ada apa ini?"
"Tuan putri." Panggil Sebastian yang sudah berdiri tepat di belakangku, "Yang Mulia memanggil anda."
"Ayah?" Tanyaku yang bingung dan dibalas anggukan kecil dari Sebastian.
Aku mengikuti Sebastian dan berjalan menuju ruang kerja kaisar. Di dalam, sudah ada permaisuri yang sibuk mengelap air mata menggunakan sapu tangannya dan laki-laki yang sangat mirip denganku, tentu saja di dalam juga sudah ada kaisar yang duduk menanti kehadiranku.
"Duduklah, putriku." Perintah kaisar dengan lembut padaku.
Aku duduk di kursi kosong disebelah laki-laki itu. Ia menunduk dan tampak kaku.
Aku penasaran dengan laki-laki yang duduk disebelahku ini sedaritadi sehingga akhirnya aku memberanikan diriku untuk bertanya pada kaisar.
"Ayah, siapa laki-laki ini?" Tanyaku tanpa banyak basa basi.
"Ehem. Cornelia, kau sangat tidak sabar ya," Jawab kaisar yang terkekeh kecil, "Laki-laki ini adalah saudara kembarmu yang hilang sehari setelah kalian lahir."
"Hah?"
Tunggu, saudara kembar?!
Aku menatap laki-laki disebelahku dengan mata tak percaya.
"Itu benar Cornelia, dia adalah saudara kembarmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu." Balas permaisuri dengan suara yang serak.
"Wow... Aku tidak menyangka kalau Cornelia akan memiliki saudara kembar seperti ini..." Gumamku pelan sambil menatap lekat laki-laki disampingku ini.
Laki-laki itu berdiri dan memberi salam padaku, "Perkenalkan, nama saya Dariel-"
"Tidak, mulai saat ini namamu adalah Louise," Potong permaisuri dengan tajam, "Dan berhenti menggunakan bahasa formal. Kami adalah keluarga kandungmu, kau tidak boleh menundukkan kepalamu di hadapan keluarga kandungmu sendiri. Tidak, kau tidak boleh menundukkan kepalamu kepada siapapun karena kau adalah putra mahkota di kekaisaran ini."
"Pu-putra mahkota?!" Tanya kami berbarengan.
"Permaisuri-"
"Ibu."
"Ekhem. Ibu, putra mahkota sepertinya agak..." Ucap Louise yang merasa tidak enak.
Permaisuri mengangkat sebelah alisnya dan menatap laki-laki yang kebingungan disampingku, "Tidak ada penolakan. Kau adalah satu-satunya putra kami dan tentu saja kau yang akan mewarisi kekaisaran ini."
Laki-laki itu melirikku, "Lalu bagaimana dengan saudara perempuanku?"
Aku mengibaskan tanganku, "Aku sudah menjadi istri orang, tidak mungkin aku mewarisi kekaisaran ini. Terlebih, aku tidak ingin melakukan pekerjaan berat."
Ya, seperti tujuan awalku saat terbangun di dunia ini, aku akan hidup santai dan tidak perlu pusing memikirkan soal uang yang artinya, aku tidak ingin bekerja terlalu keras di dunia ini.
Setelah kupikir-pikir, banyak sekali peristiwa yang mengganggu tujuan utamaku di dunia ini. Terimakasih berkat peristiwa antara Charles, Odelia, dan aku di pesta ulang tahun Detrix hari itu, traumaku mencuat sehingga belum ada kemajuan sama sekali dalam rencana utamaku ini. Ah, tidak lupa aku berterimakasih kepada Cornelia asli, berkat permintaannya, aku tidak bisa langsung lepas dari laki-laki brengsek itu.
Hah... Benar-benar sangat menyebalkan.
"Jadi Louise, kau akan di angkat menjadi putra mahkota. Perayaannya akan dilaksanakan sekitar satu bulan lagi. Kau tidak perlu khawatir soal edukasi khusus untuk keluarga kekaisaran, aku akan memanggil guru terbaik untuk mengajarimu. Untuk saat ini, beristirahatlah dulu." Jelas permaisuri pada Louise.
Louise hanya mengangguk dan menghela napas panjang. Aku hanya bisa berdo'a semoga dirinya dapat beradaptasi dengan cepat di lingkungan royal seperti ini, karena aku sendiri sudah merasakan bagaimana beratnya menjadi seorang bangsawan tinggi di dunia ini.
Semangat, Louise!
***
"Jadi, dia adalah saudara kembarmu?" Tanya Gracia dikeesokan harinya.
Aku mengangguk sambil mengunyah makaroni di tengah taman.
Saat ini, aku sedang libur dan menikmati waktu bersantai di taman bersama Gracia. Sebulan lebih sudah berlalu sejak aku kembali ke istana kekaisaran dan hampir tiga minggu aku mendapatkan ilmu dari si nona besar yang bernama Gracia ini. Aku berencana akan kembali ke kediaman Harvey tepat sebulan setelah mendapatkan pengajaran dari Gracia, maka dari itu aku bekerja sangat keras untuk melawan traumaku sembari belajar untuk menjadi bangsawan arogan yang tidak dapat diinjak-injak dengan mudah oleh bangsawan rendahan itu. Walaupun aku tidak tahu apakah nanti aku dapat melawan mereka atau tidak, setidaknya aku harus berusaha untuk saat ini.
"A-ah! Cornelia, itu saudaramu!"
Aku menoleh dan mengedarkan pandanganku pada arah yang ditunjuk oleh dagu Gracia. Laki-laki bersurai hitam kebiruan berjalan dengan tegak sambil mengenakan jaket formal kekaisaran yang menambah buff ketampanannya hingga berkali-kali lipat. Louise benar-benar terlihat sangat tampan. Ketampanannya mengalahkan oppa-oppa idol group yang pernah ku idolakan dikehidupanku sebelumnya. Kalau saja aku tidak masuk ke dalam tubuh Cornelia dan menjadi saudara kandung Louise, mungkin aku akan menjadikannya idolaku di dunia ini dan tergila-gila padanya.
"Wow... Aku tahu dia tampan, tapi aku tidak menyangka dia akan setampan ini setelah menjadi seorang pangeran." Gumam Gracia dengan mata yang terus memandang Louise dari jauh.
Ah~
Tiba-tiba senyuman nakal terukir di wajahku dan aku menatap Gracia dengan jahil, "Gracia, tenang saja. Kau sudah mendapatkan restu dariku jika kau ingin menikahi saudaraku suatu saat nanti."
"Ah... Terimakas- Hah?!"
Gracia segera menoleh padaku dan menatapku dengan mata yang terbuka lebar, "Cornelia, apa kau gila?!"
"Gila? Kenapa kau berpikir aku gila?"
"Tidak mungkin aku berakhir dengan saudaramu!"
"Kenapa?" Tanyaku sambil mengangkat cangkir tehku dan menatap Gracia dibaliknya.
"Itu karena..." Gracia menggigit bibir bawahnya dan mencengkram erat gaunnya, "Lupakan. Intinya, aku tidak akan menikah dengannya."
Aku kembali memakan makaroni yang diletakkan dihadapanku dan menghela napas kecil, "Baiklah. Kalau suatu saat nanti kau berubah pikiran, aku akan dengan senang hati membantu kisah percintaanmu~"
"Tidak akan." Balas Gracia sambil tersenyum kesal dan memakan cake strawberry favoritnya.
Aku mengabaikan penolakannya dan menunggu hari dimana Gracia akan datang padaku dan sadar akan perasaannya terhadap Louise.